24 Agustus 2013

|Download Lagu |Prosa Kesetaraan - Down For Life

“Prosa Kesetaraan”
Down For Life


Hirup hawa yang sama, diterangi satu surya
Bagimu kita berbeda tak layak setara
Dirimu di awan
Diriku terbenam

Semua langkah pastiku, tak berarti bagimu
Hanya kau lihat jejak gurat sejarah
Takdirmu terhormat
Takdirku terlaknat

Hina hinakan diriku
Enyah enyahkan karyaku
Hina hinakan ciptaku
Enyah enyahkan tubuhku
Enyah, hina

Otakku berpacu, jiwa terus bersinar
Roboh tumbangkan fatwamu
Dirimu diriku
Berdiri sejajar 



Meski ada onak dan duri, di Nusantara metal bakal tetap lestari

Reporter : Ardyan Mohamad Sabtu, 24 Agustus 2013 14:02:00


Sumber




Meski ada onak dan duri, di Nusantara metal bakal tetap lestari
Musik metal mulai menurun pamornya pada awal abad 21. Dalam artian, rilisan fisik tak terlalu banyak muncul, meski dari segi aktivitas komunitas, jumlahnya cenderung stabil.

Samack, pengamat musik metal yang aktif di Malang, Jawa Timur, menyebut surutnya album metal, untungnya diimbangi intensitas konser pelaku musik cadas di daerah. "Kalau konser sejak tahun 2000-an meningkat, bahkan di Malang hampir tiap minggu ada gigs kecil," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Kamis (22/8).

Fanatisme penggemar metal yang kokoh terbentuk pada 1990-an, disinyalir menjadi salah satu biang kerok stagnasi skena. Setidaknya itu yang dialami Aditya Saputra, pelaku sekaligus penikmat metal asal Jakarta. Sebab, musik cadas ini jadi jalan di tempat, karena ada kaum-kaum puritan yang tidak suka perubahan dalam karya metal di Tanah Air.

"Terutama dalam inovasi karya. Gig-gig besar isinya cuma band-band yang itu lagi itu lagi. Kalaupun ada band baru ya dengan style genre yang gitu-gitu saja. Padahal di luar negeri perkembangan musik metal udah kemana-mana," keluhnya.

Internet, menjadi penyebab lain kemunduran metal dari segi penjualan fisik. Kemudahan mengunduh lagu yang disuka, walau sebetulnya ilegal, membuat kaset dan CD mati suri. Namun, "kemunduran" ini hanya berlaku untuk pihak yang ingin membisniskan metal dengan skala masif.

Bagi komunitas independen, kondisi sekarang malah lebih sehat. Sebab, hulu hingga hilir skena metal jelas alurnya.

"Kalau (1990-an) industrinya belum teraba, kalau sekarang ngerilis kelihatan yang beli berapa walau cuma 100 biji. Bikin merchandise laku, bisa konser, sekarang uangnya lebih banyak atau paling enggak dapat profit," ungkap Samack.

Internet pula, bagi Samack, yang menggerus level fanatisme di periode 2009 ke atas. Pendengar metal di pelbagai kota Indonesia justru semakin meluas segmennya. Sebelum abad 21, mustahil anak punk bersedia mendengar musik metal. Kini, bermunculan pula musisi metal yang mau melakukan inovasi dengan mencampur musiknya dengan genre lain.

"Anak metal sekarang suka Efek Rumah Kaca (band alternatif-red), post rock, sekarang lebih terbuka berani eksplor (musik lain) karena referensi lebih banyak, efek paling besar ya karena internet," ujarnya.

Saat ini, subgenre metal yang sedang naik pamor di Indonesia adalah sludge ataupun post-metal. Jenis musik metal itu, memberi ruang bagi eksplorasi bunyi, tak sekadar menggeber distorsi secepat dan sekencang mungkin seperti zaman kejayaan trash metal atau heavy metal pada 90-an.

SSSLOTHHH, Vallendusk, dan Ghaust, untuk menyebut beberapa nama, kini jadi raja baru, menyejajarkan diri dengan senior metal lokal macam Death Vomit atau Burgerkill.

Aditya percaya, semakin beragam pelaku musik metal yang tampil di panggung-panggung, maka dampaknya akan bagus bagi perkembangan musik ini di masa depan. "Gue setiap dateng ke gig metal berharapnya bisa dapet macam-macam rasa. Yang isinya band-band metal segar," tandasnya.

Riuh rendah lain skena metal Tanah Air adalah perpecahan kubu. Beberapa tahun terakhir, muncul aliran metal satu jari, sebuah tawaran konsep musik cadas bernuansa Islami yang diserukan Ombat, pentolan band Tengkorak.

Dalam beberapa kasus, aliran ini menyerukan agenda lebih politis, seperti penolakan invasi Israel di Palestina. Seringkali, penggemar musik metal biasa kerap berseteru dengan mereka.

Irfan Sembiring, musisi trash metal senior di Indonesia, tak mau ambil pusing dengan perseteruan aliran "satu jari" - melambangkan tauhid sekaligus sebutan bagi penikmat musik metal islami - dengan penggemar metal konvensional.

Pria yang saban hari berkeliling masjid untuk dakwah ini menyebut perkembangan metal ke daerah yang kini masif, lebih patut diapresiasi. Sebab, dakwah dan melakoni jalan hidup metal, merupakan dua hal berbeda.

"Dulu metal eksklusif, sekarang desa-desa, kecamatan, sudah ada basis metal. Soal metal satu jari, ya gini aja, dakwah kalau mengikuti cara nabi mendatangi orang, dari rumah ke rumah, bukan lewat musik," paparnya.

Tesis serupa diserukan Aditya. Dia berharap, aliran apapun, ideologis maupun tidak, idealnya bersatu demi perkembangan metal. "Di skena mustinya semuanya melebur. Enggak peduli dari latar belakang apapun. Dari yang relijius sampai penyembah tabung gas semuanya ya mustinya nyatu. Bersenang-senang bareng," serunya

Dengan segala onak dan duri tersebut, Samack yakin metal akan tetap lestari. Hanya saja, dia mengingatkan bahwa sejatinya, metal selalu merupakan musik dengan segmen pasar tertentu. Jangan dibayangkan album metal bakal laku jutaan keping seperti album pop.

Kuncinya, adalah anak muda. Selama jiwa muda yang ingin tawaran musik berbeda ada di negara ini, maka metal, dari aliran apapun, bakal selamanya tumbuh dan berkembang.

"Metal pasarnya masih ada, meskipun enggak pernah membesar, enggak akan mengecil juga. Karena musiknya cenderung keras, cocok buat anak muda, apalagi usia muda, ngerasanya harus ngedengerin musik yang lebih keras, masuknya di situ," ujar Samack yakin.

Pembajakan bikin metal bersemi di bumi pertiwi









Mohamad Soesilo merancang Blok M, kawasan pertokoan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sebagai wilayah untuk aktivitas niaga murni. Murid pakar tata kota kesohor Thomas Karsten itu, barangkali tak membayangkan empat dekade kemudian, bukan cuma uang yang berputar di komplek tersebut, melainkan juga kebudayaan. Lebih tepatnya, peradaban musik curian.

Irfan Sembiring, gitaris dan pendiri grup musik trash metal legendaris, Rotor, ingat betul pada periode 1980-an Blok M jadi tujuan muda-mudi seantero Ibu Kota yang ingin mengetahui perkembangan musik dunia mutakhir.

Termasuk, musik-musik barat yang level kebisingannya tak lagi sekadar "ngak-ngik-ngok" bernama metal. Jauh lebih keras dari rock n roll yang disemai pertama kali di bumi pertiwi oleh God Bless atau AKA pada era 1970-an. Namun, patut dicatat, mayoritas kaset di Blok M ilegal lantaran hasil pembajakan.

Dari koleksi rock and roll kanon Barat seperti Rolling Stone dan Led Zeppelin yang dia lahap semasa SMP, hingga mulai naik kelas, menjadi tambah bising dan ekstrem, semua kasetnya didapatkan Irfan di Blok M.

Pria yang kini menekuni jalan hidup dakwah itu tidak paham bagaimana cara para pemilik toko di Blok M cepat sekali mengikuti perkembangan musik di Barat. Contohnya untuk kasus Iron Maiden, grup cadas asal Inggris, yang pada 1986 sedang panas-panasnya di blantika musik dunia, berkat album didapuk jadi puncak artistik gelombang musik metal dari Inggris.

"Album Iron Maiden yang "Somewhere in Time", enggak sampai sebulan keluar di Amerika Serikat, sudah dibajak, selang berapa minggu sudah ada yang mainin, udah ada yang meng-cover di panggung Pid Pub, Pondok Indah," ujar Irfan sambil tergelak saat menjelaskan masa awal perkembangan subkultur metal Indonesia kepada merdeka.com, Jumat (23/8).

Irfan menilai berkat Blok M, wawasan musik anak muda Indonesia tak ketinggalan dari pendengar asli di Amerika atau Eropa, walaupun media massa masa itu sama sekali tak memberi ruang bagi penggemar musik cadas.

"Jadi anak metal seharusnya berterima kasih pada para pembajak," sambungnya lagi, masih sambil terbahak.

Dari peredaran kaset-kaset musik cadas ilegal tersebut, publik Indonesia, termasuk Irfan, mengenal nama yang lebih gahar. Mulai dari Kreator, Sepultura, dan tentu saja, band terbesar dari subgenre trash, Metallica.

Rilisan fisik, khususnya kaset, yang masih jaya pada masa itu, turut membangun loyalitas pendengar musik pada figur-figur metal luar negeri. Karena harganya cukup mahal bahkan untuk kelas menengah sekalipun, banyak anak muda harus menabung sebelum mendengarkan musik yang mereka suka.

Hal ini dituturkan Samack, pendiri situs musik Apokalip sekaligus pengamat skena metal Tanah Air ini. "Format kaset itu otomatis lebih menyempitkan opsi. Dulu satu kaset bisa kita dengerin satu bulan sampai hafal."

Amal jariyah lebih kecil dalam persemaian metal, disumbangkan oleh segelintir media massa yang berani mengulas musik tak populer itu. Pada masa 80-an, Majalah Hai, terbitan Gramedia, dan Majalah Vista, bertindak nyeleneh, lantaran mewartakan perkembangan metal bagi pembaca Indonesia, meski tak dominan.

Baru pada 1990-an, nama besar Metallica yang mengobrak-abrik tangga lagu Billboard, membuat lebih banyak media lain melirik genre musik eksklusif ini.

"Metallica pas besar-besarnya udah di-publish media utama, selain Hai, radio membahas, MTV juga mulai masuk Indonesia," kata Samack.

Subkultur metal di kalangan anak muda, untuk Ibu Kota, semakin terbentuk setelah banyak anak muda nongkrong di Pid Pub, kafe kecil milik Tante Esther yang memberi ruang tampil anak-anak metal. Kebetulan, atribut fisik penggemar musik cadas mudah dikenali, sehingga ikatan solidaritas cepat terbentuk selain karena kesamaan tempat kongkow.

"Kalau elu enggak gondrong, enggak pakai long-sleeve, enggak dianggap (anak metal), ada sih yang masih cepak, tapi tetap enggak diakui," ungkap Irfan.

Pola identifikasi serupa juga muncul di wilayah lain, termasuk Kota Malang, tempat Samack tinggal sepanjang hidupnya. "Zaman-zaman itu, kita bisa nyari teman tongkrongan satu sekolah, ada anak yang pakai kaos Metallica, atau gondrong, pasti memiliki minat selera musik yang sama."

Memasuki masa 1990-an, metal semakin menjadi kultur anak muda. Di Jakarta, sedikit bergeser dari Blok M, yaitu di kawasan Bulungan, mulai muncul komunitas metal. Penggemar yang membeli rilisan fisik band-band tenar dunia, juga terdeteksi makin banyak.

Itu sebabnya, pengusaha Setiawan Djody berani mendatangkan Metallica ke Tanah Air. Sayang, represi Orde Baru, membuat superstar musik jarang datang ke Indonesia. Hal ini, disinyalir menyebabkan kedatangan James Hetfield, dan kawan-kawan pada 1993, menjadi pelampiasan pecinta musik dari aliran apapun. Bahkan, melebihi konser bintang trash metal Brasil, Sepultura, yang sebelumnya sudah mampir setahun sebelumnya.

"Gue ingat banget, pas ngebuka konser Metallica, di bagian depan ada yang goyang ala dangdut. Semua penggemar musik datang di konser itu, anak punk juga nonton. Ada satu mobil isinya 10 orang, yang punya tiket cuma satu, makanya akhirnya pada bakar-bakaran, pada saat itu haus hiburan sih," kenang Irfan soal tragedi konser Metallica di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 20 tahun lalu.

Namun, insiden itu tak membuat metal surut. Tentunya berkat keberhasilan beberapa band masuk dapur rekaman, hal yang sebelumnya tak terbayangkan bisa dialami insan musik bising.

Sang pendobrak adalah Roxx yang berhasil rekaman single karena jawara festival rock. Grup speed metal ini, kata Irfan, dikenal publik pada awal 1990 paling jago meng-cover lagu-lagu Metallica.

Kesempatan mencicipi dapur rekaman label arus utama lantas diikuti grupnya sendiri, Rotor, yang berhasil merayu Label AIRO, untuk mengedarkan "Behind the 8th Ball" (1992). Baru kemudian, mantan band Irfan, Sucker Head, pada 1995, menyusul direkrut Aquarius Musikindo.

Dari hitung-hitungan kasar, album pertama Rotor laku 400.000 keping. "Yang bajakan dua kali lipatnya," imbuh Irfan menggambarkan potensi bisnis metal di Indonesia pada 1990-an.

Miris melihat banyak teman-teman metal tak dapat kesempatan rekaman, Irfan menggandeng sobat lamanya, Krisna Sadrach, pentolan Sucker Head, membentuk Rotorcorp. Label kecil, yang dananya semua didapatkan dari Musica Studio, label terkemuka pengusung musik pop.

Dirilislah kemudian seri Metalik Klinik, hingga 9 album, yang membantu memperbesar basis fans musik metal ke seluruh nusantara. Irfan menyebut, masalah musisi metal seangkatannya adalah tak pandai memasarkan diri.

"Kuncinya ke major label itu cuma gimana pinter ngomongnya, karena seri Metalik Klinik laku, Musica mau biayain terus,".

Paruh kedua 1990-an, band-band metal semakin rajin, bahkan bisa dibilang mencapai iklim paling sehat sepanjang sejarahnya di Indonesia. Samack mencatat meski kompilasi 'Metalik Klink' cukup berperan, gairah menegakkan bendera metal memang sedang menggebu-gebu jelang reformasi.

"Akhir 90-an, metal ramai-ramainya, kira-kira antara 1997 sampai 2002, enggak tahu kenapa, pada semangat semua (bikin album)," ujarnya.

Nama besar skena metal saat ini, seperti Betrayer, Death Vomit, Purgatory, dan Burgerkill, juga bersemai di era tersebut. Musik metal di Indonesia nantinya menyambut nasib yang berbeda di abad 21. Khususnya, akibat budaya internet yang mewabah. Namun, panen metal di masa kini, mustahil muncul, jika sebelumnya tak ada pembajakan yang menyemainya di bumi pertiwi.





Berdakwah lewat metal berkat buku orang nasrani

 

 

Wajahnya dihiasi janggut tak terlalu panjang, meski lebat. Dari kupluk warna hitam yang dia kenakan, tersembul warna putih menghiasi rambut cepaknya, menandakan usia tak lagi muda.

