Malaikat Tanpa Sayap 12 : Awal Dari Sebuah Akhir # 2
Ilustrasi oleh Ferry Prasetyo / Fairy Water / Photomanipulation 2-013
“
Met pagi sayang.. “ Cheryl mencium kening Rey yang baru saja terbangun
dari tidurnya pagi itu, dia hanya mengenakan kimono mandinya sambil
memeluk Rey. Suasana pagi yang sejuk, embun pagi yang berlabuh diatas
daun jendela, hamparan perkebunan teh yang menghijau menjadi pemandangan
yang indah dari jendela kamar, dari kejauhan juga terlihat
petani-petani teh yang tengah sibuk memetik teh di pagi hari.
Dilehernya terpasang kalung indah pemberian Rey semalam, dengan
tersenyum kecil Rey membalas ciuman Cheryl, mengambil celana pendek dari
dalam tasnya dan duduk di kursi sofa yang menghadap ke arah teras kamar
itu,
“ Kamu ga dingin ?? “ Tanya Cheryl pada Rey yang tak mengenakan
pakaiannya, dia membawa nampan berisi makan pagi untuk mereka berdua,
beberapa lembar roti panggang dengan 2 cangkir teh manis hangat.
“ Engak koq, ga dingin.. dingin sih dikit,, “ Rey mengusap-usap matanya yang masih mengantuk sambil tersenyum
“ Pakai ya bajunya, “ Pinta Cheryl “ Kamu mau selai apa ? Strawberry, kacang atau coklat ?? “
“ Iya dech,.. “ Rey mengambil kaus di dalam tasnya sebelum kembali duduk
dan mengunyah roti bakar dengan selai coklat yang dibuatkan oleh
Cheryl, Ada sebuah kalimat tanya dalam wajah Cheryl tapi Rey
membiarkannya, dia menunggu Cheryl berbicara dengan sendirinya.
“ Kamu dingin sayang ?? “ Tanya Cheryl sambil menyentuhkan telapak tangannya di wajah Rey, hidung Rey yang memerah.
“ Dasar kamu sayang… “ Ucap Rey sambil tersenyum, mengesekkan tangannya hingga hangat dan menempelkannya ke wajah Cheryl
Keduanya berpandangan, senyuman tulus keduanya yang begitu hangat,
perlahan Rey mendekat mencium bibir Cheryl dengan begitu hangat, tak
menolak…Cheryl tak menolak ciuman itu, tangannya yang tetap menyentuh
pipi Rey dengan begitu mesra, perlahan ia melepaskan sentuhannya itu,
memeluk Rey dengan begitu eratnya.
Rey merasakan bagaimana airmata Cheryl membasahi pipinya..
“ Kenapa sayang ?? “ bisik Rey, membelai halus kepala Cheryl, memeluk gadis itu erat-erat
“ Rey… “ Jawab Cheryl tertahan..
“ Hmm sayang ?? “ Jawab Rey dengan pasti, ia seolah tahu apa yang akan dikatakan oleh Cheryl
Ia tahu apa yang mungkin akan Cheryl katakan, hanya berusaha membodohi dirinya.
Cheryl melepaskan pelukannya, menatap Rey dengan mata memerah karena
tangisannya, bersimpuh di depan Rey yang menatap Cheryl dengan pandangan
penuh kehangatan, Cheryl tak mampu menatap wajah Rey..
Rey berusaha menarik lagi Cheryl dalam pelukannya, kali ini Cheryl
menolaknya, ia menahan tangan Rey, menarik tangan itu ke dadanya
perlahan sebelum berucap.
“ Rey.. kita putus.. “ bisiknya sambil membuang wajahnya, tak mampu menatap wajah Rey lagi.
Keduanya terdiam terpaku tak ada satupun kata yang terucap, tak ada
jawaban, tak ada lagi kehangatan yang tadi tercipta oleh keduanya, hanya
kesunyiaan dalam dinginnya pagi, butiran embun yang menetes dari
dedaunan sentuhan angin yang berlari di antara keduanya tak mampu
memberi sebuah jawaban atas apa yang mereka katakan.
Diam tanpa sebuah jawaban.
“ Ich makan sendiri ga nungguin aku.. “ Kata Jack sambil duduk di
samping Angel yang tengah menyantap makan siangnya, 3 buah siomay dan 2
kentang dengan sedikit kecap dan saus.
“ Aku kira kamu masih ada kelas, bukannya kamu ada kelas sampai jam 3 ya
?? “ Tanya Angel sambil melirik jam tangannya, baru pukul 1 lewat 15
menit “ Kamu bolos ya ?? “ tanyanya lagi
“ Ah enggak, kata siapa.. dosen aku ga masuk.. “ Jack beralasan sambil
berusaha merubah topic pembicaraan, “ Kamu aneh banget ga pake saus
kacang sih ?? “ tanya Jack melihat piring Angel yang berisi siomay tanpa
saus itu.
“ Jawab dulu, kamu bohong ya.. “ Angel melirik Jack dengan tatapan curiga.
“ Iya dech, aku bolos ga masuk pelajaran abis aku kangen sama kamu.. “
Jawab Jack sambil membuka mulutnya meminta Angel menyuapinya siomay.
“ Tuh kan, kamu tuh suka banget bolos.. aku paling ga suka kamu
bolos-bolos gitu, jangan bolos lagi ya.. janji.. “ Pinta Angel sambil
menyuapi Jack
“ Iya dech, aku janji.. enak ya siomaynya.. “ Jack membuat tanda peace dengan jarinya sambil mengunyah siomay.
“ Kamu mau ?? aku pesenin ya ?? “ tawar Angel
“ Boleh dech, jangan banyak-banyak ya.. ga pake saus tapi kecapnya
banyak.. “ ingat Jack sambil mencomot satu lagi siomay di piring Angel.
“ Iya bawel.. aku dah apal kebiasaan kamu.. “ kata Angel sambil tersenyum dan berjalan ke booth penjual siomay.
Terdengar sedikit keriuhan saat seseorang memasuki cafeteria itu, dia
duduk di bangku sudut sementara beberapa orang mendekatinya, sekedar
bercengkrama dan meminta fotonya. Gadis itu Karen yang kebetulan datang
ke kampus untuk mengurus administrasi dan absensinya setelah
berkali-kali tidak mengikuti pelajaran karena kesibukannya.
“ Eh.. itu Karen loh.. Karen.. “ Angel terlihat antusias sambil
membawakan siomay milik Jack, Jack melirik ke belakangnya, sesaat dia
menjadi salah tingkah namun berusaha sewajar mungkin di depan Angel.
“ Temenin aku yuk, aku mau foto bareng nih.. “ Pinta Angel pada Jack sambil menarik tangan Jack manja.
