About My Self
6 Desember 2012
Puisi Kelam # 2
Aku pernah memegang pisau, dan dengannya aku pernah ingin mengiris nadi di lenganku. Tapi apa kau tahu, bahwa tawamu yang terbahak-bahak bagai setan itu mengurungkan niatku karena ternyata kau sudah menungguku di gerbang neraka. Aku juga pernah melarikan diri dengan mobil jeepku, bukan sekedar lari tapi berkelebat cepat laksana petarung dengan ilmu ginkhang tingkat tinggi pada kecepatan 120km/jam demi mengejar kematian. Tapi apa kau tahu, seringai buasmu bak serigala setahun tak makan itu membuatku mendadak menginjak rem sampai habis. Pengejaran ujung nyawa itu berakhir karena aku tak mau mati demi setan berjubah yang berpesta pora di neraka sana.
Sempat terpikir olehku
Tuk mengakhiri kehidupan ini
Entah setan apa yang meracuni pikiran
Hingga mengelabui akal sehat
Semua terjadi begitu saja
Neraka seolah didepan mata
Seakan mengajakku kesana
Aku hanyalah segumpal kesepian
Yang bisa makan,tidur dan berjalan
Aku hanyalah segumpal kesepian
Yang dihiasi dosa-dosa bertaburan
Dengan secuil amal yang asal-asalan
Aku hanyalah segumpal kesepian
Yang berkawan dengan keputusasaan
Yang berteman dengan kegelisahan
Yang bersahabat dengan kebingungan
Sekian lama aku berharap
apakah ini yang ku dapat
senang tak kunjung datang
kebencian slalu meliputi
sejak dikau pergi raga ini slalu menanti
sayang sribu sayang engkau datang bersama lelaki
sakit,sakit,sakit hati ini
sungguh kejam dirimu
mengungkiri janji janji sesuci embun pagi
cinta yang murni kian tersakiti
apa ini hasil penantian slama ini
oh tuhan jika ini takdir yang engkau beri
aku iklas
aku ridho
aku percaya ini jalan yang yang terbaik untuk umat MU yang hina dina ini
aku hanya punguk merindukan rembulan
hanya berharap tak dapat menggapai
bisa melambungkan angan tak dapat mencapai
begitulah nasip orang tak punya apa apa
berharap puteri menerima apa adanya
sungguh langka
kini ia bagai kumbang kelana di musim gugur
yang tiada bunga ,tiada dedaunan nan hijau
yang ada hanya jejatuhan daun kering
mentari yang terik menyengat raga
oh kumbang kasihan nasip mu
sabar
tabah
iklas lah
ini jalan terbaik untuk langkah sayapmu
terus kah bertahan sampai musim bunga nan indah
harum dan wewangian menyebar ke dalam jiwa
sampai kebahagiaan mendatangi hati dan raga
Kau tampak berbeda
Tak lagi hangat seperti dulu
Tampakmu berubah menjadi beku
Hingga untuk menyapamu saja aku masih tak kuasa…
Semudah inikah kau membiarkanku jauh darimu
Mengharapmu dan kau tetap pada pendirianmu
Dengan alasan hati yang tak bisa dipaksa
Kau menatapkku seolah tak berdaya….
Perpisahan ini menyisahkan asa yang lara
Entah mengapa semuanya rapuh
Hingga sekeping harapan pun tak tersisa
Pergilah cinta
Bawa lukaku bersamamu….
Melangkah letih tanpa arah
Ditemani sepi yang tak kunjung pudar
Hujan pun menangis melihat asaku terluka
Dengan setia dia meyakinkanku untuk pergi darimu…
Hariku bagai dipenjara
Tak ada lagi senyum ceria
Hanya kenangan yang tersisa
Seraya terhanyut akku menundukkan kepala
Menghela nafas untuk keheningan yang melanda…
Andai kita masih bisa mengulas kisah
Membalikkan pikiran,
Mengulang kembali yang telah terjadi
Rasanya hati ingin menyentuhmu
Mengajakmu kembali ke kisah itu
Hingga semuanya terasa lebih indah dan nyata…
Namun aku sadar
Kadang apa yang kita sentuh
Bukanlah hal yang paling indah
Melainkan bagaimana cara kita berusaha
Meraihnya dengan tak kenal asa…
Aku dan kamu sesungguhnya masih saling membutuhkan
Tapi perbedaan yang mengahalangi
Mengajak kita kearah yang seharusnya tak ditempuh
Menutup diri masing-masing
Namun tak dipungkiri luka itu membuat kita mengerti
Hingga harus jauh seperti ini…
Akku ingin memiliki setangkai semanggi berdaun empat
Mencoba menela’ah sebuah harapan
Menginginkan semua luka ini terhempas oleh indahnya janji
Menyambut janji itu datang kembali
Inginku merajut asa dalam cita cinta yang abadi..
Selamat tinggal kasih..