Sosok Irfan Sembiring yang mengenakan gamis panjang dari pundak hingga lutut warna cokelat, langsung mengucap salam, ketika kami bertemu di restoran cepat saji, dekat pusat perbelanjaan terbesar Cinere, Depok, Jawa Barat, selepas salat Jumat, (23/8). Dia ditemani dua kawan, bernama Syarief dan Rendra, berparas dan berbusana tak jauh beda.

"Mereka berdua juga dulunya anak metal loh, cuma sekarang sudah murtad saja," ujarnya sambil terkekeh kepada merdeka.com.

Bagi masyarakat awam, mereka bertiga lebih akrab disebut pengamal jamaah tabligh. Orang yang berdakwah dari desa ke desa, kampung ke kampung, biasanya berjalan kaki. Nyaris tak ada tanda bahwa dulu mereka menggeluti musik cadas.

Pria kelahiran Surabaya 2 Maret 1970 ini, dulu kerap berkeliling masjid seputaran Jakarta-Bogor. Namun, beberapa tahun belakangan, dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdakwah di Cinere dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Irfan merupakan pendiri band trash metal, Rotor, yang legendaris di kancah musik keras Tanah Air. Band yang berdasarkan nama, diharapkan menghasilkan musik bising bagai baling-baling pesawat ini, merupakan buah karyanya selepas keluar dari Sucker Head, pionir musik metal Jakarta pada 1988.

Di masa jayanya, Rotor berhasil menjual ratusan ribu keping album. "Kami dulu raja dirajanya metal, orang pasti mengenal Rotor, paling enggak tahu namalah," ungkapnya.

Berbekal percaya diri tinggi, khususnya setelah sukses membuka konser Metallica pada 1993, Irfan bersama dua kawannya yakni Judapran dan Jodie, yang kini sudah almarhum mengadu nasib ke Amerika Serikat. Mereka bernazar harus jadi tenar seperti panutan mereka, Sepultura, asal Brasil yang sukses mendunia.

Semangat itu, kenang Irfan, langsung pudar saat melihat daftar musisi metal yang sudah rekaman di Kantor Pusat Billboard, di California. "Kalau saya tidak salah ingat, ada 6.000 band metal yang terdaftar sudah rekaman, itu baru California saja. Semuanya lebih unik, dan lebih keren dari Rotor."

Selama 1993-1995, karena seret manggung di Negeri Paman Sam, Irfan dan kawan-kawan terpaksa kerja serabutan. Saban setengah tahun mereka balik ke Indonesia, lantaran visa tak boleh diperpanjang di sana.

Sampai 1997, Rotor masih meramaikan kancah trash metal di Indonesia, total 4 album mereka hasilkan di bawah naungan pelbagai label rekaman. Menyerah dalam usaha menaklukkan Amerika, Irfan sempat banting setir jadi produser, ketika merancang kompilasi "Metalik Klinik" bersama sobat lamanya di Sucker Head, Krisna Sadrach.

Di tengah aktivitas memproduksi musik, gebyar blantika metal dan kisah hidup musisi Barat, membikin Irfan merenung. Dia menyebut, saat itu kerap berpikir lantaran punya cita-cita sederhana, harus jadi orang sukses.

"Gue perhatiin waktu di Amerika, kehidupan musisi sukses enggak enak, terutama matinya enggak ada yang enak. Gue terus mencari-cari, jalan hidup yang paling sukses jadi apa," kenangnya.

Di tengah pencarian itu, pada April 1997, matanya tak sengaja tertuju buku di rak toko buku terkemuka Jakarta. Judulnya "The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History" dikarang Michael H. Hart. Irfan terkejut, dalam daftar itu, nama Muhammad ditahbiskan jadi orang nomor satu paling berpengaruh sejagat.

"Ini buku yang mengarang dari namanya beragama Nasrani, paling enggak non-muslim, tapi urutan pertama Muhammad, berarti orang ini fair," katanya.

Berbekal buku itu, dia yakin, Muhammad adalah orang paling sukses di dunia dan harus ditiru. Sayang, dalam buku Hart, ulasan soal rasulullah hanya 20 halaman.

Semangat 45, dia mencari guru yang bisa menunjukkan jalan mengikuti cara hidup Nabi Muhammad. Hasil ikut pengajian ke sana sini, dia akhirnya mantab mengikuti pola keagamaan jamaah tabligh pada 1998, hasil pesantren kilat 3 hari di Jakarta Selatan. Dari sana, dia mengaku ketagihan dakwah, termasuk berguru hingga India dan Pakistan.

Segala ingar bingar duniawi dilepas, termasuk aktivitas bermusiknya. Padahal, rekannya di jamaah itu tak ada yang memaksanya berhenti menekuni dunia metal.
"Guenya aja yang lebay, padahal enggak ada yang nyuruh berhenti, tapi semuanya, termasuk bisnis, ditinggal total."

Soal perilaku sebelum mendalami agama, Irfan enggan menjelaskan detail. Seperti biasanya digambarkan media, kehidupan rockstar, termasuk di Indonesia, kerap diwarnai gaya hidup liar. Tak jarang melibatkan alkohol dan narkoba dosis tinggi. Nyawa dua rekannya di Rotor, diduga kuat terenggut akibat pola hidup binal itu.

Pria yang kini dikarunia empat anak dari seorang istri itu hanya menyebut, masa-masa sebagai musisi metal serupa berada di selokan bau.

"Ibaratnya gue 20 tahun di comberan, heboh, ketika habis dakwah, kayak dibawa ke penthouse hotel bintang lima," tuturnya sambil tertawa lepas.

Selain keliling dakwah, kini Irfan sehari-hari mencari nafkah dari bisnis multilevel marketing. Selain itu, keputusan besar dia buat pada 2009, yaitu kembali menekuni metal.

Irfan menyebut area restoran waralaba Amerika tempat kami bersua, menjadi "kantornya" untuk urusan bisnis, atau dalam bahasanya, perkara duniawi. Termasuk menjual CD dan merchandise Rotor.

"Gue enggak mau ribet, buat urusan dunia, di sini aja, Allah pun mengatakan, 'Aku tidak suka hambaku bersusah payah, untuk sesuatu yang sudah kutetapkan'," ungkapnya.

Soal keputusannya kembali ke jalur metal, Irfan mengaku semata-mata agar mudah berdakwah kepada rekan sesama musisi. Jika dia hanya menjalani bisnis MLM, sulit bertemu teman-temannya yang dulu aktif di kancah metal.

"Gue kasihan sama teman musisi yang tiap hari latihan, akhir pekan ngeband, terus manggung, kasihan besok mati, gimana mau bikin report ke Allah. Enggak bisa elu laporan, 'ya Allah, saya sudah bikin sekian album' enggak bakal diterima."

Namun, Irfan mengaku sekadar menjadi rocker pasif. Dia tak pernah sengaja mencari job untuk manggung. Band yang dihidupkan lagi ini pasrah saja bila ada yang mengundang. Tak heran sejak 2009, baru tiga kali Rotor tampil live. Album baru pun masih molor, sudah terkumpul 8 lagu, tapi belum dilempar ke pasaran.

Berbeda dengan aliran metal "satu jari" yang politis dan sedang tren di Indonesia kiwari, Irfan enggan memberi pesan-pesan tertentu ke lagunya yang baru. Dia mengaku, mencomot saja ayat Alquran dalam bahasa Inggris ke dalam karyanya yang masih kental bercorak metal. Misalnya, dia contek persis surat Al Kafirun, untuk lagu "Infidel".

Dia juga tak risih jika dianggap ambigu karena tetap menganggap bermusik itu haram. Menurutnya, lantaran dilandasi niat utama berdakwah kepada sesama musisi dan penggemar metal, dosanya "balik ke metal" bakal diampuni Tuhan.

"Dan barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji zarah niscaya ia akan menerima pahalanya, dan barangsiapa yang melakukan keburukan sebesar biji zarah niscaya ia akan menerima balasannya," ucapnya menyitir surat Az-Zalzalah ayat 7-8 di kitab suci.

Selepas ashar, saya berpamitan. Meninggalkan Irfan di "kantornya", bertemu seorang rekan bisnis.

Sampai waktu belum ditentukan, bisa dipastikan, mantan raja metal ini mudah ditemui di dua lokasi bertolak belakang: masjid dan restoran cepat saji. Irfan yakin hidupnya selepas mendalami dakwah tak bakal berubah. Metal hanya salah satu medan yang kini coba ia taklukkan dalam rangka menyeru manusia kembali pada Tuhan.

"Target jangka pendek itu ya dunia ini, mati. Jangka panjang, ya surga nanti," ungkapnya dengan senyum tersungging, sebelum kami berpisah meneruskan hari masing-masing.

 


17 Agustus 2013

Malaikat Tanpa Sayap 13: Angella Christine 1

Malaikat Tanpa Sayap   13  : Angella Christine 1
13653123531512709050
Ilustrasi Oleh Ferry Prasetyo/Angella Christine /Photomanipulation 2-013

Dan semua terasa dingin, sesaat aku memeluknya mencoba lagi merasakan kehangatan, kehangatan sebuah rasa dimana semua rasa ini menjadi satu, aku menatapnya yang terlihat begitu lemah, aku menciumnya, aku menciumnya seakan takkan ada lagi kata nanti dalam hidup kami. Menumpahkan semua rasa ini, rasa yang membawa semua haru ini.
Aku melirik pada gadis itu, Karenina Prayogo seorang model, bintang video klip dan juga mantan pacar dari Jacksen Andres, aku tahu meski aku berharap Jack mengatakannya sendiri padaku, mengatakan kejujuran hubungan mereka dahulu padaku, selama ini dia selalu menghindarinya, seolah tak ada hubungan apapun diantara mereka, membuatku berfikir kalau dirinya hanyalah salah seorang fans dari Karen, sama seperti lelaki lain yang menggilai kecantikannya.
Aku melihat bagaimana Karen tersenyum, tertawa dan berusaha seakrab mungkin dengan Edison, Vic, Ryan dan juga Rey, semenjak turun dari pesawat tadi dia terus menebarkan pesonanya pada para lelaki itu, hanya Jack yang berusaha menampilkan wajah sedingin mungkin.
Jujur aku tak percaya. Aku tak percaya dia bisa melepaskan gadis secantik Karen untuk diriku, cemburu ? mungkin iya.. aku seorang gadis biasa tak bisa dibandingkan dengan seorang Karen, dan jujur aku takut, aku takut kalau harus bersaing dengan gadis ini, aku tak punya kepercayaan diri untuk bersaing dengannya.
Aku meremas lengan baju Jack yang semenjak tadi diam duduk di sebelahku dalam perjalanan menuju pelabuhan sebelum kami melanjutkan perjalanan ke pulau Sempu. Dia sedikit kaget sesaat aku menarik bajunya. Dia tersenyum berusaha tersenyum sewajarnya padaku.
“ Kenapa sayang ?? “ bisiknya.
Aku menggeleng, tak menjawab pertanyannya, aku tak mampu mengatakan kegusaran hatiku.. jujur aku benar-benar merasa kawatir sekarang, terlebih peringatan yang dikatakan oleh ci Vina tadi malam, informasi yang diberikannya tentang hubungan masa lalu Jack dengan Karen. Kecewa ? memang aku kecewa sekarang, selama ini dia berusaha menutupi hubungannya itu. Apa alasannya ?? kenapa ??
Jujur aku takud kalau suatu saat nanti, dia akan berlari kembali mengejar mantan kekasihnya itu.
“ Turun yuk.. “ Jack meraih tanganku mengenggamnya erat sambil membawa tasnya, kami berjalan keluar dari dalam bus kecil yang kami sewa sesampainya di pelabuhan.
Ko Edison dan Jack sesaat berjalan menghampiri salah seorang lelaki yang berusia sekitar 50an tahun, menyalaminya dan berbicara dengan begitu akrab, aku tak tahu dia punya kenalan di malang, padahal dia biasanya menceritakan segala hal padaku, kecuali yang satu itu, atau memang banyak yang tidak diceritakan olehnya padaku.. ah otakku sekarang benar-benar penuh dengan kecurigaan.
“ Yang kesini.. “ Jack menghampiriku, aku menarik koper ku sambil berjalan mendekatinya, tapi bukan hanya aku seorang yang berjalan mendekat, Karen ikut berjalan mendekat dan langsung menyalami lelaki tua itu. Dia terlihat langsung akrab dengan mereka. Sesaat aku tertahan, menyadari mungkin gadis itu memang jauh lebih baik dariku.
“ Sini ah.. kamu tuh buat apa bawa-bawa tas koper, nanti juga ada yang bawain.. “ Jack yang melihatku berhenti sesaat, mendekatiku dan menarik-ku mendekat.
“ Pak Wildan, kenalin Angel.. Pacar aku.. “ Kenal Jack pada lelaki bernama Wildan itu, “ Dia ini dah kerja lama banget sama papa Edison, dah dikasih kepercayaan buat ngawasin pengiriman batu bara perusahaan dia selama ini. Kapal ini juga punya Edison, enak kan kamu kalau ga bisa tidur bisa tidur disini, lebih bersih dan nyaman, aku mau berkemah soalnya.. hehehe , boleh kan pak ?? “ tanya Jack pada Pak Wildan
Pak Wildan tertawa, menyalamiku “ Cantik banget Den pacarnya, bapa kira masih awet aja sama non Karen, “ Pak Wildan hanya mengucapkan pendapatnya tanpa maksud apapun, tapi jawaban itu sungguh membuat ku sedikit binggung, ada perasaan senang karena masih ada orang yang menganggap aku cantik, tapi dalam ucapannya itu juga menegaskan bahwa memang Jack dan Karen berpacaran, tadinya aku berharap bahwa ci Vina hanya membohongiku, tapi ternyata semua itu benar adanya.
Jack sendiri hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Pak Wildan, tak berkomentar dan menatapku seolah berusaha membaca reaksiku.
“ Aku ikut kamu aja, kalau berkemah ya aku berkemah juga. “ aku sengaja menjawab, memecah perhatiannya agar keadaan tak menjadi kaku, aku harus membuatnya senyaman mungkin agar dia mau mengatakan yang sebenarnya padaku.
“ Pak, aku boleh naik dulu ga ?? Kebelet nih.. “ Ucap Karen dengan nada yang seolah dibuat semanja mungkin..
Ko Edison sendiri dengan sengaja mengajak Karen naik, sambil membantu membawakan tas ci Jessica, membawa Karen segera meninggalkan aku Jack dan pak Wildan.
“ Gimana pak ? sehat ?? “ Tanya Jack pada pak Wildan setelah pak Wildan membantu ci Jessica dan Karen naik keatas kapal.
“ Sehat Den, ga nyangka sekarang udah besar gini, padahal dulu bapa yang ajarin mancing ya den Jack sama Den Edi ke laut. Udah lama ya ga ketemu.. “ Pak Wildan terlihat memang telah cukup lama mengenal dua sahabat ini.
“ Ya bapak, waktu pertama mancing kan saya masih SD pak, iya ya pak.. udah lama juga ga ketemu hampir 5 tahun kayaknya, anaknya gimana pak ?? udah masuk SMP ? “
“ Iya den, hampir 5 tahun ya.. oh si Rudy den, udah dia sekarang kelas 3 SMP, sebentar ya den.. “ Pak Wildan meninggalkan kami berdua, dia setengah berlari membantu ko Ryan, ci Cheryl, ko Vic dan ci Mellisa yang akan naik ke kapal setelah dipanggil oleh ko Edi tadi.
“ Kamu kenapa sayang ?? “ tanya Jack, menyadari perubahan sikapku sejak dikenalkan dengan Pak Wildan tadi, aku berusaha sewajar mungkin tapi raut wajahku tetap tak bisa berbohong mengenai kegusaran hatiku saat ini.
“ Ah enggak, ga papa.. “ Aku berbohong sekarang..
Dia menarik tanganku, mengenggamnya erat sebelum kemudian berbisik.. “ aku cerita, aku pasti cerita..”
“ Den, ada lagi yang mau dibawa ?? “ Pak Wildan menyela kami,
“ Ga koq pak, udah semua ya ?? Tolong kasih tau supir busnya aja tinggalin kita.. “ Kata Jack sambil menarik-ku naik ke atas kapal itu.

