Anueta - Pedih / Indonesian Ghotic Metal
Malaikat Tanpa Sayap
Part II
“ Jennifer, panggil aja Jenny “ Katanya sambil tersenyum dipaksakan
“ Nama gw Ryan, kalau gw masih belom keluar juga, nanti kasih tau aja yang ada di counter loe nyari gw ya.. OK “
Aku pun meninggalkannya masuk ke ruang ganti, dan segera menghadap supervisor-ku, kukatakan saja terus terang kalau aku baru membantu seseorang yang kecopetan, dan sekarang orangnya ada didepan, beruntung Bos-ku mengerti dan langsung menyuruhku berganti shift dengan teman-ku.Akupun masuk ke Ruang Kerja, sebelum tak lama Jenny datang ke meja order dan meminjam Handphone-ku, wajahnya terlihat ragu.
“ Aku ragu-ragu, ada 3 nomor yang aku inget, gapapa kan kalau aku coba satu-satu ?? “ Tanya-nya
“ Iya gpp. Nich pake aja.. “ Kata-ku, sambil memberikan handphone-ku padanya
“ Makasih yah koh.. “ Katanya
“ Iya gpp, eh udah mesen minuman ?? “ Tanya-ku karena di mejanya terlihat masih kosong.
“ Ga dech, aku ga enak ngerepotin.. “ Katanya sambil mengembalikan Voucher yang aku berikan tadi.
“ Udah gw bikinin Iced Caramel Macchiato aja ya, minuman favorite gw, pasti lu suka OK ? “ kata-ku
Dia hanya mengganguk ragu. Sebelum kemudian tersenyum
Aku pun membalas senyumannya sebelum kemudian mulai meracik minuman favoriteku untuk-nya
Kemudian aku memanggilnya lagi yang duduk tak jauh dari Order Desk dan memberikannya segelas Iced Caramel Macchiato, Jenny pun mengembalikan Handphone-ku,
“ Bentar lagi Mamah jemput aku koq, makasih ya koh dah ngerepotin kamu.. aku panik banget tadi soalnya isi dari tas aku itu banyak banget yang penting.. “ Jelas-nya
“ Udah gpp, namanya juga lagi sial.. Oh iya lu sekolah di Global jaya ya ?? “ Tanya-ku..
“ Iya koq tau, oh iya dari seragam aku ya.. “ Katanya sambil tersenyum dan menutupi badge sekolah di dadanya. Akhirnya dia tersenyum lepas setelah menekuk wajahnya selama 1 jam tadi.
“ Bukan asli dari Jakarta ya ?? “ Tanyaku lagi..
“ Koq tau lagi sih ?? oh logat ku masih medok ya ?? iya aku dari Surabaya aku baru pindah 1 minggu ini.. makanya aku binggung banget waktu kehilangan tas tadi, sebenernya aku mau dijemput tadi cuma gara-gara kecopetan aku panik, malah lupa mau dijemput di halte tadi.. “
“ Haha, dasar makanya jangan teriak-teriak bikin orang ikut panik juga tau ga, eh asli mana tadi ? “
“ Dari Surabaya, namanya juga panik kan ga bisa kekontrol.. “ Dia tertawa-tawa sendiri mungkin mengingat bagaimana paniknya dirinya tadi. “ Iya maaf ya, jadi mukul-mukul gitu. “ Wajahnya memelas manja.
“ Iya, tapi kurus-kurus kuat juga ya, sakit tau pukulannya haha.. “ Aku tertawa kecil
“ Ah masa… boong ah kokoh.. aku kurus begini gada tenaganya.. “ Dia membela dirinya sendiri..
“ Haha, yawda ditinggal dulu ya, lagi kerja nich,, diminum ya minumannya, “ Kata-ku sambil berjalan kearah seorang ibu yang hendak memesan minuman..
Tak lama sekitar 20 menit kemudian seseorang mendekati tempat Jennifer duduk, sepertinya memang menjemputnya tapi penampilannya sepertinya bukan Papahnya, mungkin supirnya memang dari cara berpakaian dan sekolahnya bukan hal yang aneh kalau keluarganya punya supir pribadi. Aku memperhatikannya saja dari jauh sebelum Jennifer kemudian berjalan mendekatiku.