Asakku karenamu tak bisa berdalih
Jika akku masih inginkan mu kembali
Tapi setidaknya caramu membuatkku mengerti
cinta yang dulu telah menjadi luka disini….
1 dalam benakku yang membelenggu
Cuma Kamu yg membalut Asakku…
Asa dalam diamku..
Sempat terpikir olehku
Tuk mengakhiri kehidupan ini
Entah setan apa yang meracuni pikiran
Hingga mengelabui akal sehat
Semua terjadi begitu saja
Neraka seolah didepan mata
Seakan mengajakku kesana
Kutak mampu melewati kerikil kehidupan
Semua jalan seperti buntu
Hari-hari kujalani penuh keraguan
Tanpa pernah merasa bersyukur
Dengan segala yang ada
Dalam hati bertanya-tanya
Tuhan dimanakah engkau
Mengapa aku seperti ini
Apa karena aku terus menjauhimu?
Andaikan harus, Aku beranjak pulang
Mestikah ku bawa kerikil - kerikil ini
Ketika kaki, Terpaksa juga melangkah
Mengapa harus luka yang aku tinggalkan
Ratapan, Tak ubah bagai impian
Begitu lembut mengoyak nurani ku
Banyak ingin terbesit di benak ku
Namun semuanya hanyalah bayang - bayang
Engkau adalah aura ku
Namun englau juga air mata ku
Engkaulah hitam ku yang kemarin
Benar - benar hitam ku yang kelam
Sirna sudah harapanku…
Kini engkau tlah dimiliki oleh orang lain…
Kini yg ada hanya tetes air mata…
Yang menyesali smua ketidak snggupan tuk menyatakan,,,,
Perasaan yang ada dlam diri sahabatmu ini,,,,,
berjalan di antara kegelapan mlm
hanya untuk mencari sebuah tempat bersembunyi
langkah yg kian terasa tertatih
mengiringi sebuah jejak yg kian terasa lelah
takut…
gelisah…
semua kian terasa nyata hadir bersama sebuah kesunyian yg tak pernah ada ujung
tak ada lagi yang mencintai
dan tak tau lagi siapa yg di cintai..??
kini yg bisa dilakukan hanyalah menggali lubang kubur
menyiapkan kafan untuk mengganti pakaian kumalku…
Ditengah malam syahdu nan pekat
Ku teringat pada mu, bayangmu
Selalu melintas di kelopak mataku
Ku coba untuk melupakanmu
Namun bayang mu, trus menghampiriku
Sunyiku kau tabur bunga rindu
Kau bagai angin yang sejukkan
Jiwa ragaku…
Namun kini, sia-sia sudah mahligai cintaku
Mimpi indah tiada lagi, sirna terbakar
Kayu arang abu…
Ku coba bertanya pada malam
Dia membisu
Angin berlalupun, tak memberikan
Jawaban,,
Hanya satu yang terucap
Mengapa aku mencintaimu…
Dan mengapa aku terlahir untuk terluka…
Ku sadar, cinta tak harus memiliki
Tapi ku tak bisa, ku tak rela
Mungkin ada yang lebih dariku….
Sampai datang masa pertemukan kita
Untuk kembali, atau terpisah selamanya…
Sungguh hina diriku
Mencintai orang yang tak mencintai ku
Dan takkan pernah menyayangiku..
Mengapa aku di pertemukan denganmu
Musim gugur dihatiku…
Seakan tumbuh bersemi
Titian cintaku pupus begitu saja
Tiadakah iba dihati mu…
Tiadakah rasa ntuk ku….
Kau berlalu menuju impian mu yang baru..
Rinduku sudah kau lara…
Sayang ku kini t’lah kau buang
Mungkinkah aku tercipta
Hanya untuk disakiti dan dihina???
Apakah ini suatu cobaan untukku??
Apakah ini suatu goresan hati yang luka??
Yang tak bisa sembuh
Walau penawar vdari mana pun…
Semoga kau bahagia
Tanpa sosok bayanganku…
Aku hanyalah segumpal kesepian
Yang bisa makan,tidur dan berjalan
Aku hanyalah segumpal kesepian
Yang dihiasi dosa-dosa bertaburan
Dengan secuil amal yang asal-asalan
Aku hanyalah segumpal kesepian
Yang berkawan dengan keputusasaan
Yang berteman dengan kegelisahan
Yang bersahabat dengan kebingungan
Hari-hari bagai malam tanpa bulan
Gelap gulita oleh awan hitam kebencian
Gerimis darah dan air mata
Menyirami negri yang terluka
Tak ada lagi senja yang indah
Sirna bersama ramah yang musnah
Tak ada lagi damai yang bersemi
Lenyap tersapu badai amarah dan benci
Malam yang kemudian tiba
Hanya mempertebal duka dan menderaskan air mata
Bulan enggan keluar
Takut kena terkam dendam yang liar
Jika esok hari masih menyapa negri
Akankah disertai matahari?
Ataukah tetap gelap mencekam
Bagai malam berselimut kelam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar sopan saya segan.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.