“ Gila panas banget.. “ Keluh Karen sambil mengusap wajahnya dengan tissue, aku tak bisa melepaskan tatapan mataku dari orang itu, entah aku hanya merasa patut untuk merasa waspada akan kehadirannya, berkali dia terlihat begitu sengaja memberikan perhatian pada Jack, atau tingkahnya yang dibuat semanja mungkin untuk menarik perhatian semua yang berada di kapal ini.
“ Kamu ngantuk ga sayang ?? “ Tanya Jack membukakan sebuah coca~cola kaleng untuk-ku dan menempelkan coca~cola dingin ke wajahku.
Aku terkejut dan langsung memukul kecil Jack yang begitu jahil sebelum kemudian dia berjalan keluar, ke anjungan kapal asyik melanjutkan obrolannya dengan ko Edi dan ko Vic..
Sesaat aku melihat ci Jessica dan ci Mellisa yang terlibat dalam obrolan serius, sebelum kemudian keduanya masuk ke kamar, sepertinya mereka membicarakan hal yang begitu pribadi, aku juga melirik ko Ryan yang mengambil sesuatu dari tas ci Cheryl, sebuah buku kecil berwarna biru, sebelum kemudian dia membacanya dan menaruhnya kembali sambil tersenyum.
“ Lapar ga Ngel ? Mau Mie instant ?? “ Tanya Ko Vic sambil membawakanku sebuah popmie.. “ Liat Mell ?? “ tanyanya
“ Ga ah koq makasih, ci Mell tadi ke kamar sama ci Jess.. “ jawabku
“ Ngel sini sini.. “ ko Edison memanggilku, dan aku pun bergegas menuju anjungan kapal, lautan yang biru bersih, pohon-pohon kelapa yang tertiup angin, hutan hijau yang terlihat begitu lebat, dan pelabuhan kecil dengan beberapa perahu nelayan kecil yang bersender di sampingnya..
“ Dah sampe koq ?? Bagus bangettt !! “ Aku begitu antusias menyaksikan keindahan pulau itu, masih begitu indah karena katanya belum banyak terjamah manusia.. “ Kita berlabuh disana ?? “ Tanyaku menunjuk pelabuhan itu.
“ Hmmm.. enggak kita ke belakang pulau ini, ada satu pantai lagi yang lebih bersih dan bagus daripada ini.. “ Jack memelukku dari belakang sambil menciumku.. aku mengangguk.. terkesima dengan keindahan pulau ini.

Ko Rey dan Ko Ryan terlihat berbeda hari ini, sambil bermain sepak bola pantai mereka terlihat lebih sibuk dengan permainan mereka sendiri, malah terlihat sedikit kasar, beberapa kali mereka terjatuh karena berbenturan, apa mereka memang selalu seperti itu ? berbeda dengan Jack, Edi dan Vic yang terlihat menikmati permainan itu sambil tertawa-tawa melihat kami para cewe yang selalu menghindari bola-bola yang ditendang ke arah kami.
Beberapa kali bola mengenai kepalaku.. Sakit memang.. tapi ga perlu selebay Karen yang baru saja terkena bola dan langsung berusaha menarik perhatian semua yang ada disitu,.. sebagian memang berusaha memberi perhatian seminimal mungkin karena ada pacar mereka disitu, tapi yang sungguh membuat jengkel adalah bagaimana beberapa kali Jack berusaha membantu Karen berdiri atau beberapa kali juga dia menerima air minum dari Karen dan meminumnya dari botol yang sama.
‘cemburu’ enggak koq, siapa yang cemburu tapi pertanyaanya apa itu wajar ?? dia ‘cuma’ mantannya kali. Jadi kayaknya yang seperti itu harusnya ga perlu dilakuin dech.
“ Udahan yuk.. “ pinta ci Cheryl, mungkin dia sedikit tidak nyaman melihat bagaimana ko Ryan dan ko Rey bergumul dalam permainan ini, jelas sih pasti ada rasa tak enak dari yang aku tahu, beberapa hari yang lalu ci Cheryl dan ko Rey putus, dan ada indikasi kalau ci Cheryl selingkuh sama ko Ryan, hemm hemm.. kalau bener gitu ga nyangka banget, sahabatan yang bisa makan sahabatnya sendiri, Jack sendiri beberapa kali menyindir ko Ryan, tapi jujur aku ga percaya kalau ko Ryan ngerebut ci Cheryl dari ko Rey. Agghhhh mungkin ga seharusnya aku kawatirin mereka, lebih baik aku kawatir sama keberadaan Karen di liburan kali ini, keliatan banget dia berusaha sok akrab sama semuanya.. huaaaaaaaa!!!!
Kesel kesel… aku mengobrak abrik rambut Jack yang sedang duduk membelakangiku di pasir pantai ini, oh iya pantai ini benar-benar bagus, lautan yang tenang dengan air yang begitu bening, dengan mudah aku bisa melihat ikan-ikan yang berenang di dalam air, belum lagi bukit-bukit kecil dengan travel track yang pasti seru, tapi sungguh dech sekarang ada yang lebih penting dari itu semua.
“ Kenapa sih yang ?? “ Protes Jack sambil membetulkan rambutnya yang tadi aku acak-acak
“ Ga tau, bodo ah… “ Aku tak mau menjawab,
“ Ngel, sini dech.. “ aku bangkit berdiri berjalan dan menghampiri ci Jessica dan ci Mellisa yang mengajak-ku mendekat kearah bibir pantai.
“ Kenapa ci ?? “ tanyaku
Dan byurrrrrr… mereka malah menguyurku dengan air laut hingga membuatku basah, aku menutupi dadaku takut pakaian dalamku terlihat kemana-mana karena baju yang kupakai ini sangat tipis.
“ Ci,.. aduhhh apa-apaan sih.. “ protesku kesal, sambil menendang air kearah mereka..
Keduanya tertawa.. “ Abis kamu yang lain keringetan, masih kering-kering aj.. “ Jawab entah itu ci Jessica atau ci Mellisa, aku tak bisa membedakan keduanya.
“ Ahhh cici dasar dech.. “ Aku mengejar keduanya yang kemudian naik ke atas kapal..
“ Udah-udah nyerah.. “ kata mereka berdua terpojok “ Mending mandi dech.. “ Kata mereka.
Aku mengambil pakaianku dari dalam tas dan masuk ke dalam kamar mandi, sesaat aku keluar karena tahu seperti apa isengnya ci Jessica.. “ Ci awas ya nanti iseng iseng lagi.. “ Dia melirik menjauh, sambil tertawa.
“ Iya siapa yang iseng dasar… nanti cici yang jagain.. “ ci Mellisa membela ku dan menarik ci Jessica keluar dari ruangan itu.
Dan setelah aku selesai membersihkan diri dan mengganti pakaianku yang basah, aku keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Karen yang sedang merias diri, ok aku berjalan melewatinya berusaha tak sedikitpun menarik perhatiannya, aku malas berbasa-basi dengannya.
“ Eh Angel.. “ Akhirnya dia memanggilku juga, ok Ngel berusaha sesopan mungkin ya.. sabar.. orang sabar disayang Tuhan
Aku berbalik, berusaha tersenyum semanis mungkin “ Iya ci, kenapa ?? “
“ Sory ya, aku ga pernah cerita kalau aku kenal dekat sama mereka.. “ Katanya sambil bersender.
“ Oh, enggak koq, gpp aku sih baru aja deket sama mereka, sejak PACARAN aja sama ko Jack.. “ Kataku sambil sengaja menekan kata pacaran.
Karen tersenyum kecil. “ oh bagus dech, hmm dah lama pacaran sama Jack ?? “
“ Baru tiga bulan koq kita.. “ jawabku, tak berbohong
“ Oh tiga bulan, lama juga ya.. hmmm berarti dah hapal ya kebiasaan dia, ya kebiasaan-kebiasaan dia yang aneh-aneh. “ Karen seolah sengaja memancing perdebatan.
“ Oh, ya lumayan lah kalau soal itu.. “ jawabku
“ Iya kebiasaan dia kayak jalan selalu kaki kiri duluan, kebiasaan dia yang makan harus pakai garpu kalau ga bisa marah-marah dech, atau kebiasaan dia yang selalu memisahkan baju berdasarkan warna kalau bepergian, oh iya pasti tau donk, kan kemarin pasti bantuin dia packing.. “ urainya panjang lebar.
Ok ok.. aku ga tau, aku ga tau kebiasaanya pakai garpu, aku ga tau kebiasaanya misah-misahin baju kaya gitu..
“ Oh iya, makasih ya informasinya.. “ jawabku.
“ Oh iya sama-sama.. , “ dia terlihat tidak suka dengan caraku menjawab, ya peduli amat mungkin dia kesal karena pancingannya tidak berhasil.
“ Yang.. “ Jack mengintip dari balik pintu menatap kami berdua.
“ Ya ?? “ jawab kami berdua, aku memandang Karen yang tersenyum kecil seolah sengaja melakukan itu.
“ Sory gw manggil Angel, bukan loe.. “ Jawab Jack tegas, sambil mengulurkan tangannya memanggilku, aku segera berjalan mendekat, tersenyum karena Jack dengan tegas membelaku.
“ owh, sory kebiasaan.. “ jawab Karen dengan santainya
Jack membawaku menyelusuri pinggir pantai, langit yang mulai menguning menuju terbenamnya matahari, deburan ombak lembut yang menyentuh telapak kami yang berjalan sepanjang bibir pantai, dia tak memeluk-ku, apa aku harus memeluknya lebih dulu ? tapi aku malu melakukannya.
“ Soal Karen.. “ katanya memecah kesunyiaan
“ Hmm.. iya kenapa ?? “ tanyaku meski jantungku langsung berdebar tak karuan..
“ Dia, dia mantan aku.. sory aku ga pernah kasih tau ke kamu.. “ dia berhenti sesaat menaruh tangannya di pipiku seperti biasa..
Aku tahu aku tahu… tapi mendengar kejujurannya itu tetap terasa berbeda.
“ Ohh,, iya aku tahu koq.. “ aku berusaha tenang, setenang mungkin aku ingin tahu lebih banyak tentang hubungan mereka.
“ Kamu tahu dari pak Wildan tadi ya ? “ tanyanya
“ Ga koq, aku tahu kemarin dari ci Vina.. “ jawabku..
“ Hmmm.. Vina ya.. “ wajahnya seolah menyembunyikan sesuatu.
“ Kamu, kamu udah putus kan sama dia ?? “ tanyaku.. aku butuh ketegasan.. “ Udah ga ada lagi kan rasa sayang buat dia ? “
Jack diam sesaat tak langsung menjawab
“ Harusnya aku udah putus koq, kamu tenang aja ya.. soal rasa sayang ?? “ dia terlihat ragu saat menyentuh kata sayang itu.
“ Jujur aku masih ada rasa sayang buat dia, aku .. kita jalin hubungan cukup lama.. tapi.. “ Jack terhenti sambil mengejarku yang langsung melepaskan diri mendengarkan kata-katanya tadi.
Dia menarik tanganku sekarang berusaha menahanku yang berjalan menjauhinya.
“ Kamu jangan marah sayang, aku jujur aku cuma berusaha jujur sama kamu.. “ Jack membela dirinya.
Aku berusaha menahan untuk tidak menangis, perasaanku campur aduk.. dan salahkah aku mencintainya, saat aku berusaha percaya kalau cinta itu ada.
“ Aku ga marah.. aku ga marah.. “ jawabku dengan kesall berusaha melepaskan tanganku dari cengkramannya
“ Kalau ga marah bukan begini.. “ Pinta Jack
“ Aku kaget, ga nyangka kamu bisa nyatain cinta kamu ke aku, kamu bisa ngelakuin hal-hal romantic, segitu baiknya sama aku.. tapi kamu masih sayang sama orang lain. “ jawabku dengan suara tertahan.
“ Sayang.. sayang liat aku.. “ dia memintaku menatap matanya.
“ Kamu liat ke belakang ?? liat jejak kaki kita.. “ katanya lagi, aku melihat jejak kaki kami yang berjalan beriringan sepanjang bibir pantai.
“ Kamu liat, anggep aja jejak langkah itu sama kaya rasa sayang aku ke Karen, kamu liat kan.. pelan-pelan mulai menghilang karena terkena ombak, liat diujung sana yang sudah terhapus ombak.. kaya gitu perasaan sayang aku ke Karen, butuh waktu dan proses… tapi… kamu liat jejak langkah aku dan kamu sekarang.. “ dia memintaku melihat kebawah..
“ Disini kita berdiri, ga bergerak, terkena ombak atau apapun jejak ini akan tetap ada dan malah semakin dalam.. kenapa ?? karena aku tetap setia disini.. bersama kamu.. dan aku tahu satu hal.. sedalam apapun rasa sayang aku sama Karen dulu, aku ga pernah mencintai seseorang sedalam ini sebelumnya. “ Dia menciumku, memeluk-ku erat..
Dan aku.. aku berusaha percaya dengan semua kata-katanya.. bolehkah?? Bolehkah aku percaya.
Aku menatap matanya yang bening seolah tak menyimpan kebohongan sekecil apapun, kucium bibirnya tepat saat matahari terbenam..