“ Ko Ryan, aku pulang dulu ya, udah dijemput tuh.. Makasih banget ya Koh “ Katanya.. Wajahnya terlihat kecewa.
“ Yawda ati-ati ya, lain kali jangan sampe kecopetan lagi, makanya jangan bengong kalau di halte gitu, ini Jakarta “ Kataku berusaha membuatnya tersenyum lagi
Dia kemudian tersenyum datar sebelum kemudian kembali pamit dan pergi keluar.
Dan aku gak pernah menyangka bahwa sejak hari itu, Jennifer Adrian akan melompat masuk dalam hidupku.
Dan Gadis cantik yang duduk didepan-ku sekarang ini sambil mengaduk-ngaduk Iced Caramel Macchiato itu bernama Jennifer Adrian, seorang gadis cantik yang berusia 2 tahun dibawahku, kelas 1 SMA, pindahan dari Surabaya, Manja, lucu dan energik dan bawelnya ga ketulungan..
Sejak dia kecopetan dan merepotkan ku selama beberapa jam kami mulai menjadi begitu dekat, aku pikir wajar karena dia juga belum mempunyai banyak teman di Jakarta, dan lagi dia butuh lebih dari 1 bulan untuk beradaptasi, sebelum Jenny kemudian datang ke Starbuck tempatku bekerja bersama teman-temannya dan mengenalkan teman-temannya itu padaku. Setelah itu entah bagaimana mulanya kami terkadang mulai pergi berdua, Makan, Nonton atau hanya sekedar pergi menghabiskan waktu.
Aku tahu, dibalik senyumannya dia selalu kesepian, tapi aku pun tak bisa melakukan apapun untuknya, dia sama sekali tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarganya. Satu-satunya yang pernah dia ceritakan tentang keluarganya adalah kekecewaanya waktu Mamahnya sama sekali ga menjemput dia waktu kecopetan dan memilih arisan bersama teman-teman baru Mamahnya. Itu juga alasan kenapa dia menekuk wajahnya saat itu.Dan aku tahu, aku harus bisa memposisikan diriku dengan benar, aku sadar dengan keadaan-ku dan aku mengerti bahwa aku harus membuang jauh-jauh perasaan Suka-ku pada-nya, aku gak mau membuang waktu-ku, juga uang untuk pacaran, aku sedang mengejar bea-siswa Perguruan tinggi dan membutuhkan banyak uang untuk itu.
Dan lagi untungnya, sepertinya Jennifer tergolong supel dan punya banyak sekali teman lelaki, sehingga aku bisa memposisikan diriku sama seperti mereka, atau maksimal sebagai seorang Kakak untuknya.
“ Koh, nanti habis kerja kita makan yuk, aku baru dikasih tau sama temen aku, ada tempet makan seafood yang enak banget. Pasti Kokoh suka.. “ Katanya dengan wajah manjanya..
“ Ga dech, besok pagi soalnya ada acara, harus bangun pagi.. “ Aku berusaha menolaknya, Seafood boo mahal pastinya.
“ Ichh kokoh, jahat banget sih, lagi acara apa sih ko, besok kan minggu.. “ dia merajuk seperti biasa.
“ Besok mau latihan basket tau, kan lu dah janji mau ntn kompetisi antar sekolah akhir bulan ini “ Jawab-ku sekaligus membuat alasan.
“ Yawda koq, latihan latihan aja, kan kita makannya male mini, ga pulang malem-malem dech janji.. “ Dia kembali memohon seperti biasa.
“ Ga dech, nanti aja ya.. “ Aku kembali menolak..
“ Ah Koko jahat.. pelit bweeee “ Dan seperti biasa dia langsung keluar dari Outlet-ku.. dan aku pun harus mengejarnya sebelum dia nanti bertambah marah dan menerorku malam-malam dengan terus menelepon ke Handphone ataupun telepon rumah..