“ Ah ga mau ah, ngapain sih malu tau.. biarin aja tuh dia orang norak
gitu kamu jangan ikut-ikutan.. “ Jack lebih sibuk meremas jeruk nipis
banyak-banyak di atas saus kacang.
“ Aaaahhhhhhh.. ayo donk, kamu juga ngfans kan sama dia, ipod kamu aja
isinya foto dan video dia, suka malu-malu sih… “ Angel mencubit sambil
menarik paksa Jack.
Mau tak mau, agar Angel tak curiga Jack terpaksa mengikuti maunya Angel
mereka ikut berkerumun bersama beberapa orang yang tampak antusias
dengan kehadiran Karen di tempat makan itu, beberapa kali Karen terlihat
melayani permintaan mereka untuk berfoto bersama dengannya, meski
terlihat sedikit letih tapi dia memaksakan diri tersenyum meski masih
mengenakan kacamata hitam di wajahnya.
“ Ci boleh foto bareng ga ?? “ Tanya Angel polos pada Karen sambil
memberikan tangannya untuk bersalaman dengan Karen, Karen hanya
tersenyum sesaat sambil melayani permintaan foto dari yang lain, dia
membalas jabatan tangan Angel sebelum sesaat terkejut melihat sosok yang
berdiri di belakang Angel, dia menahan dirinya berusaha tersenyum
sebisa mungkin meski ada rasa penasaran dalam hatinya, terlebih melihat
Jack yang terlihat begitu acuh dengan dirinya.
“ Boleh boleh, sebentar ya selesai ini aja supaya kita bisa
ngbrol-ngbrol juga “ Jawab Karen seramah mungkin pada Angel yang
membalasnya dengan senyuman lebar melihat Karen yang begitu ramah pada
penggemar seperti dirinya.
“ Sory ya, makasih banget.. tapi aku mau makan dulu nanti disambung lagi
ya “ Pinta Karen sopan pada penggemarnya sambil menunduk kecil,
penggemarnya itu mengerti dan memberikan Karen ruang untuk beristirahat,
sebagian kembali ke kursinya sementara beberapa dari mereka ada yang
keluar dari cafeteria itu.
“ Siapa namanya tadi ?? “ Tanya Karen sambil meminta Angel duduk di sebelahnya
“ Angel Ci.. hmm boleh foto kan ?? “ Tanya Angel sambil mengeluarkan ponsel dari tasnya.
“ Boleh-boleh.. minta tolong orang aja fotoin ya.. “ Kata Karen membuka
kacamatanya, kecantikannya terpancar dengan begitu indah dengan goresan
make up sederhana, Angel terlihat begitu terkesima dengan kecantikan
Karen, meski sebenarnya kecantikan Angel tak kalah dengan kecantikan
Karen, hanya tipe kecantikannya yang berbeda, kecantikan dalam kepolosan
dengan mata yang begitu jernih adalah kecantikan yang dimiliki oleh
Angel berbeda dengan kecantikan glamour yang menjadi kelebihan Karen.
“ Sini aku aja yang fotoin.. “ Tawar Jack yang akhirnya bersuara
“ Jangan, kamu ikut aja foto, kan kamu juga ngfans sama Karen.. “ Angel malah menarik Jack duduk disampingnya,
“ Ah enggak lah,.. “ Jack berkeras.
“ Temennya mungkin ga mau .. “ Ucap Karen sedikit cetus
“ Ga koq, dia juga ngfans sama cici.. “ Angel menarik Jack lagi, dan
meminta salah seorang tukang minuman untuk membantu mengambil gambar
mereka bertiga.
“ Aku makan dulu ya.. “ Jack bergegas angkat kaki dari meja itu, tapi lagi-lagi Karen mencegahnya dengan sengaja
“ Makan disini aja, temenin aku ya.. “ Pintanya pada Angel
“ Boleh ci ?? “ Tanya Angel dengan antusias, sementara Karen mengangguk
kecil sambil memesan makanan pada salah satu tukang makanan yang ada
disitu.
Angel berjalan mengambil piring dari mejanya dan membawa serta piring
milik Jack agar menemaninya duduk di meja Karen, Angel tulus hanya
berfikir bahwa Jack memang seorang penggemar Karen sama seperti
penggemar Karen lainnya dan kesempatan saat Karen bisa begitu ramah
dengan keduanya jelas tak boleh di sia-siakan oleh mereka berdua.
“ Temennya ?? “tanya Karen Bertanya pada Angel yang duduk di depannya sekarang
“ Hmmm pacar aku ci.. “ Angel tersenyum, ada sedikit rasa bangga di wajahnya
“ Oh pacarnya,.. siomay ya itu ? ga pakai saus, tapi pakai banyak kecap
dan jeruk nipis.. “ Katanya sambil melirik kearah piring Jack yang
tengah menyantap makan siangnya tanpa sedikitpun melirik kearah Karen.
“ Lah koq tau sih ?? “ Tanya Angel tanpa sedikit pun curiga
“ Keliatan warnanya sampai hitam gitu.. “ canda Karen, mana mungkin dia lupa dengan kebiasaan Jack.
“ Kamu bukannya ada kelas ?? “ Potong Jack, berusaha mencari alasan untuk secepatnya pergi dari tempat ini.
“ Ga koq, aku kan udah selesai hari ini.. tapi tugas aku banyak nih “ Keluh Angel sambil meminum minuman yang dibelinya tadi.
“ Yawda, aku temenin beresin tugas yuk, sebelum aku latihan nanti sore.. “ Ucap Jack berdiri sambil mengangkat tasnya.
“ Aduh.. “ , “ Sory ya ci.. “ Angel tak enak dengan cara Jack mengajaknya pergi yang agak sedikit memaksa,
“ Yawda gpp semangat ya ngerjain tugasnya.. “ Karen tersenyum lebar,
sementara Jack menarik Angel dengan cepat meninggalkan Karen tanpa
mengatakan sepatah katapun.
“ Gimana ini Ry, gila susah banget lagunya.. “ Ucap Edison sambil
memainkan gitarnya lagi, kali ini dia kembali mencoba memainkan lagu itu
dengan lebih lambat.
“ Ga bisa Di, tappingnya harus agak cepat, susah sih soalnya ini chord
piano, dipaksa ke gitar.. “ jelas Ryan sambil mencontohkan cara
memainkan lagu itu.
“ Itu dia, gmana ini ?? tinggal 7 jam lagi dan gw belum lancar juga, “ ucap Edison sambil melirik jam di dinding.