“ Jack.. ini garpu kamu.. “ Karen memberikan garpu pada Jack, tak enak hati dia pun menerima garpu itu, aku lagi-lagi lupa, ahhh aku benar-benar pelupa.. jangan sampai dia merasa aku kurang perhatian padanya. Hmm aku harus melakukan sesuatu sekarang.
Kami membuat sebuah api unggun membakar ikan dan ayam bakar sambil bernyanyi, suasananya begitu akrab dan menyenangkan, ko Ryan yang bermain gitar bernyanyi bergantian dengan ko Rey yang terlihat tak pernah mau kalah selangkahpun dari ko Ryan.
Sementara beberapa kemah terbentang di pinggiran pantai, untuk para cowo yang akan tidur di tenda, sementara para cewe akan tidur di kamar dalam kapal, jauh sekali perbedaan hawanya antara siang dan malam, malam hari angin yang cukup kencang dibarengi dengan hawa dingin yang menusuk..
Soal Jack, aku tahu tadi dia sempat berbicara panjang lebar pada Karen, tapi aku tak menguping pembicaraan mereka, walau bagaimanapun rasanya tidak sopan, belum lagi dia yang begitu berusaha meyakinkanku tentang cintanya itu padaku tadi.. rasanya keterlaluan kalau aku tidak berusaha mempercayai kata-katanya, setidaknya cinta harus berdasarkan rasa saling percaya kan?
Hmmm ok ok aku menguping, menguping sedikit saja.. tapi jujur aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.
“ Nah… udah kenyang kan.. sekarang kita lanjut babak berikutnya.. “ Vic mengeluarkan beberapa botol minuman yang disimpannya dalam kotak khusus, iya benar minuman keras.. ci Jessica sendiri tampak memprotesnya dan memilih untuk pergi setelah berdebat sesaat dengan ko Vic.
“ Yang jangan minum ya? Nanti kebiasaan.. “ pintaku pada Jack yang sedang mengambil gelas kosong menunggu jatah minumannya
“ Udah, aku gpp koq, biasa aja lagi kan aku nanti tidur di luar jadi supaya ga masuk angin memang harus minum.. “ katanya memberi alasan
“ Tapi.. “ Aku masih tak rela melihat dia minum minuman keras seperti itu.
“ Aku janji, ga akan banyak minum koq.. kamu tidur ya.. cape kan main seharian.. “ Katanya.. sepertinya mereka hendak melanjutkan pesta para lelaki, ci Cheryl, ci Mellisa, si Karen sekarang mengikuti ci Jessica yang telah lebih dulu masuk ke dalam kapal.
Aku pun naik ke atas kapal, menuju kamarku.. aku mau membereskan pakaian Jack, aku harus menyusunnya sesuai dengan warna, sesuai kebiasaanya setidaknya itu yang bisa aku lakukan untuk memberikan perhatian padanya.
Sementara yang lain sibuk dengan obrolan mereka, aku larut dalam keasyikan tersendiri. Menyusun pakaian Jack satu persatu, dimulai dengan mengeluarkan semua pakaiannya sebelum menatanya satu persatu, dan dia memang selalu lelaki paling ribet di dunia soal pakaiannya, 2 buah koper yang jumlahnya lebih banyak dari yang kubawa, jadi urusan membereskan pakaiannya ini cukup memakan banyak waktu.
Seseorang mengetuk pintu kamar..
“ Iyaa ?? “ Tanyaku “ Ga dikunci koq.. “
Orang itu membuka pintu, dan tersenyum padaku..
“ Yang.. kenapa ?? “ tanyaku, melihat Jack yang terlihat sedikit aneh.. dia membantuku berdiri, dan langsung memeluk-ku.
Tubuhnya sedikit berkeringat, dan bau ini.. dari mulutnya tercium bau alcohol..
“ Yang.. kamu mabuk ?? “ tanyaku
Dia menggeleng, dan menutup pintu kamar.. “ Kenapa dikunci ?? “ Tanyaku, sedikit panic dan bingung
“ Aku ga mabuk koq.. hehehe “ tertawanya terdengar aneh, dia menciumku sekarang dan aku.. aku tak tahu apa aku harus membalas ciuman itu.
Perlahan aku malah membalas ciuman itu, meski rasanya agak sedikit berbeda.. ada rasa pahit dari alcohol yang diminumnya.
“ Yanggggg !!! “ Protesku saat tangan Jack mulai menyentuh bagian dadaku.
Dia tak perduli, masih tetap mencium bibirku, berusaha mencium bagian-bagian lain dari wajahku, sebelum kemudian berhenti sesaat mencium telingaku.. tubuhku bergetar sesaat merasakan ciuman di telingaku itu. Rasanya begitu membuat merinding dan aku malah membiarkan tangan itu sekarang. Kubiarkan tangan itu menyentuh bagian dadaku.
Perlahan dia menyingkap baju yang kukenakan, aku mendesis kecil saat merasakan bagaimana dia mulai mencium bagian atas payudaraku, sentuhan itu, sentuhan itu terasa berbeda meski ci Vina sering melakukannya, tapi sentuhan lelaki benar-benar terasa berbeda.
Aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan, dan aku mulai membiarkan Jack yang tengah mabuk mulai menyentuh bagian dadaku itu, menyingkap sedikit bra yang kukenakan, dia mencium bagian dadaku, rasanya.. rasanya benar-benar berbeda.. kurasakan lidahnya yang memainkan payudaraku itu, mengigitnya kecil.
“ Yang… “ aku mendesah kecil merasakan ciumannya itu. Aku berusaha menarik wajahnya dari dadaku.
Dia menarik wajahnya, dan langsung mencium bibirku. Aku tak melawan sedikitpun, aku berusaha menutup kembali kausku, namun tangannya menahanku menutup bajuku.
Aku mulai bergerak, Jack belum pernah seperti ini sebelumnya, terlihat begitu bernafsu untuk mencium dan menggumuliku, ya tuhan aku harus bagaimana.. apa aku harus menuruti keinginannya ??
Sambil berusaha mendorongnya aku mulai meloloskan tubuhku dari pelukannya itu, tapi tak berhasil aku merasakan bagaimana tangannya mencengkramku kian kuat..
“ Yang.. kamu mau kan ?? kamu sayang kan sama aku ?? “ bisiknya lembut.
Aku tak menjawab.. ‘haruskah ?’
Teringat dengan kata-kata ci Angel bagaimana lelaki selalu menginginkan tubuh wanitanya, dan kemudian akan mencampkannya begitu saja. Apa Jack orang yang seperti itu.
Tapi …
Apakah dia akan meninggalkanku kalau aku mau memberikan semuanya untuk dia? Kehormatanku?



Karenina Prayogo

“ Ry.. bisa main lagu ini ga ?? “ tanya-ku pada Ryan yang sedang memainkan gitarnya sambil menunjukkan notes-ku, “ Rey, coba liat juga dech.. “ Notes itu berisi chord lagu yang sedang aku pelajari, ada tawaran dari salah satu produser yang kukenal untuk mencoba terjun ke dunia tarik suara. Dan lagu ini ditulis oleh teman-ku.
Sementara kulihat Vic dan Edi berjalan menuju kapal memberi tanda untuk menunggu mereka sesaat, sambil memasukan minuman keras yang tadi dibawa oleh vic kembali ke dalam kapal, mereka tahu pacar-pacar mereka tidak suka mereka meminum minuman keras, dan sepertinya mereka akan berusaha membujuk sambil mengalah, aku melirik Jack. Dia masih mengenggam botol soju.
“ Kamu ga usah minum lah ya.. “ Aku berusaha mengambil botol itu dari tangan Jack, kemana sih pacarnya itu yang malah membiarkan Jack minum-minuman keras, padahal dia sama sekali tidak biasa meminum minuman keras seperti ini.
Tadi dia mengelak, berdiri dan malah mengambil jarak lagi dari ku, kuhela nafas panjang, mengalah dan mencoba bersabar.
“ Ayo ayo.. mulai donk.. “ Edison dan Vic berhasil membujuk pasangan mereka masing-masing dan kembali duduk mengitari api unggun, hanya Jack yang duduk agak sedikit menjauh, tapi aku yakin dia masih dapat mendengar dari tempatnya duduk.
“ Iya sabar donk Lee.. “ aku berjalan mendekati Rey dan Ryan yang sedang mencoba lagu itu, dengan cepat keduanya berhasil menguasai lagu sederhana itu dan memberikan tanda Ok padaku dengan jari yang mereka lingkarkan.
“ Hemm hemmm.. “ Aku berdeham sebentar, sambil menyamakan suaraku. “ Sory ya kalau suaranya jelek, nanti masuk studio juga jadi bagus koq.. hahhaa “
Mereka bertepuk tangan sesaat,
One girls loves you
That girls loves you with all her heart
Everyday like a shadow she follows you around
When that girl smiles she is crying on the inside
How much longer
Do I have to just look at you alone
This love like the wind
This worthless love
If I keep trying will it make you fall in love with me
come a little bit closer
Just a little bit
I’m the one who loves you
Right now by your side
That girl is crying

That girl is very shy
So she learned how to laugh
There is so much that can’t be said even amongst close friends
That girl’s heart is full of scars
So that girl
Loved you because you were the same
Just another fool
Just another fool
Is it wrong to ask you to hold me once before you leave?
I want to be loved..its true
Every day inside…Inside his heart…She shouted and
That girl is by your side again today
Do you know that I’m that girl?
You wouldn’t act this way if you knew
You wouldn’t know because you’re a fool
How much longer
Do I have to look at you like this alone?
This stupid love
This worthless love
If I keep trying will it make you fall in love with me
come a little bit closer
Just a little bit
If I take one step forward you take two steps back
I’m the one who loves you
Right now by your side
That girl is crying


Dan Jack pun berdiri, berjalan sedikit limbung menuju kapal.. aku melihatnya menjauh perlahan, sementara yang lain memintaku untuk kembali bernyanyi akupun mengangguk menyanggupinya.

Kulihat Angel yang berdiri di depan pintu, matanya memerah menahan tangisan sambil menutupi pintu itu.
“ Kamu kenapa ? “ Tanyaku bingung aku tahu ada Jack di dalam sana
Dia menggeleng menjawab pertanyaanku, aku pun mencoba masuk meski Angel menghalangiku
“ Kenapa ? Jack di dalem ?? “ Aku memaksa masuk.
“ Jangan ci, Jangan masuk.. “ Pintanya..
Aku mendorong Angel kesamping, masuk ke dalam kamar dan langsung menguncinya. Kulihat Jack yang tengah berbaring, wajahnya yang memerah aku melangkah mendekatinya. Sementara di depan Angel terus mengedor pintu memintaku membuka pintu itu.
Aku mendekati Jack yang menatapku dengan pandangan bodohnya, aku mengangkat tanganku dan menamparnya.
“ Ga perlu pura-pura mabuk Jack.. “ Bentak-ku.
Aku mengambil jaket berwarna pink, entah milik siapa yang tergeletak di lantai dan membuka pintu itu berjalan keluar.
“ Kita tidur di depan aja ya.. sama aku.. “ aku menarik Angel, dan memintanya memakai jaket itu, dia mengangguk mengikutiku menuju salah satu kemah.
Aku mematikan lampu malam di tenda itu, “ Kamu tidur ya.. jangan dipikirin yang tadi.. “ Aku memeluk lembut Angel yang masih gemetaran kecil..
Aku membantunya masuk dalam sleeping bag, berdua denganku aku memeluknya dengan hangat.
Memeluknya dengan tulus sambil berfikir betapa bodohnya yang dilakukan oleh Jack tadi, jujur meski aku tak tega melihat Angel sekarang, tapi aku tengah berfikir keras menebak apa tujuan Jack melakukan itu, ingin Angel membencinya dan memutuskan hubungan dengannya, kembali padaku ?
Aku menepuk-nepuk punggung Angel, entah berapa lama hingga dia bisa tertidur, kutatap wajahnya yang begitu cantik, terlihat begitu polos kecantikannya sungguh menakjubkan jujur aku iri dengan kecantikannya itu, mata yang bulat meski tidak terlalu lebar dengan bulu mata yang lentik, bibir mungil, dengan hidungnya yang indah.
Tubuhnya mungkin tidak terlalu menarik, sedikit terlalu pendek untuk menjadi model, juga bukan tipe yang memiliki tubuh indah dengan payudara besar, tapi tubuhnya juga tidak jelek kulitnya begitu putih indah dan terutama semuanya justru menjadi penunjang yang sempurna senada dengan jenis kecantikannya itu, Angel.. dia memang seperti malaikat tak berdosa seperti namanya itu.
Dia tertidur pulas, meski air mata masih mengalir dari sepasang matanya yang terpejam itu, mengigit kecil jemarinya dalam tidur, mendekap hangat pelukan-ku.
Aku bertanya pada diriku sendiri, akankah aku rela merebut Jack dari gadis ini.. gadis sepolos ini.

Aku terbangun lebih dulu dari Angel, merias wajahku sedikit sebelum kulirik Angel yang masih pulas tertidur di sampingku, dia masih begitu menikmati tidurnya terlihat begitu lelah sambil mengigiti jempol tangannya dalam tidurnya, keluar dari tendaku melirik ke samping ke arah tenda Edison dan Jessica terlihat begitu mesra di depan tenda mereka.
Kulihat Jack yang berdiri di pinggir pantai dan berjalan mendekatinya.
Dia melirik sesaat padaku.
“ Gw tolol ya.. “ Dia tertawa sendiri
Aku tak menjawab membiarkan dia dengan segala pertanyaanya itu
“ Angel masih tidur ?? “ tanyanya lagi.
“ Iya masih, jangan ganggu dia tidur.. “ cegahku melihat Jack yang mulai berbalik hendak berjalan menuju tenda.
Dia berhenti menuruti nasehatku.
“ Gw harus gimana Ren ?? “ Tanya-nya bodoh
“ Loe yang tau Jack.. loe tau apa akibat dari yang loe lakuin tadi. “ Jawabku
Dia mengangguk menatap jauh kearah lautan, sementara ombak menyentuh kaki kami berulang-ulang.
“ Tolong bangunin Angel ya.. Makanan dah siap.. “ Jack berjalan membantu Pak Wildan dan satu anak buah kapal lain menyiapkan meja makan.
Dan akupun duduk di antara Angel dan Jack sambil menyantap bubur sarapan pagi kami, keduanya diam tak berbicara bahkan tak saling berpandangan satu sama lain,
“ Abis ini mau kemana nih ?? “ Tanya Edison memecah suasana.
“ Mau ke pulau seberang ga ?? “ Vic memberi usul sambil menunjuk sebuah pulau karang kecil di tengah lautan.
“ Boleh tuh, “ Jessica dan Mellisa kompak menjawab sambil meminum teh hangat mereka.
“ Kayaknya lomba berenang sampai sana bagus juga tuh.. “ rey kembali mengeluarkan usul konyol, sejak kemarin terlihat jelas ada sesuatu yang salah dengan hubungan Rey dan Ryan, aku tidak terlalu mengenal mereka memang tapi setahuku dari cerita Jenny kalau Rey dan Ryan harusnya adalah sahabat kental.
“ Iya iya, tapi jangan maksain diri lagi, yang cewe naik kapal aja ya.. “ Cheryl akhirnya buka suara,
“ Semua ikut kan ?? “ tanya Edison
“ Gw enggak dech.. “ Jack memutuskan tidak ikut serta
“ Kenapa ? Ga asyik dech.. “ Kembali jawaban khas anak kecil Lee terdengar
“ Ada urusan, Angel juga ga usah ikut. “ lanjutnya.
“ Yawda terserah dech.. “ Edison mengalah, “ Siangan aja ya,. Mandi dulu dan dinginin perut.. baru makan takut keram “
Sambil membantu membereskan meja makan dan mencuci piring kami tadi, aku berusaha selalu dekat dengan Angel, tak perlu ada yang tau kejadian semalam, tapi aku juga harus memastikan bahwa tidak ada apapun yang terjadi dengan Angel, jujur aku khawatir kalau dia masih sedikit terguncang.
“ Kamu gapapa ?? “ Tanyaku sambil mencuci mangkuk bubur milik-ku
Angel tersenyum, berusaha sewajar mungkin.
“ Jack bukan orang seperti itu, mungkin dia mabuk aja.. “ aku berusaha menjaga citra Jack didepan Angel, dan lagi aku harus mengatakan itu agar apapun yang terjadi semalam, tak menjadi salah Jack sepenuhnya, karena kalau semua kejadian semalam adalah kesalahan Jack sepihak itu akan membuatnya harus menanggung semua akibat perbuatannya.
Bimbang memang, di satu sisi aku tak ingin Angel tersakiti, tak ingin Angel merasakan kegetiran seperti yang pernah kurasakan, tapi di sisi lainnya aku tak rela bila Jack harus terus bersama dengan gadis ini.
Sementara Edison menyewa sebuah sampan untuk para cewe yang telah mengganti pakaian mereka dengan bikini-bikini yang memamerkan tubuh indah mereka, ke tiga gadis itu memang begitu cantik, si kembar Jessica dan Mellisa dengan bikini sewarna mereka bercorak bunga, memperlihatkan lekuk tubuh mereka yang begitu sempurna. Atau Cheryl yang sedikit kurus dan pendek tapi wajahnya yang bulat dengan kecantikannya yang khas membuat semua kecantikan yang dimilikinya menjadi terlihat luar biasa.
Sementara ke empat lelaki tampan dengan tubuh berisi mereka, dada yang bidang dan otot-otot mereka yang begitu kencang sedang melakukan pemanasan di pinggir pantai, bersiap dengan perlombaan konyol mereka, sedikit membasahkan tubuh mereka agar lebih cepat beradaptasi dengan suhu lautan.
“ Ga ikutan kamu Ren ?? “ Tanya Cheryl mendekatiku sambil menarik-ku.
“ Ah enggak ah.. kamu aja duluan ci, aku males.. “ kataku sambil memeletkan lidahku
“ Dasar, koq males tapi pakai bikini begini sih.. “ Jawabnya sambil melirik-ku yang tengah mengenakan bikini berwarna merah yang jujur kusiapkan sesuai warna kesukaan Jack, apalagi modelnya yang memang lebih terbuka sehingga memamerkan lekuk tubuhku dengan lebih menggoda.
“ Adanya ini mau gimana lagi, “ Kataku beralasan sambil tertawa kecil
“ Yawda dah tanggung kan.. ikut aja ya “ Cheryl masih membujuk-ku
“ Ga dech, aku berenang di pinggiran aja ya.. kalian aja.. “ Sebenarnya aku tak ingin membiarkan Angel dan Jack hanya berduaan saja, mereka masih mengenakan baju pantai mereka sambil duduk tak jauh dari pinggir lautan, sepertinya tengah memperdebatkan sesuatu.
“ Udah sini, aku aja yang kasih aba-aba mulainya ya.. “ Aku memberi ide, melihat Ryan, Rey, Vic dan Edison telah bersiap di pinggir pantai.
“ Ide bagus tuh.. “ Rey menyambar dengan posisi siap melompatnya.
Aku tertawa, berdiri sejajar dengan mereka dan berteriak.. “ Siap ya !! SATU !!! DUA !!!! TIGA !!!!!!!! “ keempatnya langsung melompat berusaha mengerahkan seluruh tenaga mereka agar bisa menjadi yang tercepat dalam perlombaan, sementara para gadis mengikuti dari atas sampan yang didayung oleh anak buah pak Wildan, sambil bersorak mendukung pasangan masing-masing, kecuali Cheryl yang mungkin sedang kebingungan sekarang.
Aku pun melirik pada Jack dan Angel yang tengah berdebat panjang, aku hanya bisa berenang di pinggiran pantai menikmati ombak yang sesekali mendorong tubuhku, kalau bisa aku ingin duduk disana disebelah Jack dan Angel mendengar apa yang tengah mereka perdebatkan, tapi rasanya itu sangat tidak sopan.
Aku berenang kesana kemari, hingga tiba-tiba terasa ada yang aneh dengan kaki-ku, terasa begitu sakit.. mungkin keram tapi rasanya benar-benar menyakitkan..
Ya Tuhan, aku berada cukup jauh dari bibir pantai, aku berusaha meronta sebisa mungkin berenang mendekat, tapi rasa sakit itu malah semakin hebat, aku mengigit bibir bawahku menahan rasa sakit, masih berjuang, Ayo Karen kamu bisa.. ayooo
Aku berenang dengan semua yang aku bisa, tapi ini sudah batas maksimal yang aku bisa lakukan, aku harus meminta bantuan, tapi siapa ? apa Jack bisa mendengarku ditengah perdebatannya dengan Angel, tapi hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang.
Aku berusaha melompat sebisaku, melambaikan tanganku, sambil berteriak, namun malah membuat air laut mulai masuk dalam mulutku, aku tak bisa tidak untuk tidak menelan air laut itu, sementara kakiku semakin mati rasa dan aku mulai tenggelam..
##