Jelek ya sifatnya, tapi itu juga yang membuatnya kadang begitu sulit lepas dari pikiran-ku.
Tapi jauh dari sifat manja yangkekanak-kanakan, dia juga bisa begitu perhatian yang pada-ku, sesekali dia datang dan membawakan-ku minuman saat aku berlatih basket, terkadang teman-teman-ku sering mengganggu kami, tapi bukan Jenny namanya kalau tidak bisa akrab dengan mereka , malah mulai membalas semua ledekan mereka.
“ Koh, kamu jadi kan ikut pertandingan itu ?? “ Tanya-nya sambil mengambil Tissue dari tasnya dan memberikannya padaku.
“ Iya jadi, kenapa emang ? , Mau nonton ?? “ Tanyaku sambil meminum, isotonic yang dibelikannya tadi.
“ Ga koq, Gpp.. pengen tau aja hehe “ Jawabnya
“ Ah bilang aja, mau cuci mata cari cowo anak basket kan, “ Goda-ku..
“ Ich, apaan sih,, ga dech ya.. lagi nyari anak basket disini juga udah ada banyak lagi. Bau keringet semua.. “ Katanya
“ Oh bau keringet ya ? “ Aku pun memeperkan keringat dari wajahku ke tangannya, dan reaksinya seperti yang sudah bisa ditebak dia langsung marah dan lari mengejar-ku..
Kami pun berlari-larian dan membuat teman-temanku ikut menyoraki, bukannya menjadi malu, malah dia mengambil bola basket dan berusaha melemparku dengan bola basket itu.
“ Udah-udah ah, orang mau latihan juga, malah iseng gitu, ga lucu tau.. “ Aku membela diri, karena memang teman-temanku yang lain sudah mulai masuk ke lapangan lagi..
“ Kamu tuh ga lucu koh, maennya kayak anak kecil jorok gitu.. “ Dia masih marah-marah dan berhasil membuat ku terpojok..
“ Udah ya, maaf dech, udah mau latihan dulu.. “ Kata-ku, karena aku tahu lemparannya cukup keras..
“ Makanya kesini, aku timpuk dulu bentar, pelan koq.. “ Ancamnya..
Kali ini aku mengalah dan mendekat, dan seperti biasa dia kemudian melemparku dengan bola basket dengan sekuat tenaga tiga kali, iya tiga kali sampai dia puas.
“ Udah ya udah.. Sakit ini.. “ Kataku, tanganku memang benar-benar sakit, aku pun sampai berjongkok menghindari timpukan bola basket dari Jenny
“ Makanya jangan jorok toh jadi orang.. “ Dia mencibirku
“ Yawda gw latihan lagi ya..dah ditungguin sama yang lain tuh.. “ Kataku sambil berusaha berdiri.
“ Yawda Koh, tapi janji ya, jangan jorok lagi, awas loh “ Ancamnya
“ Iya Janji.. Katanya mau pergi.. gih pergi gih.. “ Kataku
“ Iya ga usah diusir juga mau pergi, temen-temen udah nunggu di depan, aku pergi se yo “ Jawabnya
“ Iya, yawda ati-ati toh ya.. “ Aku mengikuti logat surabayaanya..
“ Awas kamu koh, ngeledek aku terus ya ! “ Katanya sambil berlalu pergi.
Dan itulah Jenny, kadang aku begitu ingin memilikinya tapi aku sadar aku harus bisa mengerem diriku sendiri untuk memilikinya, karena aku tahu aku ga bisa memberikan yang terbaik buat dia, buat aku cukup untuk melihatnya, karena dia malaikat tak bersayap buat-ku.
Dan di akhir bulan itu, aku tak pernah menyangka kalau dia benar-benar membelikanku sebuah sepatu Basket baru, sebuah sepatu Nike Zoom Kobe yang memang sudah lama aku inginkan, tapi ga pernah bisa aku beli karena harganya yang luar biasa..
“ Ini kamu buat apa beli yang gini mahal-mahal ?? “ Protes-ku, aku memang senang dengan pemberiannya tapi, aku juga ga suka dia membelikan barang yang mahal buat-ku, buatku itu seperti hutang yang harus aku bayar.