“ Ya gimana ya, lagu ini emank susah banget, apalagi loe juga baru bisa
main gitar, “ Ryan berhenti memainkan gitarnya, berfikir bagaimana
pemecahannya. “ atau gini aja, kita rekam aja dulu.. lagu ini beneran
susah Di, apalagi pakai gitar.. “
“ Duh jangan direkam donk, lebih keliatan ga tulus.. “ celoteh Edison
“ Ya bener sih, yawda yang penting kita usaha maksimal aja, heran gw
Jess bisa bikin lagu klasik kaya gini, dan emank bagus banget lagunya.. “
Puji Ryan, dia sendiri kesulitan memainkan lagu ini, padahal dia
mengenal music sejak jaman SMP dulu, tetap tingkat kesulitan lagu ini
cukup tinggi untuknya, terlebih Edison belajar lagu ini dari 0 selama 3
minggu dan dia benar-benar awam soal music, dan untuk bisa memainkan
lagu ini sampai tingkat ini saja sudah sangat bagus.
“ Inget jari loe, udah kapalan semua gitu “ Ingat Ryan melihat Edison yang makin gusar karena waktu yang makin mendesak
Edison mengangguk.. dan kembali berkonsentrasi dengan permainannya saat seseorang mengetuk pintu rumahnya.
“ Gw aja yang buka.. “ Celetuk Ryan sambil bangkit berdiri, menaruh gitarnya di samping dan berjalan kearah pintu.
Dan sebuah pukulan melayang seketika Ryan membuka pintu rumah Edison,
Ryan terjatuh sementara Rey terlihat begitu emosional menyerang kearah
Ryan yang tengah terjatuh, melayangkan satu pukulan lagi dan
Edison yang berusaha melerai malah terkena pukulan Rey tepat diwajahnya.
“ Ah gila, kenapa jadi gw yang dipukul.. “ Edison meringis kesakitan,
bangkit berdiri dan melerai Ryan yang berusaha bertahan dari serangan
Rey..
“ Apa-apaan sih loe Rey ?? “ Ryan menahan pukulan Ryan dengan tangan yang menutupi wajahnya.
“ Loe yang apaan-apaan bangsat!!! “,” Gw ga nyangka orang yang gw anggep saudara malah bisa begini ke gw.. “ Tegas Rey
Ryan kali ini berusaha membalas pukulan rey, dia ingin agar Rey sedikit
tenang, dengan sigap dia menahan pukulan Rey dan melancarkan pukulan
pada Rey.
Edison yang melihat bagaimana Ryan malah berusaha membalas Rey, berusaha
melerai dia kembali melompat masuk dan tak ayal justru pukulan Ryan
memukul wajah Edison lagi. Rey yang melihat Ryan yang membalas
pukulannya malah menjadi kian emosional dan kembali memukul sayangnya
kali ini pukulannya malah kembali mendarat telak di wajah Edison.
“ Duh mati gw begini.. “ Edison meringis kesakitan, dengan segera dia
bangkit dan memukul Ryan dan Rey.. keduanya yang tak siap dengan
serangan Edison terjatuh dan sedikit terpisah.
“ Kenapa sih loe bedua ?? “ Tanya Edison sambil memegangi wajahnya yang memar dan sedikit berdarah.
“ Loe tanya sama temen loe itu.. apa yang dia lakuin ?? “ Bentak Rey
“ Loe yang apa-apaan, langsung mukul orang begitu “ Ryan tak mengerti kemarahan Rey
“ Kenapa sih Ry ?? Loe nyolong mobil di dealer Rey ?? “ Tanya Edison bodoh..
“ Udahlah, gw ga mau berantem di tempat loe Di.. “ Rey malas menanggapi kebodohan Edison
Dia berdiri dan berjalan keluar.. “ Ati-ati aja mungkin Jessica juga
bakal diembat sama dia “ Rey sengaja mengatakannya dengan suara keras
agar Edison dan Ryan mendengarnya
“ Ry,, Cheryl ?? “ Tanya Edison.. dia tahu masalah ini karena Ryan mengatakannya pada Edison
“ Gw ga tau Di, sory loe jadi berdarah gitu.. “ Ucap Ryan bangun dan
mengambil ponsel dari kantungnya, memencet nomor dan menelepon.
“ Gw cabut dulu ya.. sory banget.. “ Ryan mengambil gitarnya dan masuk ke dalam mobilnya berjalan pergi dari rumah Edison.
“ Loe tuh kenapa sih Cher.. kenapa ?? “ Tanya Ryan dengan gusar pada
Cheryl sambil menutup matanya dengan kedua tangan, sementara Ryan
terlihat begitu marah, sambil menjatuhkan dirinya diatas ranjang.
“ Sory ry, sorry aku bener-bener ga nyangka Rey bisa ngelakuin ini semua. “ Cheryl memberikan alasan.
“ Ya ya ya.. Cher masa kamu ga bisa sih, sedikit aja mahamin karakter
Rey, kalian udah pacaran berapa lama.. “ Ucap Ryan, “ Coba liat
sekarang, dengan seenaknya loe mutusin Rey, dan tau sendiri gimana dia
kalau udah marah. “
“ Aku… aku cuma berfikir ini yang terbaik.. “ Ucap Cheryl datar
“ Terbaik buat kamu, bukan buat Rey.. “ Pungkas Ryan. “ Liat sekarang Edison juga ikut kebawa-bawa.. “
“ Iya, nanti aku minta maaf, aku jelasin semuanya ke dia. “
“ Ga sesederhana itu sekarang Cher, ga sesederhana itu “ ucap Ryan
“ Kenapa sih ?? Apa sesusah itu cowo kalau cewe yang memutuskan hubungan
?? harus cowo yang memutuskan sebuah hubungan ?? “ Cheryl membela diri,
ia mulai menangis
“ Bukan Cher, bukan masalah siapa yang mutusin hubungan, tapi kamu ga
pernah kasih sebuah alasan buat Rey, ga ada alasan sama sekali dan kamu
dengan mudahnya mutusin dia.. “ Jelas Ryan sedikit melunak
“ Dia tau Ry, dia tahu kenapa aku dan dia putus, dia tahu.. “ Cheryl berpendapat
“ Iya dia tahu, tapi alasan itu bukan alasan yang kuat, sekarang dia menganggap kita berdua menghianatin dia,.. “ pungkas Ryan
“ Kita memang.. “ , “ Iya kan.. “ Tegas Cheryl
Ryan hanya diam tak menjawab.
Dia hanya berpindah duduk ke kursi belajarnya, menatap meja belajarnya
yang penuh dengan tumpukan buku dan fotokopian, dengan foto mereka
berdua, ya Ryan dan Cheryl yang tengah tersenyum sambil berpelukan di
sebuah taman.
Cheryl bangkit dari duduknya di pojokan kamar itu, berjalan sesaat
memeluk Ryan yang duduk di kursi memandang kosong foto mereka.
“ Kamu tahu arti Jennifer buat aku kan.. “ Ucap Ryan..