Aku yakin tadi pasti Jack yang menyelamatkanku, tapi dia diam seribu bahasa sejak 3 jam yang lalu, juga tak mengatakan apapun pada Angel yang terkesan ikut menghindari Jack berkali-kali, aku yakin pasti Jack membantuku dengan memberikan nafas buatan untuk menyelamatkanku tadi.
Kulihat Ryan dan Rey yang tengah berdebat hebat, sementara Cheryl sendiri berusaha menengahi perdebatan mereka, sambil berulang kali menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Sementara Vic, Lee, Jessica dan Mellisa malah berlarian di pinggir pantai sambil memainkan layangan hias yang entah mereka dapatkan darimana, berlarian norak di pinggir pantai seperti film india, aku sendiri duduk di sebuah kursi menghadap ke pantai, melirik Angel yang diam tak bergerak dari duduknya.
“ Ikut aku.. “ Kata Jack tiba-tiba sambil menepuk pundak-ku, dia menutup bibirnya dengan telunjuk, memintaku untuk meninggalkan tempat itu tanpa diketahui siapapun.
Dia menungguku di sebuah lekukan menuju hutan, sementara aku mengendap dengan hati-hati agar tak ada yang mengetahui kepergian kami berdua. Aku mengikutinya berjalan menuju sebuah tebing, pemandangan yang indah dengan hamparan pasir putih dan ombak yang menggulung di pinggiran pantai, dari tempat ini kami juga bisa melihat tempat kami mendirikan kemah, suasana yang romantis dengan angin yang berhembus sedikit kencang membuat rambutku melambai mengikuti arah angin bertiup.
“ Anginnya … “ Gerutuku sambil berusaha mengatur rambutku agar tidak berantakkan
Jack mengambil sebuah ranting kecil, meniup dan membersihkannya, dia berjalan kebelakangku, mengatur rambut-ku membuat sanggul dengan ranting itu sebagai tulangnya, sama seperti yang biasa dilakukannya dulu.
Sungguh jantungku berdebar kencang, terlebih mengingat kejadian tenggelam saat berenang tadi siang, hmmm apa akhirnya Jack akan memilih aku dibanding Angel, aku tahu aku pantas untuk mendapatkan lagi cintaku ini, tapi tetap ada sedikit rasa bersalah bila harus menyakiti gadis polos itu.
Jack berjalan menuju sebuah pohon, bersandar dan menatap jauh kearah lautan, menikmati pemandangan yang begitu indah dengan matahari yang bersinar pudar menuju terbenam, aku sedikit ragu namun meyakinkan kakiku untuk berjalan mendekatinya, saat tinggal selangkah lagi untuk berada di sampingnya, ia menarik-ku.
Aku menatap wajahnya yang sekarang berada tepat di depanku. Jangan-jangan dia sengaja mengajak-ku kesini untuk mengajak-ku bercinta, dia tahu outdoor selalu memberikan sensasi berbeda dalam berhubungan intim untuk-ku. Ah apa yang kupikirkan..
“ Kamu tahu ?? “ Tanyanya sesaat kemudian
“ Ya ? “ Jawabku bingung, meski aku yakin wajahku pasti tengah memerah sekarang.
“ Kamu tahu, aku ga pernah berhenti mencintai kamu.. “ Jack melanjutkan kata-katanya, meski tak menatap mataku, akhirnya.. mungkinkah dia akan mengatakannya.
“ Aku ga berhenti mencintai kamu, ga pernah.. “ Lanjutnya
“ Aku.. “ , “ Aku juga ga pernah.. ga pernah bisa.. “ aku langsung memeluknya dengan erat. Memeluknya begitu erat..
“ Krakkkk “ sesaat samar terdengar bunyi dahan yang patah, Jack melepas pelukanku, dia mencari kesegala arah mencari asal suara itu.
“ Kenapa ?? “ Tanyaku bingung
“ Hmmm.. gapapa.. “ Jawabnya. Aku berusaha memeluknya lagi, tapi dia menahan pundak-ku, menatapku begitu dalam
“ Karen, kamu selalu berharap aku menjadi lelaki yang lebih tegaskan, right ? “ Tanyanya dia terlihat begitu serius.
“ Iya.. lalu ?? “ Tanya ku bingung, tak dapat menebak apa yang akan dikatakannya nanti
“ Hmmm.. “ Jack menarik nafas panjang yang membuatku menahan nafas sesaat, menunggu apa yang akan dikatakannya.
“ Aku menjadi lebih baik sekarang, menjadi lebih dewasa, tegas dan berfikir panjang dan jernih untuk semua yang aku lakukan, bukan lagi sosok temperamental, plinplan dan menyebalkan, aku berubah demi kamu.. “ kalimat itu terucap lancar dari mulutnya, aku mengangguk setuju dengan perubahannya itu.
“ Aku tegas, aku ga pernah berhenti mencintai kamu, aku cuma berhenti.. “ dia terdiam sesaat, “ Aku berhenti untuk menyakiti diriku sendiri. Berhenti bermimpi bahwa kita memang diciptakan untuk bersama “
Aku terdiam.. tak percaya dengan apa yang dikatakannya….
“ Maksud kamu.. “ Tanyaku aku tahu suara ku pasti bergetar sekarang, seirama dengan air mataku yang mulai menetes
“ Kita dah selesai Karen, kita harus berhenti menyakiti diri kita sendiri, mempercayai mimpi yang ga pernah ada.. “
“ Tapi,, tapi kenapa ?? “ aku memprotesnya.. “ Kenapa ga bisa? Apa yang bikin semuanya ga bisa terjadi ? “
“ Kita tahu, kita sama-sama tahu kenapa kita ga bisa bersama.. “ jawab Jack.. “ Aku tahu semua.. “
“ Kamu tahu ? Kamu tahu ? Kamu tahu apa ? Kamu tahu aku tidur sama lelaki lain demi karier aku HAH !! “ aku tak bisa menerima argumentnya. “ Kamu tahu kenapa aku begitu ? “ , “ Kamu tahu aku begitu karena kamu, karena aku mau nunjukin diri aku bisa berdiri sendiri tanpa bantuan kamu, aku lakuin ini semua agar kamu.. ah udahlah.. “ aku menarik nafas panjang.
“ Bukan itu.. “ Jawabnya
“ BUKAN ITU APA !! “ Aku menghardik tangannya yang berusaha menarik tubuhku ke pelukannya
“ Bukan itu, kamu tahu sejak awal kita berbeda.. disini kita berbeda, disini juga.. “ Dia menunjuk hati dan kepalanya.
“ Iya aku tahu, tapi memang ada manusia yang sama ?? enggak kan ? “ Aku membela diri
“ Ga ada manusia yang sama, tapi ego kita, ego kita membuat kita tidak mampu melewati perbedaan itu, sejak awal kamu tahu.. kamu itu putri duyung yang mencintai seorang pangeran.. kamu tahu sejak awal kalau kita akan berakhir seperti ini, suatu saat kamu akan menghilang menjadi gelembung di lautan. Kita ga akan bersama selamanya. “ Jawabnya
“ Putri duyung.. manusia ?? Iya aku pernah bilang gitu dulu.. tapi apa kamu pikir kamu sama Angel itu sama ? Apa kamu berfikir kalau kalian itu sebanding ? “ Aku tak rela bila dia memilih Angel sungguh tak rela.
“ Liat aku Jack.. Liat aku.. aku bukan aku yang dulu, bukan aku yang ga sebanding sama kamu lagi.. aku sudah jauh lebih baik jauh lebih baik dari dulu.. “
“ Kamu, kamu yang membuat semua semakin jauh Karen.. kamu yang membuat semua itu.. ambisi, ego dan cara kamu hidup ga mengizinkan kita untuk bersama.. “ Jacksen beralasan lagi dan lagi
“ Apa Jack.. apa yang bikin kita ga bisa ? kasih aku contoh nyata.. “ Pintaku kembali menitik-kan air mata
“ Kamu inget waktu aku ditahan di kantor polisi.. “ Jawabnya
“ Iya aku inget, kamu tahu kan.. aku ga kalah sama pacar kamu itu.. aku dateng ke kantor polisi, sama kayak yang lain.. terus ? kamu mau kasih alasan apa lagi ?? udahlah jujur sama aku. “ Aku kehilangan kesabaranku mendengar alasannya yang seolah dibuat-buat.
“ Kamu yang tahu apa yang pakai waktu itu, kamu yang tahu berapa lama kamu merias diri.. dan kamu tahu, seperti apa Angel datang ke kantor polisi saat itu. “ Aku terdiam menjawab semua pertanyaan itu dalam hati.
“ Kamu mencintai aku, dengan selalu berfikir, siapa kamu, bagaimana kamu bisa pantas berada disisi aku. Tapi Angel mencintai aku, dengan hanya satu hal.. “ , “ Dengan ketulusan.. “
Dia diam sesaat,, melihat air mataku yang mengalir makin deras.
“ Dia mencintai aku, dengan berfikir apa yang terbaik buat aku, bagaimana aku bahagia tanpa perduli seberapapun dia akan menderita, kamu ? kamu mencintai aku dengan berfikir kamu harus menjadi yang terbaik buat aku, aku akan bahagia karena adanya kamu. “
“ Aku yakin kamu mengerti kan ? “ Katanya.. aku mengangguk jujur.. aku tahu perbedaanya dengan jelas, egosentris aku yang begitu besar.. karena kata “ AKU “ aku mencintai Jack karena adanya “ AKU “ berbeda dengan cinta Angel untuk Jack.
“ Lalu kamu berfikir kalau Angel sebanding sama kamu ? Pantas untuk semua ini ? “ Tanyaku tak rela
Jack menggelengkan kepalanya.
“ Kamu tahu kalian juga ga sama kan ? Terlebih kayaknya kamu tahu kalau Angel punya hubungan yang aneh sama Ervina.. “
Dia mengangguk.. “ Aku tahu.. “
“ Lalu, apa yang mau kamu perjuangkan lagi untuk hubungan semacam itu, kamu mau liat Angel sama kaya aku, putri duyung yang mencintai pangerannya dan menghilang seperti gelembung di lautan. “
Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“ Aku, aku yang akan jadi ikan duyung melihat seorang putri cantik yang terombang ambing dilautan, aku akan menyelamatkan dia, jatuh cinta padanya. Dan melakukan apapun untuk bisa bersamanya, dan bila kami akan berpisah nanti.. aku dengan tersenyum akan menjadi gelembung dan menghilang darinya. “ Jawabnya dengan begitu yakin.
Ya Tuhan.. aku tak percaya Jack yang kukenal bisa mengatakan hal semacam itu.
“ Udahlah.. kamu aneh sekarang “ Aku berlari meninggalkannya, sementara hujan mulai turun.. Jack terdiam sesaat sebelum kemudian mengejarku.
Aku berlari begitu cepat menuruni bukit ikut, sementara dia mulai mengejarku..
“ Karen hati-hati.. “ Teriaknya berulang-ulang, tapi apa perduliku.
Aku melihat dari arah depan, Edison berlari mendekat, dia berlari begitu kencang sambil berteriak..
“ Karen awas !!! “ Teriaknya, terlambat aku terjatuh ke sebuah lubang berguling beberapa saat sebelum kemudian berhenti, tubuhku terasa begitu sakit, aku tak melihat sebuah jurang kecil dan terjatuh ke dalamnya tidak terlalu dalam sepertinya.
“ Karen,,.. “ Suara itu suara Edison..
Tak lama terdengar sepasang langkah lain,
“ Jack.. Angel hilang.. “ Edison tiba-tiba menyela..
“ HAH !!! Siallll !! “ Jack terdengar berteriak.. “ Loe bantu Karen.. “ Suara langkah itu kembali menjauh.. Jack pergi tanpa sedikitpun menoleh mencariku.. Dia dengan nyata memilih Angel dibanding aku.
Tubuhku memang terasa begitu sakit.. namun tak sesakit hatiku yang merasa begitu ditinggalkan sementara Lee ikut melompat turun ke dalam lubang dan telah berada disampingku sekarang.
“ Loe gapapa ?? “ Tanyanya.. “ Apa yang sakit ?? “
Aku diam tak menjawab, memilih memeluk Edison dan menangis di dadanya