“ Udah koq gpp, aku pengen banget koko pake sepatu itu.. pake ya ko.. Plizz “ Dia berusaha merayuku dengan wajah manjanya.
“ Ga dech, makasih ya.. nanti aku juga bisa beli sendiri koq “ Kataku , sebelum aku masuk ke ruang ganti pemain
“ Jahat banget sih ko.. “ Dia berkata dengan sedikit keras hingga terdengar oleh-ku
Mungkin aku sedikit keras, tapi sungguh ini adalah sebuah hal yang principal buat aku, aku ga suka kalau ada orang yang membelikan barang mahal buat-ku, sedangkan buat aku sendiri barang itu sangat aku sukai, aku jauh lebih bangga kalau aku bisa membeli barang itu sendiri. Dan mungkin buat Jenny barang itu murah dan dia bisa kapan saja membeli barang itu untuk dihadiahkan buat siapapun. Atau aku sebenarnya marah karena ego-ku sendiri ?? Jujur aku memang sudah menabung untuk membeli sepatu itu dan sekarang seseorang membelikannya buatku dengan begitu mudahnya.
“ Kenapa loe Yan ?? “ Tanya Rey sahabat sekaligus teman setim-ku
“ Ga, gpp.. gw main belakangan aja ya Cap.. Lagi ga bisa konsen .. “ Jawabku pada-nya
“ Kenapa sih, ga biasanya loe gini ?? “ Tanya-nya lagi “ Ga biasanya gini, gw ga bisa ganti loe “
“ Sebentar aja satu babak Cap.. “ Kataku
“ Hari ini penting banget, penyisihan terakhir, loe tau sendiri ada Scout Beasiswa Jalur Olahraga dari Univ-Univ dan mereka mau liat loe, loe harus tunjukin yang loe bisa ke mereka.. Loe mau lepasin itu buat urusan sepele ? “ Rey berusaha mengingatkanku.
“ Yawda kasih gw waktu 5 menit ya.. “ kata-ku sambil menutup wajahku dengan handuk.. Berusaha menenangkan diriku
“ Kalau soal Jenny, loe harus hargain dia, dia sampe bela-belain nanya sepatu apa yang loe mau, warna apa, terus ukuran sepatu loe.. Dia sampe neleponin gw terus buat nemenin dia pergi beli sepatu, dan sekarang loe malah ribut buat urusan sepatu itu,.. “ Kata Rey
Kepala-ku bertambah pusing sekarang..Aku pun bergegas keluar dari ruang ganti, dan seperti yang aku duga, sepatu yang dibelikan Jenny tergeletak di depan pintu. Aku memungutnya dan berlari berusaha mencarinya di sepanjang koridor itu, tapi aku tak bisa menemukannya.
Aku bergegas kembali ke ruang ganti, mengambil Handphone-ku dan berusaha meneleponnya namun dia terus mereject panggilanku, aku mengSMSnya berkali-kali tapi dia tidak membalasnya.
Sampai pertandingan hampir berakhir, Dia tetap tak membalas maupun mengangkat telepon dariku, SMU nyaris dipastikan menang, kami sudah unggul lebih dari 25 angka dan aku bermain cukup baik hari ini dan mencetak cukup banyak angka dari 3 point.
Tapi aku lebih butuh SMS maupun telepon dari Jenny sekarang..
Aku pun minta Ray menggantiku dengan teman-ku yang lain, aku tahu dia pasti akan menepati janjinya untuk menonton pertandingan hari ini, dan dia pasti ada di salah satu tempat duduk di GOR ini.Aku pun mencari di setiap sudut GOR itu, hingga akhirnya aku menemukannya. Di dekat pintu keluar penonton menghadap kearah lapangan, sedangkan aku berdiri dibelakangnya
“ Jenn.. Sorry “ Aku tak berani menatap wajahnya.
“ Ngapain disini ?? Ngapain juga make sepatunya.. dibuang aja koh, buang aja “ dia masih marah dan suaranya bergetar karena menangis, iya dia menangis
Aku sering melihat dia sedih, tapi aku belum pernah melihatnya menangis..