Cheryl mengangguk kecil
Memeluk Ryan dengan lebih erat
“ Apa arti aku buat kamu.. “ Cheryl membisik Ryan, ia tak lagi mau mengalah pada sosok Jennifer Adrian
“ Dia segalanya buat kamu, segala masa lalu buat kamu.. “ Cheryl melanjutkan kata-katanya
“ Dan aku, apa arti aku buat kamu Ry ? “ tambahnya lagi
Cheryl menarik Ryan, memutar bangku itu hingga wajah mereka kini saling
berhadapan, tanpa ragu Cheryl mencium bibir Ryan, menciumnya dengan
begitu mesra, menciumnya seolah mendapatkan kebebasannya lagi, sebuah
ciuman yang telah begitu lama ia nantikan.
Ryan terlihat ragu, sesaat dia pun membalas ciuman itu. Bibir mereka
yang saling mengait lidah yang bermain dalam rongga mulut mereka, ciuman
dengan pelukan yang semakin erat, wajah Ryan masih terlihat sedikit
ragu, dia yang hidup dalam bayang-bayang Jennifer selama dua tahun ini,
iya yang hidup dalam ketakutan, dia yang hidup dalam penyesalan.
Sementara di depannya, Cheryl mantan pacar sahabatnya, sosok yang terus
menemaninya selama ini, sosok yang membantunya melangkah di tiap langkah
hidupnya, sosok yang terus mendukungnya selama ini, dan sosok yang juga
memberikan dia sebuah rasa kenyamanan, rasa yang sama yang hanya bisa
dirasakannya dari sosok Jennifer Adrian.
Mungkin ini saatnya dia melangkah maju, melangkah melewati masa lalunya, meski jalan ini pun tak mudah.
Perlahan Ryan memeluk Cheryl erat-erat, Cheryl yang merasakan pelukan
itu membalasnya dengan pelukan yang tak kalah mesra, pelukan yang telah
ditunggunya selama ini, saat Ryan memeluknya bukan karena tangisannya,
tapi sebuah rasa yang lain, rasa sayang Ryan pada dirinya.
“ Lee gw mau ngmonk donk , loe ada waktu kan ?? “ ucap Karen sambil
menatap Edison yang tengah berbaring memegangi wajahnya yang membiru
karena pukulan Rey kemarin.
Edison menatap Karen yang tiba-tiba masuk dan duduk di bangku
sebelahnya, sedikit terkejut memang, tapi dia tahu kedatangan Karen
pasti karena ada ‘masalah’.
“ Waduh Ren,.. “ Ucap Edison sambil bangkit duduk.
“ Kenapa loe Lee ?? “ Tanya Karen yang kaget melihat wajah Edison yang biru di beberapa bagian sambil tertawa.
“ Malah ketawa,.. kenapa-kenapa Ren ?? “ Tanya Edison, dia mampu menebak
alasan kedatangan Karen, tapi dia lebih memilih berpura-pura bodoh.
“ Loe tau lah, kenapa gw dateng.. “ Karen menjawab “ Kenapa muka loe ?? “
“ Ah ini biasa lah, ada orang mabuk kemarin.. “ , “ Serius tumben banget
loe dateng ke rumah gw, biasa di kampus aja susah cari loe.. “ Jawab
Edison..
“ Gila, koq bisa sih ada orang mabuk mukulin orang, lapor polisi deh.. “ Ucap Karen gusar.
“ Ah, udah anggep aja sial,.. “ Edison tak mau mengatakan yang sebenarnya.
“ Yawda udah diobatin kan ? Ke dokter ?? “ Tanya Karen.
“ Udah tadi dianter ke dokter ama Jess.. “ , “ Kenapa-kenapa Ren ?
sombong sekarang susah diajak jalan nih “ Ucap Edison setengah bercanda.
“ Bukan gitu,. Ich loe jahat banget sih ngmonknya gitu “ Ucap Karen tak enak hati karena kesibukannya.
“ Hahaha bercanda, gw tau koq, sekarang lagi banyak-banyaknya kerjaan
loe kan, harus semangat ya.. tapi tetep jaga diri.. “ Ingat Edison..
“ Thanks ya Lee dah ingetin, Lee gw tuh mau nanya.. “ Jawab Karen
“ Hah ?? nanya apaan ? “ Tanya Edison pura-pura tak tahu.
“ Ya loe pasti tau lah.. “ Karen enggan mengatakannya
“ Tau apa ?? ohh soal Jack ? “ tanya Edison sambil mengambilkan minuman buat Karen
“ Ga usah repot-repot Lee,.. “ , “ Iya soal Jack.. “ Jawab Karen tergesa
“ Emank dia kenapa Ren ? “
“ Iya Jack.. udah dech jujur sama gw, loe tau kan dia jadian “ Karen dari nada suaranya terdengar sdikit cemburu.
“ Oh itu, iya kayaknya sih.. pacaran sama anak semester 2 dech.. Angel kalau ga salah namanya.. “
“ Iya Angel namanya, ini kan orangnya .. “ Kata Angel sambil memainkan Ponselnya dan menunjukan foto mereka bertiga.
“ Lah itu koe wes ero, ora usah takon mene toh..” Jawab Edison dengan
bahasa Jawa, sedikit terkejut karena Karen malah sudah berfoto dengan
mereka berdua.
“ Iya kebetulan gw ketemu, dan Angel ajak gw foto, kayaknya Jack ga cerita kalau gw mantan pacarnya. “
“ Wah gw ga tau ya kalau soal itu, tau sendiri dia agak tertutup soal itu “ Ucap Edison
“ Iya sih emank.. tapi siapa sih Angel itu ?? “ Karen menyelidik
“ Waduh.. yang gw tau aja ya.. “
“ Iya yang loe tau aja Lee.. ceritain donk.. “
“ Angel itu cantik.. Iya kan..?? “ Tanya Edison sengaja menekankan hal itu
Karen tak membantah, memang Angel sangat cantik dengan kepolosannya itu
“ Iya terus apa lagi ? kalau soal itu gw juga tau.. “ Karen tak sabar
“ Apa ya, friendly dia cepet akrab sama Alice dan yang lain, perhatian,
baik dan kayaknya juga berasal dari keluarga yang lumayan.. “ simpul
Edison
“ Baik dan perhatian ya.. kalau loe ngangep gw gmana Lee ?? “ Karen tak mau kalah
“ Loe ?? masa loe nanya tentang diri loe sendiri.. “ Edison tak enak hati
“ Iya Lee, coba donk gw pengen tau pendapat loe tentang gw. “ Desak Karen
“ Ya loe sih, ya kita dah kenal lama Ren, loe cantik, walaupun ga
pinter. “ Iseng Edison, semantara Karen melempar bantal kearah Edison.
“ Aduh duh duh.. “ , “ Karen itu brutal, beringas dan liar.. wkwkwkwk “ Ucap Edison
“ Kurang ajar ya Lee.. “ Karen mendekat dan mengelitiki Edison,
sementara Edison bertahan menahan rasa geli sekaligus menahan rasa sakit
di wajahnya kalau bergerak berlebihan.