Malaikat Tanpa Sayap 12 : Awal Dari Sebuah Akhir # 2

Malaikat Tanpa Sayap 12 : Awal Dari Sebuah Akhir # 2
13652679261128342849
Ilustrasi oleh Ferry Prasetyo / Fairy Water / Photomanipulation 2-013
“ Met pagi sayang.. “ Cheryl mencium kening Rey yang baru saja terbangun dari tidurnya pagi itu, dia hanya mengenakan kimono mandinya sambil memeluk Rey. Suasana pagi yang sejuk, embun pagi yang berlabuh diatas daun jendela, hamparan perkebunan teh yang menghijau menjadi pemandangan yang indah dari jendela kamar, dari kejauhan juga terlihat petani-petani teh yang tengah sibuk memetik teh di pagi hari.
Dilehernya terpasang kalung indah pemberian Rey semalam, dengan tersenyum kecil Rey membalas ciuman Cheryl, mengambil celana pendek dari dalam tasnya dan duduk di kursi sofa yang menghadap ke arah teras kamar itu,
“ Kamu ga dingin ?? “ Tanya Cheryl pada Rey yang tak mengenakan pakaiannya, dia membawa nampan berisi makan pagi untuk mereka berdua, beberapa lembar roti panggang dengan 2 cangkir teh manis hangat.
“ Engak koq, ga dingin.. dingin sih dikit,, “ Rey mengusap-usap matanya yang masih mengantuk sambil tersenyum
“ Pakai ya bajunya, “ Pinta Cheryl “ Kamu mau selai apa ? Strawberry, kacang atau coklat ?? “
“ Iya dech,.. “ Rey mengambil kaus di dalam tasnya sebelum kembali duduk dan mengunyah roti bakar dengan selai coklat yang dibuatkan oleh Cheryl, Ada sebuah kalimat tanya dalam wajah Cheryl tapi Rey membiarkannya, dia menunggu Cheryl berbicara dengan sendirinya.
“ Kamu dingin sayang ?? “ Tanya Cheryl sambil menyentuhkan telapak tangannya di wajah Rey, hidung Rey yang memerah.
“ Dasar kamu sayang… “ Ucap Rey sambil tersenyum, mengesekkan tangannya hingga hangat dan menempelkannya ke wajah Cheryl
Keduanya berpandangan, senyuman tulus keduanya yang begitu hangat, perlahan Rey mendekat mencium bibir Cheryl dengan begitu hangat, tak menolak…Cheryl tak menolak ciuman itu, tangannya yang tetap menyentuh pipi Rey dengan begitu mesra, perlahan ia melepaskan sentuhannya itu, memeluk Rey dengan begitu eratnya.
Rey merasakan bagaimana airmata Cheryl membasahi pipinya..
“ Kenapa sayang ?? “ bisik Rey, membelai halus kepala Cheryl, memeluk gadis itu erat-erat
“ Rey… “ Jawab Cheryl tertahan..
“ Hmm sayang ?? “ Jawab Rey dengan pasti, ia seolah tahu apa yang akan dikatakan oleh Cheryl
Ia tahu apa yang mungkin akan Cheryl katakan, hanya berusaha membodohi dirinya.
Cheryl melepaskan pelukannya, menatap Rey dengan mata memerah karena tangisannya, bersimpuh di depan Rey yang menatap Cheryl dengan pandangan penuh kehangatan, Cheryl tak mampu menatap wajah Rey..
Rey berusaha menarik lagi Cheryl dalam pelukannya, kali ini Cheryl menolaknya, ia menahan tangan Rey, menarik tangan itu ke dadanya perlahan sebelum berucap.
“ Rey.. kita putus.. “ bisiknya sambil membuang wajahnya, tak mampu menatap wajah Rey lagi.
Keduanya terdiam terpaku tak ada satupun kata yang terucap, tak ada jawaban, tak ada lagi kehangatan yang tadi tercipta oleh keduanya, hanya kesunyiaan dalam dinginnya pagi, butiran embun yang menetes dari dedaunan sentuhan angin yang berlari di antara keduanya tak mampu memberi sebuah jawaban atas apa yang mereka katakan.
Diam tanpa sebuah jawaban.

“ Ich makan sendiri ga nungguin aku.. “ Kata Jack sambil duduk di samping Angel yang tengah menyantap makan siangnya, 3 buah siomay dan 2 kentang dengan sedikit kecap dan saus.
“ Aku kira kamu masih ada kelas, bukannya kamu ada kelas sampai jam 3 ya ?? “ Tanya Angel sambil melirik jam tangannya, baru pukul 1 lewat 15 menit “ Kamu bolos ya ?? “ tanyanya lagi
“ Ah enggak, kata siapa.. dosen aku ga masuk.. “ Jack beralasan sambil berusaha merubah topic pembicaraan, “ Kamu aneh banget ga pake saus kacang sih ?? “ tanya Jack melihat piring Angel yang berisi siomay tanpa saus itu.
“ Jawab dulu, kamu bohong ya.. “ Angel melirik Jack dengan tatapan curiga.
“ Iya dech, aku bolos ga masuk pelajaran abis aku kangen sama kamu.. “ Jawab Jack sambil membuka mulutnya meminta Angel menyuapinya siomay.
“ Tuh kan, kamu tuh suka banget bolos.. aku paling ga suka kamu bolos-bolos gitu, jangan bolos lagi ya.. janji.. “ Pinta Angel sambil menyuapi Jack
“ Iya dech, aku janji.. enak ya siomaynya.. “ Jack membuat tanda peace dengan jarinya sambil mengunyah siomay.
“ Kamu mau ?? aku pesenin ya ?? “ tawar Angel
“ Boleh dech, jangan banyak-banyak ya.. ga pake saus tapi kecapnya banyak.. “ ingat Jack sambil mencomot satu lagi siomay di piring Angel.
“ Iya bawel.. aku dah apal kebiasaan kamu.. “ kata Angel sambil tersenyum dan berjalan ke booth penjual siomay.
Terdengar sedikit keriuhan saat seseorang memasuki cafeteria itu, dia duduk di bangku sudut sementara beberapa orang mendekatinya, sekedar bercengkrama dan meminta fotonya. Gadis itu Karen yang kebetulan datang ke kampus untuk mengurus administrasi dan absensinya setelah berkali-kali tidak mengikuti pelajaran karena kesibukannya.
“ Eh.. itu Karen loh.. Karen.. “ Angel terlihat antusias sambil membawakan siomay milik Jack, Jack melirik ke belakangnya, sesaat dia menjadi salah tingkah namun berusaha sewajar mungkin di depan Angel.
“ Temenin aku yuk, aku mau foto bareng nih.. “ Pinta Angel pada Jack sambil menarik tangan Jack manja.
“ Ah ga mau ah, ngapain sih malu tau.. biarin aja tuh dia orang norak gitu kamu jangan ikut-ikutan.. “ Jack lebih sibuk meremas jeruk nipis banyak-banyak di atas saus kacang.
“ Aaaahhhhhhh.. ayo donk, kamu juga ngfans kan sama dia, ipod kamu aja isinya foto dan video dia, suka malu-malu sih… “ Angel mencubit sambil menarik paksa Jack.
Mau tak mau, agar Angel tak curiga Jack terpaksa mengikuti maunya Angel mereka ikut berkerumun bersama beberapa orang yang tampak antusias dengan kehadiran Karen di tempat makan itu, beberapa kali Karen terlihat melayani permintaan mereka untuk berfoto bersama dengannya, meski terlihat sedikit letih tapi dia memaksakan diri tersenyum meski masih mengenakan kacamata hitam di wajahnya.
“ Ci boleh foto bareng ga ?? “ Tanya Angel polos pada Karen sambil memberikan tangannya untuk bersalaman dengan Karen, Karen hanya tersenyum sesaat sambil melayani permintaan foto dari yang lain, dia membalas jabatan tangan Angel sebelum sesaat terkejut melihat sosok yang berdiri di belakang Angel, dia menahan dirinya berusaha tersenyum sebisa mungkin meski ada rasa penasaran dalam hatinya, terlebih melihat Jack yang terlihat begitu acuh dengan dirinya.
“ Boleh boleh, sebentar ya selesai ini aja supaya kita bisa ngbrol-ngbrol juga “ Jawab Karen seramah mungkin pada Angel yang membalasnya dengan senyuman lebar melihat Karen yang begitu ramah pada penggemar seperti dirinya.
“ Sory ya, makasih banget.. tapi aku mau makan dulu nanti disambung lagi ya “ Pinta Karen sopan pada penggemarnya sambil menunduk kecil, penggemarnya itu mengerti dan memberikan Karen ruang untuk beristirahat, sebagian kembali ke kursinya sementara beberapa dari mereka ada yang keluar dari cafeteria itu.
“ Siapa namanya tadi ?? “ Tanya Karen sambil meminta Angel duduk di sebelahnya
“ Angel Ci.. hmm boleh foto kan ?? “ Tanya Angel sambil mengeluarkan ponsel dari tasnya.
“ Boleh-boleh.. minta tolong orang aja fotoin ya.. “ Kata Karen membuka kacamatanya, kecantikannya terpancar dengan begitu indah dengan goresan make up sederhana, Angel terlihat begitu terkesima dengan kecantikan Karen, meski sebenarnya kecantikan Angel tak kalah dengan kecantikan Karen, hanya tipe kecantikannya yang berbeda, kecantikan dalam kepolosan dengan mata yang begitu jernih adalah kecantikan yang dimiliki oleh Angel berbeda dengan kecantikan glamour yang menjadi kelebihan Karen.
“ Sini aku aja yang fotoin.. “ Tawar Jack yang akhirnya bersuara
“ Jangan, kamu ikut aja foto, kan kamu juga ngfans sama Karen.. “ Angel malah menarik Jack duduk disampingnya,
“ Ah enggak lah,.. “ Jack berkeras.
“ Temennya mungkin ga mau .. “ Ucap Karen sedikit cetus
“ Ga koq, dia juga ngfans sama cici.. “ Angel menarik Jack lagi, dan meminta salah seorang tukang minuman untuk membantu mengambil gambar mereka bertiga.
“ Aku makan dulu ya.. “ Jack bergegas angkat kaki dari meja itu, tapi lagi-lagi Karen mencegahnya dengan sengaja
“ Makan disini aja, temenin aku ya.. “ Pintanya pada Angel
“ Boleh ci ?? “ Tanya Angel dengan antusias, sementara Karen mengangguk kecil sambil memesan makanan pada salah satu tukang makanan yang ada disitu.
Angel berjalan mengambil piring dari mejanya dan membawa serta piring milik Jack agar menemaninya duduk di meja Karen, Angel tulus hanya berfikir bahwa Jack memang seorang penggemar Karen sama seperti penggemar Karen lainnya dan kesempatan saat Karen bisa begitu ramah dengan keduanya jelas tak boleh di sia-siakan oleh mereka berdua.
“ Temennya ?? “tanya Karen Bertanya pada Angel yang duduk di depannya sekarang
“ Hmmm pacar aku ci.. “ Angel tersenyum, ada sedikit rasa bangga di wajahnya
“ Oh pacarnya,.. siomay ya itu ? ga pakai saus, tapi pakai banyak kecap dan jeruk nipis.. “ Katanya sambil melirik kearah piring Jack yang tengah menyantap makan siangnya tanpa sedikitpun melirik kearah Karen.
“ Lah koq tau sih ?? “ Tanya Angel tanpa sedikit pun curiga
“ Keliatan warnanya sampai hitam gitu.. “ canda Karen, mana mungkin dia lupa dengan kebiasaan Jack.
“ Kamu bukannya ada kelas ?? “ Potong Jack, berusaha mencari alasan untuk secepatnya pergi dari tempat ini.
“ Ga koq, aku kan udah selesai hari ini.. tapi tugas aku banyak nih “ Keluh Angel sambil meminum minuman yang dibelinya tadi.
“ Yawda, aku temenin beresin tugas yuk, sebelum aku latihan nanti sore.. “ Ucap Jack berdiri sambil mengangkat tasnya.
“ Aduh.. “ , “ Sory ya ci.. “ Angel tak enak dengan cara Jack mengajaknya pergi yang agak sedikit memaksa,
“ Yawda gpp semangat ya ngerjain tugasnya.. “ Karen tersenyum lebar, sementara Jack menarik Angel dengan cepat meninggalkan Karen tanpa mengatakan sepatah katapun.

“ Gimana ini Ry, gila susah banget lagunya.. “ Ucap Edison sambil memainkan gitarnya lagi, kali ini dia kembali mencoba memainkan lagu itu dengan lebih lambat.
“ Ga bisa Di, tappingnya harus agak cepat, susah sih soalnya ini chord piano, dipaksa ke gitar.. “ jelas Ryan sambil mencontohkan cara memainkan lagu itu.
“ Itu dia, gmana ini ?? tinggal 7 jam lagi dan gw belum lancar juga, “ ucap Edison sambil melirik jam di dinding.
“ Ya gimana ya, lagu ini emank susah banget, apalagi loe juga baru bisa main gitar, “ Ryan berhenti memainkan gitarnya, berfikir bagaimana pemecahannya. “ atau gini aja, kita rekam aja dulu.. lagu ini beneran susah Di, apalagi pakai gitar.. “
“ Duh jangan direkam donk, lebih keliatan ga tulus.. “ celoteh Edison
“ Ya bener sih, yawda yang penting kita usaha maksimal aja, heran gw Jess bisa bikin lagu klasik kaya gini, dan emank bagus banget lagunya.. “ Puji Ryan, dia sendiri kesulitan memainkan lagu ini, padahal dia mengenal music sejak jaman SMP dulu, tetap tingkat kesulitan lagu ini cukup tinggi untuknya, terlebih Edison belajar lagu ini dari 0 selama 3 minggu dan dia benar-benar awam soal music, dan untuk bisa memainkan lagu ini sampai tingkat ini saja sudah sangat bagus.
“ Inget jari loe, udah kapalan semua gitu “ Ingat Ryan melihat Edison yang makin gusar karena waktu yang makin mendesak
Edison mengangguk.. dan kembali berkonsentrasi dengan permainannya saat seseorang mengetuk pintu rumahnya.
“ Gw aja yang buka.. “ Celetuk Ryan sambil bangkit berdiri, menaruh gitarnya di samping dan berjalan kearah pintu.
Dan sebuah pukulan melayang seketika Ryan membuka pintu rumah Edison, Ryan terjatuh sementara Rey terlihat begitu emosional menyerang kearah Ryan yang tengah terjatuh, melayangkan satu pukulan lagi dan
Edison yang berusaha melerai malah terkena pukulan Rey tepat diwajahnya.
“ Ah gila, kenapa jadi gw yang dipukul.. “ Edison meringis kesakitan, bangkit berdiri dan melerai Ryan yang berusaha bertahan dari serangan Rey..
“ Apa-apaan sih loe Rey ?? “ Ryan menahan pukulan Ryan dengan tangan yang menutupi wajahnya.
“ Loe yang apaan-apaan bangsat!!! “,” Gw ga nyangka orang yang gw anggep saudara malah bisa begini ke gw.. “ Tegas Rey
Ryan kali ini berusaha membalas pukulan rey, dia ingin agar Rey sedikit tenang, dengan sigap dia menahan pukulan Rey dan melancarkan pukulan pada Rey.
Edison yang melihat bagaimana Ryan malah berusaha membalas Rey, berusaha melerai dia kembali melompat masuk dan tak ayal justru pukulan Ryan memukul wajah Edison lagi. Rey yang melihat Ryan yang membalas pukulannya malah menjadi kian emosional dan kembali memukul sayangnya kali ini pukulannya malah kembali mendarat telak di wajah Edison.
“ Duh mati gw begini.. “ Edison meringis kesakitan, dengan segera dia bangkit dan memukul Ryan dan Rey.. keduanya yang tak siap dengan serangan Edison terjatuh dan sedikit terpisah.
“ Kenapa sih loe bedua ?? “ Tanya Edison sambil memegangi wajahnya yang memar dan sedikit berdarah.
“ Loe tanya sama temen loe itu.. apa yang dia lakuin ?? “ Bentak Rey
“ Loe yang apa-apaan, langsung mukul orang begitu “ Ryan tak mengerti kemarahan Rey
“ Kenapa sih Ry ?? Loe nyolong mobil di dealer Rey ?? “ Tanya Edison bodoh..
“ Udahlah, gw ga mau berantem di tempat loe Di.. “ Rey malas menanggapi kebodohan Edison
Dia berdiri dan berjalan keluar.. “ Ati-ati aja mungkin Jessica juga bakal diembat sama dia “ Rey sengaja mengatakannya dengan suara keras agar Edison dan Ryan mendengarnya
“ Ry,, Cheryl ?? “ Tanya Edison.. dia tahu masalah ini karena Ryan mengatakannya pada Edison
“ Gw ga tau Di, sory loe jadi berdarah gitu.. “ Ucap Ryan bangun dan mengambil ponsel dari kantungnya, memencet nomor dan menelepon.
“ Gw cabut dulu ya.. sory banget.. “ Ryan mengambil gitarnya dan masuk ke dalam mobilnya berjalan pergi dari rumah Edison.