Aku memeluknya dari belakang,
“ Sorry Jenny, aku emosi sesaat kamu tahu kan aku nabung mati-matian buat sepatu ini, jadinya aku agak marah waktu kamu beliin itu, tapi Rey juga cerita gimana kamu maksa-maksa dia buat nemenin kamu beli sepatu ini, nyari tahu sepatu apa yang aku suka, warna apa, ukuran sepatunya.. dan kamu liat aku bisa maen bagus pake sepatu ini kan.. Karena sepatu ini dari kamu. “
“ Kamu Jahat Ko, kamu nganggep aku kayak orang laen, aku cuma mau kasih sesuatu buat kamu. Ke orang yang aku sayang.. kenapa sih kamu ga bisa ngehargain itu ? “
“ Iya aku bukan ga ngehargain kamu, aku cuma lupa, aku juga ga bisa lagi pura-pura menutup perasaan aku ke kamu. Udah 4 bulan berlalu sejak kamu naek ke motor aku, mukulin aku, habisin pulsa aku dan sekarang memang aku sayang sama kamu “ bisik-ku
“ Aku cuma mau ngebantu kamu, dapetin semua cita-cita kamu.. itu aja koh.. “ , “ Aku pengen selalu ada di setiap mimpi yang koko punya, bukan berdiri disamping koko, tapi ikut bermimpi sama Koko”
“ Iya aku tahu, maafin aku ya.. Jangan nangis lagi ya.. “ aku mengusap air mata di pipinya.
“ Iya koh, aku mau dipeluk lagi.. tapi nanti ya.. kamu bauuuu “ Dia tersenyum bercanda mengoda-ku
“ Dasar kamu… “ Aku tersenyum dan memeluknya erat, ya memeluk malaikat-ku yang tak bersayap.
Sayangnya semua tak pernah seindah yang kita bayangkan, aku tidak pernah menyesalinya, tidak sedikitpun,..
———————————————
Hari ini adalah hari kelulusan-ku, dan lagi hari ini universitas yang kuinginkan meneleponku dan mengabulkan beasiswa penuhnya untuk-ku, jelas aku ingin sekali membagi kebahagiaan ini dengan Jenny, tapi..
———————————————
Hari ini adalah hari kelulusan-ku, dan lagi hari ini universitas yang kuinginkan meneleponku dan mengabulkan beasiswa penuhnya untuk-ku, jelas aku ingin sekali membagi kebahagiaan ini dengan Jenny, tapi..
Hari itu mendung sejak pagi, sudah lama Jakarta tidak diguyur hujan sepanjang hari seperti ini, ya sekelam pikiranku saat ini, sejak pagi Jenny tidak dapat kuhubungi, handphone-nya mati, aku benar-benar binggung harus melakukan apa, aku tahu dimana rumahnya tapi tidak ada keberanian dari dalam diriku untuk datang kesana, aku hanya bisa menatap langit-langit tempat kost-ku yang sempit dan agak gelap.
Dengan lampu handphoneku aku membunuh kecemasan hatiku dengan menyorot poster-poster pemain basket idolaku yang ada disana, mengambil bola basket yang ada di dekat ranjangku dan melempar-lemparnya ke dinding.. Sial semua ini tidak bisa membunuh kecemasan-ku.Aku pun kembali mengubah posisi, mengutak-atik handphone-ku dan mencoba menghubungi Jenny untuk kesekian kalinya.. Masih sama.. Hanya Operator yang menjawab, sedangkan hujan semakin deras diluar sana.
Aku mengumpulkan keberanianku, aku berdiri mengganti pakaianku dan mengambil kunci motorku, aku harus kerumahnya sekarang, meski aku tidak ingat terlalu jelas dimana rumahnya tapi tak ada pilihan lain sekarang perasaanku benar-benar tidak tenang. Aku harus bertemu dengan Jenny sekarang.