“ Ampun Ren ampun.. “ Pinta Edison
“ Udah serius serius.. “ Karen merapikan rambutnya yang sedikit berantakan
“ Jadi Lee, menurut loe gw sama Angel siapa yang lebih baik ?? “ Tanpa Karen langsung
“ Hmm.. aduhh.. “ Edison memutar otak bagaimana menjawab pertanyaan itu.
“ Gpp Lee, ngmonk aja.. “ Pinta Karen lagi
“ Gimana ya.. gw belum kenal Angel jadi ga bisa jawab, kalau gw bilang
loe lebih baik dari Angel mungkin Iya, tapi bisa aja kan Angel mungkin
lebih baik dari loe.. sorry to say.. “ Edison menjawab, sedikit berterus
terang.
“ Hmmm.. thanks Lee.. “ Karen sedikit berfikir.. “ Berarti kalau dia
pantas buat Jack, gw juga pantas kan buat Jack.. Iya kan.. “ Tanya
Karen.
“ Iya sih, ga salah loe ngmonk gitu, tapi Jack kan lagi jalan sama Angel Ren.. “ Ingat Edison
“ Iya gw tau koq Lee, tapi jujur gw ga bisa lepasin Jack.. gw masih
sayang sama dia.. “ Karen tersenyum.. wajahnya terlihat begitu tak ingin
kalah dari Angel.. dia ingin memperjuangkan lagi hubungannya dengan
Jacksen yang kandas setahun yang lalu.
” Loe di pihak gw kan Lee ?? ” Karen meminta Edison mendukungnya
“ Soal itu gimana ya.. “ Edison tak mampu berkata-kata.
“
Lee serius, kayaknya ada yang salah sama ide loe ini.. “ Tegas Jack
sambil membawa sebuah buket bunga yang terikat dengan tali panjang
sesaat sebelum keluar dari mobil mengikuti Edison.
“ Tenang Jack, ga inget waktu Rey ngasih hadiah ke Cheryl ulang tahun waktu itu ? “ tegas Edison dengan bersemangat
“ Iya juga sih, tapi kayaknya ada yang salah dengan ide loe ini.. “ Jack
menutup wajahnya dengan kaus hitam, terlebih pakaiannya yang serba
hitam benar-benar membuatnya seperti seorang perampok.
Edison menepuk pundak Jack, tersenyum yakin “ Tenang Jack, semua udah gw
perhitungin “ katanya sambil mengeluarkan sebuah speaker dari dalam
mobilnya, dan mencoloknya pada gitar akustiknya.
“ Yawda bener ya, gw ga mau ada masalah apa-apa.. “ Jack benar-benar terlihat tidak yakin.
“ Jack.. “ Ucap Edison, dia menepuk pundak Jacksen dan memeluknya.. “ Trust me my brother.. “ bisiknya.
“ Yawda.. Jack pun merangkak naik, memanjat satu persatu dinding bata di
pinggiran rumah mewah itu, menghindari pandangan satpam dan pembantu
rumah itu yang lebih asyik dengan pertandingan bola yang tengah mereka
saksikan.
Bergerak naik keatas atap tepat diatas pintu masuk rumah itu, dia
melemparkan tanda ok pada Edison yang segera memencet tuts ponselnya dan
mulai memainkan gitarnya.
Seseorang berjalan keluar dari pintu itu dan kemudian sebuah buket bunga mawar tergantung tepat di depannya.
Ponsel itu bergetar diatas meja belajar, bercahaya dan bergetar cukup
lama sebelum kemudian berhenti menandakan panggilan itu sudah selesai,
sebelum kemudian beberapa saat kemudian kembali bergetar, Ryan
mengangkat tangannya meraba meja itu sebelum sebuah tangan lain lembut
menghalangi Ryan mengambil ponsel itu, menarik Ryan dan menindihnya
sambil tersenyum.
“ Jangan angkat ya Ry.. “ Pinta suara itu manja, memandang Ryan yang berada tepat di bawahnya.
Ryan tak bisa menolak permintaan itu, terlebih Cheryl yang menunduk sambil mencium bibirnya.
“ Cakep ya Lee.. gila cakep banget.. “ ucap Jack dengan nada menyindir malas
Sementara Edison sibuk menelepon sambil memandang Jack yang semenjak
tadi menggerutu, sementara di depan sana Jessica sedang berbicara dengan
seseorang yang tengah sibuk mencatat ucapannya, sementara Mellisa dan
Vic membawakan makanan untuk Jack dan Edison yang tengah ditahan di
dalam sel penjara.
“ Koq bisa sih? Kalian punya ide gitu ?? “ Tanya Mellisa heran membukakan sebuah teh manis hangat dalam gelas kertas,
Jack mengambil minuman itu dan meneguknya dengan cepat “ Tuh yang punya ide.. “ sindir Jack
“ Udah ah, jangan dibahas lagi kenapa ?? sory Jack.. “ Ucap Edison malas sambil menutup teleponnya
“ Makanya kan ada yang salah gw bilang, loe mau ikutin Rey dulu, tapi
inget mereka sengaja janjian di tempat kita, siapa yang mau nangkep..
nah dirumah orang dalem komplek gitu, yang ada dikira maling gw.. “ Ucap
Jack kesal
“ Loe dah tau ada yang salah malah ga ngash tau, gimana sih.. “ Edison tak mau disalahkan..
“ Udahlah, yang bisa keluar.. “ Jack malas berdebat..
“ Kalian tuh aneh-aneh aja tau ga ?? Ulangtahun aku malah harus urus
kalian keluar dari penjara, bisa ga sih kasih surprise yang agak
normal.. “ Jessica menggerutu membawa sebuah kertas dan memberikannya
pada salah satu petugas untuk ditandatangani, sementara petugas itu
menstampel dan mentandatangani berkas itu sebelum membuka sel penjara
itu.
“ Ya ampun sayang, kalau surprise yang normal bukan surprise namanya.. “ Kata Edison sambil berjalan keluar dari sel itu,
“ Ya tapi ga gini juga, bikin orang repot tau ga.. “ Jessica terlihat begitu kesal.
“ Ya ampun, maap sayang janji ga gini lagi.. “ Edison merayu Jessica sambil mencium lengan gadis itu..
“ Biasa dech, kalau dah gini ngerayu.. “ Jessica menatap Edison yang
tengah menatapnya manja, memandangnya dengan tatapan yang begitu jutek
sebelum kemudian tersenyum sendiri.
“ Kamu tuh, ngapain masih pakai ginian ?? “ Jack mendekati Angel, melepas jepit rambut yang menjepit pony gadis manis itu.
“ Hah ?? aku daritadi pakai ginian ?? “ Angel terkejut melihat jepit
rambutnya yang masih menempel daritadi sejak terbangun di tengah malam
saat mengetahui Polisi membawa Jack dan Edison kedalam pos polisi karena
dicurigai tengah merampok rumah atas laporan tetangga rumah Jessica dan
Mellisa.