“ Loe tuh kenapa sih Cher.. kenapa ?? “ Tanya Ryan dengan gusar pada Cheryl sambil menutup matanya dengan kedua tangan, sementara Ryan terlihat begitu marah, sambil menjatuhkan dirinya diatas ranjang.
“ Sory ry, sorry aku bener-bener ga nyangka Rey bisa ngelakuin ini semua. “ Cheryl memberikan alasan.
“ Ya ya ya.. Cher masa kamu ga bisa sih, sedikit aja mahamin karakter Rey, kalian udah pacaran berapa lama.. “ Ucap Ryan, “ Coba liat sekarang, dengan seenaknya loe mutusin Rey, dan tau sendiri gimana dia kalau udah marah. “
“ Aku… aku cuma berfikir ini yang terbaik.. “ Ucap Cheryl datar
“ Terbaik buat kamu, bukan buat Rey.. “ Pungkas Ryan. “ Liat sekarang Edison juga ikut kebawa-bawa.. “
“ Iya, nanti aku minta maaf, aku jelasin semuanya ke dia. “
“ Ga sesederhana itu sekarang Cher, ga sesederhana itu “ ucap Ryan
“ Kenapa sih ?? Apa sesusah itu cowo kalau cewe yang memutuskan hubungan ?? harus cowo yang memutuskan sebuah hubungan ?? “ Cheryl membela diri, ia mulai menangis
“ Bukan Cher, bukan masalah siapa yang mutusin hubungan, tapi kamu ga pernah kasih sebuah alasan buat Rey, ga ada alasan sama sekali dan kamu dengan mudahnya mutusin dia.. “ Jelas Ryan sedikit melunak
“ Dia tau Ry, dia tahu kenapa aku dan dia putus, dia tahu.. “ Cheryl berpendapat
“ Iya dia tahu, tapi alasan itu bukan alasan yang kuat, sekarang dia menganggap kita berdua menghianatin dia,.. “ pungkas Ryan
“ Kita memang.. “ , “ Iya kan.. “ Tegas Cheryl
Ryan hanya diam tak menjawab.
Dia hanya berpindah duduk ke kursi belajarnya, menatap meja belajarnya yang penuh dengan tumpukan buku dan fotokopian, dengan foto mereka berdua, ya Ryan dan Cheryl yang tengah tersenyum sambil berpelukan di sebuah taman.
Cheryl bangkit dari duduknya di pojokan kamar itu, berjalan sesaat memeluk Ryan yang duduk di kursi memandang kosong foto mereka.
“ Kamu tahu arti Jennifer buat aku kan.. “ Ucap Ryan..
Cheryl mengangguk kecil
Memeluk Ryan dengan lebih erat
“ Apa arti aku buat kamu.. “ Cheryl membisik Ryan, ia tak lagi mau mengalah pada sosok Jennifer Adrian
“ Dia segalanya buat kamu, segala masa lalu buat kamu.. “ Cheryl melanjutkan kata-katanya
“ Dan aku, apa arti aku buat kamu Ry ? “ tambahnya lagi
Cheryl menarik Ryan, memutar bangku itu hingga wajah mereka kini saling berhadapan, tanpa ragu Cheryl mencium bibir Ryan, menciumnya dengan begitu mesra, menciumnya seolah mendapatkan kebebasannya lagi, sebuah ciuman yang telah begitu lama ia nantikan.
Ryan terlihat ragu, sesaat dia pun membalas ciuman itu. Bibir mereka yang saling mengait lidah yang bermain dalam rongga mulut mereka, ciuman dengan pelukan yang semakin erat, wajah Ryan masih terlihat sedikit ragu, dia yang hidup dalam bayang-bayang Jennifer selama dua tahun ini, iya yang hidup dalam ketakutan, dia yang hidup dalam penyesalan.
Sementara di depannya, Cheryl mantan pacar sahabatnya, sosok yang terus menemaninya selama ini, sosok yang membantunya melangkah di tiap langkah hidupnya, sosok yang terus mendukungnya selama ini, dan sosok yang juga memberikan dia sebuah rasa kenyamanan, rasa yang sama yang hanya bisa dirasakannya dari sosok Jennifer Adrian.
Mungkin ini saatnya dia melangkah maju, melangkah melewati masa lalunya, meski jalan ini pun tak mudah.
Perlahan Ryan memeluk Cheryl erat-erat, Cheryl yang merasakan pelukan itu membalasnya dengan pelukan yang tak kalah mesra, pelukan yang telah ditunggunya selama ini, saat Ryan memeluknya bukan karena tangisannya, tapi sebuah rasa yang lain, rasa sayang Ryan pada dirinya.

“ Lee gw mau ngmonk donk , loe ada waktu kan ?? “ ucap Karen sambil menatap Edison yang tengah berbaring memegangi wajahnya yang membiru karena pukulan Rey kemarin.
Edison menatap Karen yang tiba-tiba masuk dan duduk di bangku sebelahnya, sedikit terkejut memang, tapi dia tahu kedatangan Karen pasti karena ada ‘masalah’.
“ Waduh Ren,.. “ Ucap Edison sambil bangkit duduk.
“ Kenapa loe Lee ?? “ Tanya Karen yang kaget melihat wajah Edison yang biru di beberapa bagian sambil tertawa.
“ Malah ketawa,.. kenapa-kenapa Ren ?? “ Tanya Edison, dia mampu menebak alasan kedatangan Karen, tapi dia lebih memilih berpura-pura bodoh.
“ Loe tau lah, kenapa gw dateng.. “ Karen menjawab “ Kenapa muka loe ?? “
“ Ah ini biasa lah, ada orang mabuk kemarin.. “ , “ Serius tumben banget loe dateng ke rumah gw, biasa di kampus aja susah cari loe.. “ Jawab Edison..
“ Gila, koq bisa sih ada orang mabuk mukulin orang, lapor polisi deh.. “ Ucap Karen gusar.
“ Ah, udah anggep aja sial,.. “ Edison tak mau mengatakan yang sebenarnya.
“ Yawda udah diobatin kan ? Ke dokter ?? “ Tanya Karen.
“ Udah tadi dianter ke dokter ama Jess.. “ , “ Kenapa-kenapa Ren ? sombong sekarang susah diajak jalan nih “ Ucap Edison setengah bercanda.
“ Bukan gitu,. Ich loe jahat banget sih ngmonknya gitu “ Ucap Karen tak enak hati karena kesibukannya.
“ Hahaha bercanda, gw tau koq, sekarang lagi banyak-banyaknya kerjaan loe kan, harus semangat ya.. tapi tetep jaga diri.. “ Ingat Edison..
“ Thanks ya Lee dah ingetin, Lee gw tuh mau nanya.. “ Jawab Karen
“ Hah ?? nanya apaan ? “ Tanya Edison pura-pura tak tahu.
“ Ya loe pasti tau lah.. “ Karen enggan mengatakannya
“ Tau apa ?? ohh soal Jack ? “ tanya Edison sambil mengambilkan minuman buat Karen
“ Ga usah repot-repot Lee,.. “ , “ Iya soal Jack.. “ Jawab Karen tergesa
“ Emank dia kenapa Ren ? “
“ Iya Jack.. udah dech jujur sama gw, loe tau kan dia jadian “ Karen dari nada suaranya terdengar sdikit cemburu.
“ Oh itu, iya kayaknya sih.. pacaran sama anak semester 2 dech.. Angel kalau ga salah namanya.. “
“ Iya Angel namanya, ini kan orangnya .. “ Kata Angel sambil memainkan Ponselnya dan menunjukan foto mereka bertiga.
“ Lah itu koe wes ero, ora usah takon mene toh..” Jawab Edison dengan bahasa Jawa, sedikit terkejut karena Karen malah sudah berfoto dengan mereka berdua.
“ Iya kebetulan gw ketemu, dan Angel ajak gw foto, kayaknya Jack ga cerita kalau gw mantan pacarnya. “
“ Wah gw ga tau ya kalau soal itu, tau sendiri dia agak tertutup soal itu “ Ucap Edison
“ Iya sih emank.. tapi siapa sih Angel itu ?? “ Karen menyelidik
“ Waduh.. yang gw tau aja ya.. “
“ Iya yang loe tau aja Lee.. ceritain donk.. “
“ Angel itu cantik.. Iya kan..?? “ Tanya Edison sengaja menekankan hal itu
Karen tak membantah, memang Angel sangat cantik dengan kepolosannya itu
“ Iya terus apa lagi ? kalau soal itu gw juga tau.. “ Karen tak sabar
“ Apa ya, friendly dia cepet akrab sama Alice dan yang lain, perhatian, baik dan kayaknya juga berasal dari keluarga yang lumayan.. “ simpul Edison
“ Baik dan perhatian ya.. kalau loe ngangep gw gmana Lee ?? “ Karen tak mau kalah
“ Loe ?? masa loe nanya tentang diri loe sendiri.. “ Edison tak enak hati
“ Iya Lee, coba donk gw pengen tau pendapat loe tentang gw. “ Desak Karen
“ Ya loe sih, ya kita dah kenal lama Ren, loe cantik, walaupun ga pinter. “ Iseng Edison, semantara Karen melempar bantal kearah Edison.
“ Aduh duh duh.. “ , “ Karen itu brutal, beringas dan liar.. wkwkwkwk “ Ucap Edison
“ Kurang ajar ya Lee.. “ Karen mendekat dan mengelitiki Edison, sementara Edison bertahan menahan rasa geli sekaligus menahan rasa sakit di wajahnya kalau bergerak berlebihan.
“ Ampun Ren ampun.. “ Pinta Edison
“ Udah serius serius.. “ Karen merapikan rambutnya yang sedikit berantakan
“ Jadi Lee, menurut loe gw sama Angel siapa yang lebih baik ?? “ Tanpa Karen langsung
“ Hmm.. aduhh.. “ Edison memutar otak bagaimana menjawab pertanyaan itu.
“ Gpp Lee, ngmonk aja.. “ Pinta Karen lagi
“ Gimana ya.. gw belum kenal Angel jadi ga bisa jawab, kalau gw bilang loe lebih baik dari Angel mungkin Iya, tapi bisa aja kan Angel mungkin lebih baik dari loe.. sorry to say.. “ Edison menjawab, sedikit berterus terang.
“ Hmmm.. thanks Lee.. “ Karen sedikit berfikir.. “ Berarti kalau dia pantas buat Jack, gw juga pantas kan buat Jack.. Iya kan.. “ Tanya Karen.
“ Iya sih, ga salah loe ngmonk gitu, tapi Jack kan lagi jalan sama Angel Ren.. “ Ingat Edison
“ Iya gw tau koq Lee, tapi jujur gw ga bisa lepasin Jack.. gw masih sayang sama dia.. “ Karen tersenyum.. wajahnya terlihat begitu tak ingin kalah dari Angel.. dia ingin memperjuangkan lagi hubungannya dengan Jacksen yang kandas setahun yang lalu.
” Loe di pihak gw kan Lee ?? ” Karen meminta Edison mendukungnya
“ Soal itu gimana ya.. “ Edison tak mampu berkata-kata.
“ Lee serius, kayaknya ada yang salah sama ide loe ini.. “ Tegas Jack sambil membawa sebuah buket bunga yang terikat dengan tali panjang sesaat sebelum keluar dari mobil mengikuti Edison.
“ Tenang Jack, ga inget waktu Rey ngasih hadiah ke Cheryl ulang tahun waktu itu ? “ tegas Edison dengan bersemangat
“ Iya juga sih, tapi kayaknya ada yang salah dengan ide loe ini.. “ Jack menutup wajahnya dengan kaus hitam, terlebih pakaiannya yang serba hitam benar-benar membuatnya seperti seorang perampok.
Edison menepuk pundak Jack, tersenyum yakin “ Tenang Jack, semua udah gw perhitungin “ katanya sambil mengeluarkan sebuah speaker dari dalam mobilnya, dan mencoloknya pada gitar akustiknya.
“ Yawda bener ya, gw ga mau ada masalah apa-apa.. “ Jack benar-benar terlihat tidak yakin.
“ Jack.. “ Ucap Edison, dia menepuk pundak Jacksen dan memeluknya.. “ Trust me my brother.. “ bisiknya.
“ Yawda.. Jack pun merangkak naik, memanjat satu persatu dinding bata di pinggiran rumah mewah itu, menghindari pandangan satpam dan pembantu rumah itu yang lebih asyik dengan pertandingan bola yang tengah mereka saksikan.
Bergerak naik keatas atap tepat diatas pintu masuk rumah itu, dia melemparkan tanda ok pada Edison yang segera memencet tuts ponselnya dan mulai memainkan gitarnya.
Seseorang berjalan keluar dari pintu itu dan kemudian sebuah buket bunga mawar tergantung tepat di depannya.