Kukunci pintu kamarku, saat menyadari Jenny berdiri di luar pagar rumah kost-ku, tubuhnya basah kuyup oleh hujan, kulepas jaket yang kukenakan, berlari menghampiri Jenny yang berdiri, memakaikan jaketku padanya, seragam putihnya mencetak jelas seluruh lekuk tubuhnya, tak banyak bertanya selain menariknya ke dalam rumah, berteduh dari hujan yang semakin deras.
“ Apa-apaan sih kamu ? “ Tanyaku gusar, kutatap jelas wajahnya yang seolah tak lagi memiliki gairah. Aku tak dapat menerka apakah butiran air yang ada diwajahnya itu adalah air hujan atau sebuah air mata.
Mengerti, aku tak dapat memaksanya berkata sekarang, aku memeluknya membawanya masuk ke dalam kamarku mengambil pakaian dari dalam lemari dan memberikan padanya
“ Sayang.. kamu pake ini ya, kamu mau mandi dulu ?? “ Tanyaku sambil memberikan baju ku padanya dan melangkah keluar. Memberikan kesempatan untuknya berganti baju di dalam kamarku.
Tak lama ia membuka pintu kamar-ku lagi.
Dia sama sekali tak mengenakan pakaian yang kuberikan, dia malah mengenakan kemeja putih yang biasa aku gunakan untuk bekerja, kemeja putih tipis yang justru makin menampakan tubuhnya, kedua kakinya yang jenjang putih terlihat jelas dari sudut bawah kemejaku yang mungkin hanya dapat menutupi seperempat dari pahanya itu.
Kututup pintu kamar-ku..
“ Jenn.. apa-apaan sih kamu !! “ Kataku dengan nada tinggi.
“ Hehe.. “ Dia hanya tersenyum manis, dia mengigit jari kelingkingnya sambil menatapku.. dia seolah begitu sengaja mencoba menggodaku.
“ Pake ini … “ Kataku mengambil jaket yang tergantung di balik pintu dan memaksanya mengenakan jaket-ku.
Dia menolaknya dan mendorongku, dia berjalan pelan kesudut kamarku.. menjatuhkan tubuhnya duduk di dekat lemari pakaianku, aku sendiri memilih untuk duduk di atas ranjangku, memandangnya yang hanya menekuk wajahnya.
“ Sayang.. kenapa sih ? ada apa ? “ Tanyaku
“ Sory.. “ Jawabnya singkat.
Aku berusaha berfikir keras, menerka apa yang sebenerannya yang ada di kepala Jennifer Adrian, Hadiah Kelulusan ?? kayaknya untuk yang satu ini terlalu berlebihan, Ok aku lelaki normal yang juga suka wanita, apalagi secantik dia.. tapi jelas berbeda, untuk Jenny aku benar-benar ingin menjaganya, melindunginya.. semampuku..
Jenny hanya diam sambil menundukan wajahnya di sudut lemariku, dengan kemeja putih milik-ku yang kebesaran di tubuhnya, sedangkan dari yang terlihat samar olehku,aku makin yakin dia sama sekali tidak mengenakan bra di dalamnya, mungkin basah karena kehujanan tadi, yang pasti dia terlihat begitu cantik saat ini, wajahnya yang sendu tertunduk lesu malah membuatnya terlihat lebih cantik. Aku bahkan tidak pernah menyadari memiliki seorang kekasih secantik dirinya.
Tapi dengan pakaiannya yang seperti itu membuatku tak tahu harus melakukan apa, aku ingin memeluknya, mencium keningnya tapi aku takut justru menimbulkan prasangka negative darinya, meski aku tahu pasti, dia sedang memiliki banyak masalah, atau mungkin aku adalah salah satu dari masalahnya sekarang.
“ Ko.. “ Katanya pelan memecah keheningan, bukan kata sayang yang seperti biasa dia ucapkan,
Dia berdiri dari tempatnya berfikir tadi, melangkah kehadapanku yang duduk di atas ranjangku dengan tatapan binggung, wajah cantiknya dengan rambut panjang yang tergerai basah, tubuh indahnya yang tidak terlalu tinggi tapi proposional dan lagi buah dadanya yang tercetak jelas di kemeja putih itu, membuatku tak bisa berkata apa-apa. Aku bahkan tak berani mengintip tubuhnya, aku berusaha keras hanya menatap wajahnya.