“ Makanya jangan buru-buru, aku gapapa koq.. “ Jack tertawa melihat wajah polos kebingungan Angel yang merona merah karena malu.
“ Ahhhh aku kan panic, kawatir tauu.. “ Angel merajuk..
“ Iya kawatir sih kawatir, tapi jangan ke kantor polisi pakai daster juga.. “ Jack tertawa dan memeluk Angel.
“ Hmmmm sekarang ketawa, peluk-pelukan tadi marah-marah terus sama gw.. “
Sindir Edison melihat Jack yang tengah asyik bermesraan dengan Angel,
sementara dia masih berusaha merayu Jessica agar tidak lagi marah
setelah dia melakukan lagi aksi konyolnya.
“ Bawel ah.. pulang dech,. Ngantuk banget ini.. “ Celetuk Jack melirik jam yang sudah menunjukan pukul setengah 4 pagi..
“ Iya pulang yukk.. aku ngantukk.. “ Kata Mell sambil menyender ke pelukan Vic..
“ Yawda, aku anter pulang dulu ya.. “ Vic memeluk Mell sambil tersenyum,
“ Jess mau ikut ? apa bareng Lee ?? “ Tanya Vic sambil tertawa
“ Gw ikut loe aja Vic, males nih ama dia.. “ Jawab Jess sambil menggerutu
“ Yangggg… yangggggggg “ Edison merayu manja pada Jessica..
“ Gw pulang dulu dech.. yang aku ikut kamu aja.. “ Kata Jack pada Angel
sambil berjalan keluar, hendak membuka pintu ruangan itu.
“ Ci Karen ?? “ Angel terkejut saat Jack membuka pintu itu dan Karen berdiri tepat di muka pintu itu.
“ Hai Ngel.. “ Karen terlihat begitu cantik, meski berpakaian sopan
berbeda dengan kebiasaaanya mengenakan pakaian yang seksi sedikit
terbuka, namun tetap dia terlihat begitu cantik dengan baltuan baju
lengan panjang dan riasan yang cukup tebal menunjang kecantikannya.
Sama dengan Angel yang tengah terkejut, Jack segera berbalik dan menatap
curiga pada Edison, Edison langsung menggoyangkan tangannya, membentuk
tanda tidak tahu karena kehadiran Angel.
“ Udah bebas ya ?? sampai khawatir banget aku.. “ Karen menaruh
tangannya di dadanya bersyukur melihat Jack dan Edison yang sudah bebas.
“ Iya ci, loh koq tau mereka berdua ada disini ?? “ Angel bertanya bingung.
“ Oh iya, aku ga pernah cerita ya.. aku teman mereka dari SMA dulu.. “
Ucap Karen dengan sengaja, dia seolah ingin menunjukan kedekatannya
dengan Edison dan Jack.
“ Ah, yang bener ci.. koq cici ga pernah cerita.. “ Angel terlihat
binggung, dia menatap Jack yang juga tak pernah menceritakan masalah ini
pada dirinya.
Jack hanya membuang pandangannya.
“ Makasih ya ci, dah perhatian sama Jack dan Edison “ Meski sedikit curiga dia berusaha bersikap sesopan mungkin pada Karen.
“ Iya, gapapa koq wajar kan perhatian sama mereka,.. “ Karen tersenyum sambil memeluk Angel
Jack menarik Angel dengan sengaja, dia seolah kawatir dengan sikap Karen
yang berusaha mengakrabkan diri dengan Angel, “ Yawda ya, cape mau
pulang dulu.. “ Celetuk Jack menarik Angel berjalan keluar.
“ Permisi ya ci.. “ Angel menunduk sambil mengikuti Jack yang menariknya keluar..
Mereka masuk ke dalam mobil, menyalakan mobil itu dan bergegas pergi
dari tempat itu, Karen hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan oleh
Jack yang selalu berusaha menghindari dirinya, dia tahu wajar kalau Jack
melakukan itu semua, tapi dia pun sungguh tak tahu harus melakukan apa
untuk mendapatkan kembali Jack dalam pelukannya.
“ Ren, koq bisa sih sampe kesini, kan gw dah bilang ga ada apa-apa.. “
Edison mendekati Karen yang terdiam menyaksikan bagaimana Jack berubah
menjadi begitu dingin pada dirinya, padahal dia percaya bahwa Jack belum
mengatakan apapun tentang hubungan mereka yang telah berakhir pada
orangtuanya sendiri. Karen percaya bahwa Jack masih memiliki rasa cinta
pada dirinya, tapi melihat bagaimana Jack memperlakukan dirinya, dia
sedikit bimbang sedikit kecewa.
“ Lee.. gw harus gimana ?? Salah kalau gw perhatian sama dia.. “ Tanya
Karen membela diri, dia memang mendapat kabar dari Edison, tapi Edison
sudah menasehatinya untuk tidak datang kesana.
“ Ga koq, ga salah kalau loe perhatian ma Jack, satu-satunya yang salah
adalah loe perhatian LAGI sama dia.. “ Edison memeluk Karen yang
terlihat begitu bimbang, dia sengaja menekankan kata LAGI dalam
kalimatnya.
“ Memang apa yang salah dengan kata LAGI ? gw ma Jack belum bener-bener
berakhir kan.. “ Karen berusaha mencari pembenaran dirinya.
“ Iya mungkin buat loe belum Ren, tapi gw tau Jack gw tau apa yang ada
dipikirannya.. “ Tegas Edison, “ Yawda loe mau gw anter pulang ?? “
Tanya Edison begitu perhatiannya..
“ Ehemmmm “ Jessica yang tidak suka melihat kedekatan Edison langsung bereaksi..
Edison tergagap melepas pelukannya pada Karen, berbalik dan
menunduk-nunduk sambil meminta maaf pada Jessica.. berusaha memeluk
kekasihnya itu sayangnya kali ini pelukannya tidak mendarat dengan tepat
pada Jessica yang malah menghindari dirinya.
“ Ampun yang ampunn…. “ Edison kembali berusaha merayu Jessica
“ Ayo silahkan anterin pulang dulu temennya, silahkan.. “ Jessica terlihat begitu kesal kali ini.
“ Ga koq, dia bawa mobil sendiri, bisa pulang sendiri ya.. iya kan Ren..
“ Edison memberi kode agar Karen membantunya membujuk Jessica yang
memang pencemburu berat. Dia juga memandang Vic dan Mellisa memohon
bantuan, sementara Mellisa hanya tertawa kecil berusaha tak perduli pada
permintaan Edison itu.
“ Lee loe harus bantuin gw, harus bantuin gw.. “ Pinta Karen dengan wajah yang begitu serius.
Edison menggeleng,, kali ini dia berusaha tegas. “ Gw ga bisa bantuin
loe Ren, gw mungkin hanya bisa kasih loe satu kesempatan, sisanya loe
harus jalanin sendiri. “
“ Iya, ga apa-apa.. tolong.. “ Karen semakin mendesak.
“ Iya, nanti gw hubungin loe dech.. gw pulang duluan ya.. Loe bisa
pulang sendiri kan ?? “ jawab Edison sambil melirik jam sedikit kawatir.
“ Ok, gw tunggu ya, gw berharap banyak sama u Lee.. sekali lagi tolong.. “ Pinta Karen
Edison mengangguk sambil menarik Jessica keluar, Jessica sendiri
terlihat begitu dingin terhadap Karen, dia melewati Karen tanpa sepatah
katapun.
Mobil Edison berhenti tepat di depann rumahnya, sementara Edison melirik
kearah rumah Jack yang masih gelap, mobilnya terparkir di depan rumah,
tapi terlihat sepertinya pemilik rumah itu belum ada di dalamnya.
“ Kamu koq bawa aku kesini, aku mau pulang ngantuk tauu.. “ ucap Jessica sambil mengulas matanya mengantuk.
“ Hmm, sebentar ya ada yang mau aku ambil.. “ Jawab Edison, sambil membuka pintu mobilnya
“ Aku tunggu disini aja ?? “ Tanya Jessica lagi
Edison menggelengkan kepalanya “ Turun dulu ya sayang sebentar, oh iya kado kamu udah dikasih sama Mell ? suka ?? “ tanyanya
“ Oh iya udah, suka banget.. makasih ya sayang.. “ Jessica tersenyum,
teringat dengan hadiah yang diberikan oleh Mellisa tadi tepat jam 12
malam.
“ Yawda, turun dulu ya.. Bagus dech kalau kamu suka “ Kata Edison sambil membukakan pintu mobilnya untuk Jessica.
Jessica pun keluar, masih dengan wajah yang begitu mengantuk. “ Jangan lama-lama ya, aku ngantuk.. “
“ Iya, sebentar aja koq.. “ Edison membuka pintu rumahnya sebelum
kembali menarik Jessica masuk sambil menutup kedua mata Jessica dengan
telapak tangannya, membawanya memasuki kamar Edison.
“ Apaan sih.. dasar dech pake tutup-tutup mata segala.. “
“ Iya boleh koq buka matanya sekarang.. “ Edison melepaskan tangannya yang tadi menutup mata Jessica..
Jessica membuka matanya, menatap begitu banyak cahaya lilin yang menyala
di dalam kamar itu, hamparan bunga mawar diatas ranjang dan sebuah
bucket bunga, sementara Edison mengambil sebuah kue dari atas meja
kamarnya, menyalakan lilinnya dan memberikannya tepat di hadapan
Jessica..
“ Selamat ulang tahun sayang.. “ Edison tersenyum sambil meminta Jessica
meminta Edison meniup lilin itu. Jessica menyambutnya dan bersiap
meniup lilin itu..
“ Eitss bentar dulu, berdoa dulu.. “ Tahan Edison, Jessica tersenyum
menutup matanya sejenak sebelum kemudian meniup kedua lilin itu.
Edison berbalik menaruh kue itu diatas mejanya sebelum Jessica
memeluknya dari belakang, sambil membenamkan wajahnya ke punggung Edison
yang kemudian berbalik dan mencium hangat bibir Jessica, Edison memeluk
Jessica begitu erat, mencium bibir itu dan membawa keduanya keatas
ranjang yang penuh dengan kelopak bunga mawar.
Bibir mereka yang terus bertaut, lidah yang bermain di rongga mulut
mereka dan pelukan-pelukan hangat. Tangan mereka yang saling menyentuh
wajah pasangannya senyuman sebelum pelukan dan ciuman yang kembali hadir
dalam kehangatan itu.
##
Ryan berjalan memasuki gymnasium basket kampusnya, mengendong sebuah tas
olahraga berisi peralatan basketnya, sementara satu tangannya lagi
menjinjing sepatu basketnya.
“ Oi Ry, kemana aja ?? seminggu ga ikut latihan.. “ Sapa salah satu temannya yang sedang mengikat sepatu basketnya
“ Hahaha, iya nih udah ga masuk tim juga gw, jadi ga perlu sering-sering
ikut latihan dech.. “ alasan Ryan, sambil duduk di sebelah temannya
itu.
Dia kemudian mengganti bajunya dengan kaus basket dan mengambil kaus kaki dari dalam tas olahraganya..
“ Gw duluan ya Ry, nanti si Rey ngoceh-ngoceh lagi kalau lama-lama disini.. “ Kata temannya itu
“ Ok Bert, bentar gw nyusul “ Jawab Ryan yang mulai memasang tali sepatu basketnya itu.
Mata Ryan mengintip pada Rey yang tengah berlari mengelilingi lapangan
basket itu, Rey yang terlihat seolah tak nyaman dengan kehadiran Ryan di
lapangan itu, tapi sebenarnya ini juga yang menjadi alasan Ryan datang
ke latihan tim hari ini.
Tak lama Ryan pun ikut kedalam latihan tim itu, ikut berlari mengikuti
pemanasan sesuai perintah pelatih, berbeda dengan beberapa anggota tim
yang terlihat begitu antusias melihat Ryan yang mengatakan akan kembali
aktif didalam tim, Rey yang biasanya menjadi sahabat utama Ryan terlihat
dingin dan malas mendengar pernyataan Ryan tadi.
Latihan berlanjut menjadi permainan latihan, kali ini Ryan dan Rey
terpisah dalam tim yang berbeda, Rey bermain bagus dengan melakukan
banyak Rebound dan tak mau kalah dengan cepat Ryan membalas dengan
lemparan 3 angka dan passing yang menjadi andalannya. Ada yang berbeda
dengan cara bermain Ryan, cara bermainnya yang seolah sengaja
memprovokasi Rey terus menerus, bagaimana tangannya yang sering sengaja
menarik kaus Rey, bagaimana gerakannya yang terkadang terlihat cukup
kasar pada Rey.
Berulang kali mereka berbenturan, hingga akhirnya Rey kehabisan
kesabarannya, ia menarik kaus Ryan dan membenturkan kepalanya ke wajah
Ryan.
Teman-teman mereka segera melerai keduanya yang terlihat begitu
emosional dan begitu bernafsu untuk kembali terlibat dalam baku hantam,
Ryan yang sedikit lebih tenang mengalah dan membiarkan teman-teman
mereka melerai keduanya.
“ Loe kebiasaan emank, semua masalah di beresin dengan marah-marah dan
tinju loe doank.. “ Ledek Ryan, sementara beberapa temannya memintanya
untuk diam dan tidak dengan sengaja memprovokasi Rey lagi.