Jenny menarik kedua tanganku, menaruhnya di depan dadanya.. matanya berkaca yang membuatku diam sejuta kata, sementara dia menunduk dan menciumku.
Aku tak membalas ciumannya, dia berhenti sesaat menatap dalam kedua bola mataku.
“ Kamu sayang sama aku ko ? “ Tanya-nya
Aku mengangguk sambil memalingkan wajahku, tak mengerti apa yang tengah terjadi.
“ Lihat aku “ Katanya pelan..
“ Iya aku sayang sama kamu Jen, Ada apa sebenernya ? “ Aku menjawab pertanyaanya sambil menatap wajahnya, aku serius dengan jawabanku.
Dia tersenyum, sebelum kemudian duduk di pahaku. Dia memeluk-ku.. menciumku.. aku tak tahu apa yang tengah terjadi saat ini, aku membalas ciumannya
Entah setan apa yang merasuki kami berdua, aku melupakan semua tekadku tadi, menjatuhkannya ke atas ranjangku tanganku mulai berani menyentuh dadanya, menyelusup masuk diantara kancing-kancing.
.
Naluri lelaki-ku menuntun apa yang harus aku lakukan sekarang, terlebih tangan Jenny menarik kaus yang kukenakan, aku tak perduli lagi apa yang akan terjadi, aku membuka kaus-ku. Menindih tubuh Jenny dan menciumnya dengan lembut, sementara jemari lembut Jenny menyentuh dadaku,
Aku makin berani untuk menunjukan sisi lelaki-ku, aku memeluknya, menciumnya dengan hangat sebelum mengangkat tubuhnya dalam pelukan-ku,
Sentuhannya itu seolah memberikan izin tak terucap untukku menyentuh bagian kewanitaanya, jemariku mulai nakal menyentuh bagian paling pribadinya itu, dia mendesah kecil saat telunjuk-ku menyentuhnya, entah ide dari mana yang membuatku bisa melakukan semua ini, mungkin naluri seorang lelaki yang mendorongku melakukan semua ini.
Entah berapa lama berlalu hingga akhirnya kami mencapai puncak dosa yang kami lakukan…
“ Kamu dah tahu kan sekarang.. “ Kata Jenny pelan, sambil mengambil pakaiannya yang basah yang tergantung di pintuku,..
Aku memeluknya dari belakang, menghentikan apa yang dilakukannya.. membalikan tubuhnya agar aku dapat menatap wajahnya.
Matanya tampak berkaca.
“ Kita putus sekarang, kamu dah tahu kan… “ dia tersenyum dengan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya,..
“ Aku dah ga perawan lagi, dan maaf aku ga bisa cerita kenapa.. ya…. “ Dia kembali memaksakan sebuah senyuman. Tangannya berusaha melepas pelukan-ku.. dia memberontak hebat tak sanggup menahan tangisannya lagi.. dia terduduk di sudut dinding, sementara aku hanya dapat terdiam.
“ Aku sayang sama kamu, sayang banget.. makanya biarin aku pergi,,… “ Dia menangis, seluruh ketegaran yang tadi coba dikuatkan olehnya hancur.
Aku coba memahami apa yang tengah terjadi saat ini, benar-benar tak mengerti apa yang tengah terjadi, tadinya aku berfikir kalau semua yang terjadi ini hanyalah dibimbing oleh nafsu kami berdua, tapi ternyata tak sesederhana itu, ada sesuatu yang salah.. ada sesuatu yang seharusnya aku tahu tapi aku tak boleh.
Aku mencoba memeluknya, dan lagi kedua tangannya berusaha mencegahku memeluknya.
Dia mengambil pakaian seragamnya yang basah, mengancingkan satu persatu kancingnya dan tersenyum.
Tangannya meraih pipiku, tersenyum dengan mata yang memerah.. “ I love you… really “ bisiknya..
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar sopan saya segan.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.