“ Anjing.. ngmonk apa loe..!! “ Bentak Rey sambil berusaha melepaskan diri dari hadangan teman-temannya.
“ Yang loe tau cuma marah-marah dan marah.. pengecut tau ga.. “ Lanjut
Ryan sementara yang lain berusaha membawa Ryan keluar dari lapangan.
“ Loe yang pengecut, apa yang loe lakuin tuh pengecut!! Banci loe.!!
Temen loe sendiri aja loe kerjain gitu !! “ Rey terus mencaci Ryan
dengan suara keras dan kasar.
“ Gw ?? Gw yang pengecut ?? Ngaca Loe.. “ Bentak Ryan tak kalah keras.
“ Eh !! Bangsat loe ya !! “ Rey hampir berhasil melepaskan dirinya,
dengan terburu dia berlari berusaha mengejar Ryan yang tengah mengambil
tasnya dan berjalan keluar, tapi teman-teman setimnya kembali
menghentikan langkah Rey tersebut.
“ Kalau loe ga pengecut, loe ga akan cancel jadwal kita minggu depan “ Tegas Ryan sambil melangkah keluar dari ruangan itu.
##
“ Wah mudah-mudahan ga delay dech.. “ Edison menggerutu sambil melirik jam tangannya pukul 1 lewat 20 siang.
“ Sabar aja dech.. hujan juga kan, bahaya kalau kita berangkat
sekarang.. “ Jessica bertumpu pada pundak Edison sambil mencium pipinya
ringan, “ Yang lain juga belum datang kan.. “
“ Iya nich.. ga pesawatnya, penumpangnya ikut-ikutan delayed, padahal
tinggal berapa menit lagi ini harusnya kita naik ke pesawat.. “
“ Udah ga usah bawel, dah bagus jadi kita berangkat hampir aja batal
liburan ini.. “ Jack yang berbaring memakan tempat di kursi tunggu
bandara tepat di seberang Edison dan Jessica yang tengah menggerutu. Dia
tiduran di paha Angel yang hanya bisa tersenyum melihat Jack yang
begitu seenaknya memakan tempat duduk orang lain..
“ Iya sih, tapi kalau gini bisa-bisa kita liburan cuma berempat Jack “
“ Bagus kan, jadi lebih romantis gitu.. “ Jack bangun dari tidurannya dan memeluk Angel nakal
“ Ich apaan sih, malu banyak orang.. “ Protes Angel sambil mencubit pinggang Jack
“ Aduh sakit yang.. tega banget.. “ Jack protes karena Angel mencubitnya kecil dan sakit..
Sementara Edison tak mau kalah dan memandang genit pada Jessica..
“ Eh enak aja, mending pulang daripada cuma berempat, bahaya tahu.. “ Jessica terlihat tidak setuju dengan ide itu..
“ Bahaya kenapa sayang ?? Ada aku gitu loh.. “ Edison memamerkan otot tangannya yang benar-benar rata.
“ Justru ada kamu bahaya, disana katanya banyak ular tahu.. “ Jessica memberi alasan.
“ Banyak ular ?? ah enggak cuma satu koq sumpah dech, masa takut.. “ Edison tertawa genit..
“ Aduhh ngaco dech, ngmonkin apaan sih kamu.. “ Protes Jessica
“ Penerbangan Garuda Airlines menuju Bandara Abdul Rahman Saleh Malang,
dengan kode penerbangan GA-5532 akan segera berangkat, bagi penumpang
dapat menuju pintu keberangkatan “ Suara dari speaker bandara terdengar.
“ Tuh mau berangkat ga ?? bisa-bisa cuma berempat ini.. “ Tanya Edison sambil tertawa
Jessica menjawabnya dengan berdiri mengambil tas tangannya dan berjalan
menuju pintu keberangkatan, Edison mengejar sambil membawa tas
gendongnya dan memeluk manja pada Jessica, sambil berjalan mendekati Vic
dan Mellisa yang justru telah berada di depan pintu keberangkatan.
“ Widih.. bajunya sama gini.. “ Tanya Edison pada Jessica dan Mellisa
yang menggunakan baju seragam, “ Darimana aja kirain ga jadi ikut
jalan-jalan.. “
“ Itu.. “ Vic menunjuk VIP Lounge sambil tertawa..
“ Wah, ada disitu tapi ga bilang-bilang, enak-enakan ga ngajak-ngajak.. “ protes Edison
“ Salah sendiri nyariin enggak, nanya juga enggak.. “ Jawab Vic sambil
menyerahkan boarding passnya pada pramugari yang berdiri di depan pintu
keberangkatan.
“ Sory-sory telatttt “ Ryan setengah berlari sambil menggandeng Cheryl di sebelahnya mengeluarkan boarding pass dari tasnya.
“ Gila… sekarang maen gandeng aja.. “ Jack menyindir Ryan yang datang
terlambat, memang diantara yang lain Jack yang paling vocal menentang
hubungan Ryan dengan Cheryl yang malah semakin terlihat begitu dekat.
Meski keduanya sama-sama menolak bila ditanyakan tentang status pacaran
mereka, hanya teman selalu menjadi alasan keduanya.
“ Gpp donk, sirik aja.. tuh peluk aja si Angel.. “ Jawab Cheryl sambil
tertawa berusaha mengalihkan pembicaraan, sementara Ryan memberikan
boarding pass keduanya pada pramugari di depan pintu itu.
“ Ya ya ya.. “ Jack menjawab malas..
Sementara dari kejauhan berjalan mendekat sambil membawa tas mereka,
yang satu lelaki tampan dengan tubuh tinggi tegap, membawa sebuah tas
gendong dan membantu gadis cantik berkaca mata hitam dengan membawakan
sebuah tas milik sang gadis.
“ Maaf ya telat.. “ Tegur Karen pada rombongan itu sambil tersenyum
Wajah Cheryl berubah sesaat melihat Rey yang berdiri di samping Karen,
senada dengan wajah Jack yang seolah tak percaya sambil langsung
memalingkan wajahnya menatap Edison yang kali ini menunduk mengiyakan
kalau dia yang menjadi biang onar kehadiran Karen di acara liburan
mereka kali ini. Dan Angel yang biasa begitu ramah terhadap Karen kali
ini tak menunjukan reaksi apapun, hanya diam.
Sementara Ryan tersenyum kecil, sambil menarik Cheryl memasuki pintu
keberangkatan, seolah sengaja dengan menggengam erat-erat tangan Cheryl
di depan Rey.
“ Yawda-yawda.. kita berangkat sekarang sebelum langsung lanjut ke pulau
Sempu okay.. “ Edison berinisiatif memecah keheningan yang sesaat
muncul sambil menarik Jack dan Angel masuk ke dalam pintu keberangkatan,
sementara Rey dan Karen berinisiatif mengikuti keempat orang itu.
Bersambung.
# semoga masih betah dan ga muntah ngebaca cerita ini.