Ponsel itu bergetar diatas meja belajar, bercahaya dan bergetar cukup lama sebelum kemudian berhenti menandakan panggilan itu sudah selesai, sebelum kemudian beberapa saat kemudian kembali bergetar, Ryan mengangkat tangannya meraba meja itu sebelum sebuah tangan lain lembut menghalangi Ryan mengambil ponsel itu, menarik Ryan dan menindihnya sambil tersenyum.
“ Jangan angkat ya Ry.. “ Pinta suara itu manja, memandang Ryan yang berada tepat di bawahnya.
Ryan tak bisa menolak permintaan itu, terlebih Cheryl yang menunduk sambil mencium bibirnya.
“ Cakep ya Lee.. gila cakep banget.. “ ucap Jack dengan nada menyindir malas
Sementara Edison sibuk menelepon sambil memandang Jack yang semenjak tadi menggerutu, sementara di depan sana Jessica sedang berbicara dengan seseorang yang tengah sibuk mencatat ucapannya, sementara Mellisa dan Vic membawakan makanan untuk Jack dan Edison yang tengah ditahan di dalam sel penjara.
“ Koq bisa sih? Kalian punya ide gitu ?? “ Tanya Mellisa heran membukakan sebuah teh manis hangat dalam gelas kertas,
Jack mengambil minuman itu dan meneguknya dengan cepat “ Tuh yang punya ide.. “ sindir Jack
“ Udah ah, jangan dibahas lagi kenapa ?? sory Jack.. “ Ucap Edison malas sambil menutup teleponnya
“ Makanya kan ada yang salah gw bilang, loe mau ikutin Rey dulu, tapi inget mereka sengaja janjian di tempat kita, siapa yang mau nangkep.. nah dirumah orang dalem komplek gitu, yang ada dikira maling gw.. “ Ucap Jack kesal
“ Loe dah tau ada yang salah malah ga ngash tau, gimana sih.. “ Edison tak mau disalahkan..
“ Udahlah, yang bisa keluar.. “ Jack malas berdebat..
“ Kalian tuh aneh-aneh aja tau ga ?? Ulangtahun aku malah harus urus kalian keluar dari penjara, bisa ga sih kasih surprise yang agak normal.. “ Jessica menggerutu membawa sebuah kertas dan memberikannya pada salah satu petugas untuk ditandatangani, sementara petugas itu menstampel dan mentandatangani berkas itu sebelum membuka sel penjara itu.
“ Ya ampun sayang, kalau surprise yang normal bukan surprise namanya.. “ Kata Edison sambil berjalan keluar dari sel itu,
“ Ya tapi ga gini juga, bikin orang repot tau ga.. “ Jessica terlihat begitu kesal.
“ Ya ampun, maap sayang janji ga gini lagi.. “ Edison merayu Jessica sambil mencium lengan gadis itu..
“ Biasa dech, kalau dah gini ngerayu.. “ Jessica menatap Edison yang tengah menatapnya manja, memandangnya dengan tatapan yang begitu jutek sebelum kemudian tersenyum sendiri.
“ Kamu tuh, ngapain masih pakai ginian ?? “ Jack mendekati Angel, melepas jepit rambut yang menjepit pony gadis manis itu.
“ Hah ?? aku daritadi pakai ginian ?? “ Angel terkejut melihat jepit rambutnya yang masih menempel daritadi sejak terbangun di tengah malam saat mengetahui Polisi membawa Jack dan Edison kedalam pos polisi karena dicurigai tengah merampok rumah atas laporan tetangga rumah Jessica dan Mellisa.
“ Makanya jangan buru-buru, aku gapapa koq.. “ Jack tertawa melihat wajah polos kebingungan Angel yang merona merah karena malu.
“ Ahhhh aku kan panic, kawatir tauu.. “ Angel merajuk..
“ Iya kawatir sih kawatir, tapi jangan ke kantor polisi pakai daster juga.. “ Jack tertawa dan memeluk Angel.
“ Hmmmm sekarang ketawa, peluk-pelukan tadi marah-marah terus sama gw.. “ Sindir Edison melihat Jack yang tengah asyik bermesraan dengan Angel, sementara dia masih berusaha merayu Jessica agar tidak lagi marah setelah dia melakukan lagi aksi konyolnya.
“ Bawel ah.. pulang dech,. Ngantuk banget ini.. “ Celetuk Jack melirik jam yang sudah menunjukan pukul setengah 4 pagi..
“ Iya pulang yukk.. aku ngantukk.. “ Kata Mell sambil menyender ke pelukan Vic..
“ Yawda, aku anter pulang dulu ya.. “ Vic memeluk Mell sambil tersenyum, “ Jess mau ikut ? apa bareng Lee ?? “ Tanya Vic sambil tertawa
“ Gw ikut loe aja Vic, males nih ama dia.. “ Jawab Jess sambil menggerutu
“ Yangggg… yangggggggg “ Edison merayu manja pada Jessica..
“ Gw pulang dulu dech.. yang aku ikut kamu aja.. “ Kata Jack pada Angel sambil berjalan keluar, hendak membuka pintu ruangan itu.
“ Ci Karen ?? “ Angel terkejut saat Jack membuka pintu itu dan Karen berdiri tepat di muka pintu itu.
“ Hai Ngel.. “ Karen terlihat begitu cantik, meski berpakaian sopan berbeda dengan kebiasaaanya mengenakan pakaian yang seksi sedikit terbuka, namun tetap dia terlihat begitu cantik dengan baltuan baju lengan panjang dan riasan yang cukup tebal menunjang kecantikannya.
Sama dengan Angel yang tengah terkejut, Jack segera berbalik dan menatap curiga pada Edison, Edison langsung menggoyangkan tangannya, membentuk tanda tidak tahu karena kehadiran Angel.
“ Udah bebas ya ?? sampai khawatir banget aku.. “ Karen menaruh tangannya di dadanya bersyukur melihat Jack dan Edison yang sudah bebas.
“ Iya ci, loh koq tau mereka berdua ada disini ?? “ Angel bertanya bingung.
“ Oh iya, aku ga pernah cerita ya.. aku teman mereka dari SMA dulu.. “ Ucap Karen dengan sengaja, dia seolah ingin menunjukan kedekatannya dengan Edison dan Jack.
“ Ah, yang bener ci.. koq cici ga pernah cerita.. “ Angel terlihat binggung, dia menatap Jack yang juga tak pernah menceritakan masalah ini pada dirinya.
Jack hanya membuang pandangannya.
“ Makasih ya ci, dah perhatian sama Jack dan Edison “ Meski sedikit curiga dia berusaha bersikap sesopan mungkin pada Karen.
“ Iya, gapapa koq wajar kan perhatian sama mereka,.. “ Karen tersenyum sambil memeluk Angel
Jack menarik Angel dengan sengaja, dia seolah kawatir dengan sikap Karen yang berusaha mengakrabkan diri dengan Angel, “ Yawda ya, cape mau pulang dulu.. “ Celetuk Jack menarik Angel berjalan keluar.
“ Permisi ya ci.. “ Angel menunduk sambil mengikuti Jack yang menariknya keluar..
Mereka masuk ke dalam mobil, menyalakan mobil itu dan bergegas pergi dari tempat itu, Karen hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan oleh Jack yang selalu berusaha menghindari dirinya, dia tahu wajar kalau Jack melakukan itu semua, tapi dia pun sungguh tak tahu harus melakukan apa untuk mendapatkan kembali Jack dalam pelukannya.
“ Ren, koq bisa sih sampe kesini, kan gw dah bilang ga ada apa-apa.. “ Edison mendekati Karen yang terdiam menyaksikan bagaimana Jack berubah menjadi begitu dingin pada dirinya, padahal dia percaya bahwa Jack belum mengatakan apapun tentang hubungan mereka yang telah berakhir pada orangtuanya sendiri. Karen percaya bahwa Jack masih memiliki rasa cinta pada dirinya, tapi melihat bagaimana Jack memperlakukan dirinya, dia sedikit bimbang sedikit kecewa.
“ Lee.. gw harus gimana ?? Salah kalau gw perhatian sama dia.. “ Tanya Karen membela diri, dia memang mendapat kabar dari Edison, tapi Edison sudah menasehatinya untuk tidak datang kesana.
“ Ga koq, ga salah kalau loe perhatian ma Jack, satu-satunya yang salah adalah loe perhatian LAGI sama dia.. “ Edison memeluk Karen yang terlihat begitu bimbang, dia sengaja menekankan kata LAGI dalam kalimatnya.
“ Memang apa yang salah dengan kata LAGI ? gw ma Jack belum bener-bener berakhir kan.. “ Karen berusaha mencari pembenaran dirinya.
“ Iya mungkin buat loe belum Ren, tapi gw tau Jack gw tau apa yang ada dipikirannya.. “ Tegas Edison, “ Yawda loe mau gw anter pulang ?? “ Tanya Edison begitu perhatiannya..
“ Ehemmmm “ Jessica yang tidak suka melihat kedekatan Edison langsung bereaksi..
Edison tergagap melepas pelukannya pada Karen, berbalik dan menunduk-nunduk sambil meminta maaf pada Jessica.. berusaha memeluk kekasihnya itu sayangnya kali ini pelukannya tidak mendarat dengan tepat pada Jessica yang malah menghindari dirinya.
“ Ampun yang ampunn…. “ Edison kembali berusaha merayu Jessica
“ Ayo silahkan anterin pulang dulu temennya, silahkan.. “ Jessica terlihat begitu kesal kali ini.
“ Ga koq, dia bawa mobil sendiri, bisa pulang sendiri ya.. iya kan Ren.. “ Edison memberi kode agar Karen membantunya membujuk Jessica yang memang pencemburu berat. Dia juga memandang Vic dan Mellisa memohon bantuan, sementara Mellisa hanya tertawa kecil berusaha tak perduli pada permintaan Edison itu.
“ Lee loe harus bantuin gw, harus bantuin gw.. “ Pinta Karen dengan wajah yang begitu serius.
Edison menggeleng,, kali ini dia berusaha tegas. “ Gw ga bisa bantuin loe Ren, gw mungkin hanya bisa kasih loe satu kesempatan, sisanya loe harus jalanin sendiri. “
“ Iya, ga apa-apa.. tolong.. “ Karen semakin mendesak.
“ Iya, nanti gw hubungin loe dech.. gw pulang duluan ya.. Loe bisa pulang sendiri kan ?? “ jawab Edison sambil melirik jam sedikit kawatir.
“ Ok, gw tunggu ya, gw berharap banyak sama u Lee.. sekali lagi tolong.. “ Pinta Karen
Edison mengangguk sambil menarik Jessica keluar, Jessica sendiri terlihat begitu dingin terhadap Karen, dia melewati Karen tanpa sepatah katapun.
Mobil Edison berhenti tepat di depann rumahnya, sementara Edison melirik kearah rumah Jack yang masih gelap, mobilnya terparkir di depan rumah, tapi terlihat sepertinya pemilik rumah itu belum ada di dalamnya.
“ Kamu koq bawa aku kesini, aku mau pulang ngantuk tauu.. “ ucap Jessica sambil mengulas matanya mengantuk.
“ Hmm, sebentar ya ada yang mau aku ambil.. “ Jawab Edison, sambil membuka pintu mobilnya
“ Aku tunggu disini aja ?? “ Tanya Jessica lagi
Edison menggelengkan kepalanya “ Turun dulu ya sayang sebentar, oh iya kado kamu udah dikasih sama Mell ? suka ?? “ tanyanya
“ Oh iya udah, suka banget.. makasih ya sayang.. “ Jessica tersenyum, teringat dengan hadiah yang diberikan oleh Mellisa tadi tepat jam 12 malam.
“ Yawda, turun dulu ya.. Bagus dech kalau kamu suka “ Kata Edison sambil membukakan pintu mobilnya untuk Jessica.
Jessica pun keluar, masih dengan wajah yang begitu mengantuk. “ Jangan lama-lama ya, aku ngantuk.. “
“ Iya, sebentar aja koq.. “ Edison membuka pintu rumahnya sebelum kembali menarik Jessica masuk sambil menutup kedua mata Jessica dengan telapak tangannya, membawanya memasuki kamar Edison.
“ Apaan sih.. dasar dech pake tutup-tutup mata segala.. “
“ Iya boleh koq buka matanya sekarang.. “ Edison melepaskan tangannya yang tadi menutup mata Jessica..
Jessica membuka matanya, menatap begitu banyak cahaya lilin yang menyala di dalam kamar itu, hamparan bunga mawar diatas ranjang dan sebuah bucket bunga, sementara Edison mengambil sebuah kue dari atas meja kamarnya, menyalakan lilinnya dan memberikannya tepat di hadapan Jessica..
“ Selamat ulang tahun sayang.. “ Edison tersenyum sambil meminta Jessica meminta Edison meniup lilin itu. Jessica menyambutnya dan bersiap meniup lilin itu..
“ Eitss bentar dulu, berdoa dulu.. “ Tahan Edison, Jessica tersenyum menutup matanya sejenak sebelum kemudian meniup kedua lilin itu.
Edison berbalik menaruh kue itu diatas mejanya sebelum Jessica memeluknya dari belakang, sambil membenamkan wajahnya ke punggung Edison yang kemudian berbalik dan mencium hangat bibir Jessica, Edison memeluk Jessica begitu erat, mencium bibir itu dan membawa keduanya keatas ranjang yang penuh dengan kelopak bunga mawar.
Bibir mereka yang terus bertaut, lidah yang bermain di rongga mulut mereka dan pelukan-pelukan hangat. Tangan mereka yang saling menyentuh wajah pasangannya senyuman sebelum pelukan dan ciuman yang kembali hadir dalam kehangatan itu.
##

Ryan berjalan memasuki gymnasium basket kampusnya, mengendong sebuah tas olahraga berisi peralatan basketnya, sementara satu tangannya lagi menjinjing sepatu basketnya.
“ Oi Ry, kemana aja ?? seminggu ga ikut latihan.. “ Sapa salah satu temannya yang sedang mengikat sepatu basketnya
“ Hahaha, iya nih udah ga masuk tim juga gw, jadi ga perlu sering-sering ikut latihan dech.. “ alasan Ryan, sambil duduk di sebelah temannya itu.
Dia kemudian mengganti bajunya dengan kaus basket dan mengambil kaus kaki dari dalam tas olahraganya..
“ Gw duluan ya Ry, nanti si Rey ngoceh-ngoceh lagi kalau lama-lama disini.. “ Kata temannya itu
“ Ok Bert, bentar gw nyusul “ Jawab Ryan yang mulai memasang tali sepatu basketnya itu.
Mata Ryan mengintip pada Rey yang tengah berlari mengelilingi lapangan basket itu, Rey yang terlihat seolah tak nyaman dengan kehadiran Ryan di lapangan itu, tapi sebenarnya ini juga yang menjadi alasan Ryan datang ke latihan tim hari ini.
Tak lama Ryan pun ikut kedalam latihan tim itu, ikut berlari mengikuti pemanasan sesuai perintah pelatih, berbeda dengan beberapa anggota tim yang terlihat begitu antusias melihat Ryan yang mengatakan akan kembali aktif didalam tim, Rey yang biasanya menjadi sahabat utama Ryan terlihat dingin dan malas mendengar pernyataan Ryan tadi.
Latihan berlanjut menjadi permainan latihan, kali ini Ryan dan Rey terpisah dalam tim yang berbeda, Rey bermain bagus dengan melakukan banyak Rebound dan tak mau kalah dengan cepat Ryan membalas dengan lemparan 3 angka dan passing yang menjadi andalannya. Ada yang berbeda dengan cara bermain Ryan, cara bermainnya yang seolah sengaja memprovokasi Rey terus menerus, bagaimana tangannya yang sering sengaja menarik kaus Rey, bagaimana gerakannya yang terkadang terlihat cukup kasar pada Rey.
Berulang kali mereka berbenturan, hingga akhirnya Rey kehabisan kesabarannya, ia menarik kaus Ryan dan membenturkan kepalanya ke wajah Ryan.
Teman-teman mereka segera melerai keduanya yang terlihat begitu emosional dan begitu bernafsu untuk kembali terlibat dalam baku hantam, Ryan yang sedikit lebih tenang mengalah dan membiarkan teman-teman mereka melerai keduanya.
“ Loe kebiasaan emank, semua masalah di beresin dengan marah-marah dan tinju loe doank.. “ Ledek Ryan, sementara beberapa temannya memintanya untuk diam dan tidak dengan sengaja memprovokasi Rey lagi.
“ Anjing.. ngmonk apa loe..!! “ Bentak Rey sambil berusaha melepaskan diri dari hadangan teman-temannya.
“ Yang loe tau cuma marah-marah dan marah.. pengecut tau ga.. “ Lanjut Ryan sementara yang lain berusaha membawa Ryan keluar dari lapangan.
“ Loe yang pengecut, apa yang loe lakuin tuh pengecut!! Banci loe.!! Temen loe sendiri aja loe kerjain gitu !! “ Rey terus mencaci Ryan dengan suara keras dan kasar.
“ Gw ?? Gw yang pengecut ?? Ngaca Loe.. “ Bentak Ryan tak kalah keras.
“ Eh !! Bangsat loe ya !! “ Rey hampir berhasil melepaskan dirinya, dengan terburu dia berlari berusaha mengejar Ryan yang tengah mengambil tasnya dan berjalan keluar, tapi teman-teman setimnya kembali menghentikan langkah Rey tersebut.
“ Kalau loe ga pengecut, loe ga akan cancel jadwal kita minggu depan “ Tegas Ryan sambil melangkah keluar dari ruangan itu.
##

“ Wah mudah-mudahan ga delay dech.. “ Edison menggerutu sambil melirik jam tangannya pukul 1 lewat 20 siang.
“ Sabar aja dech.. hujan juga kan, bahaya kalau kita berangkat sekarang.. “ Jessica bertumpu pada pundak Edison sambil mencium pipinya ringan, “ Yang lain juga belum datang kan.. “
“ Iya nich.. ga pesawatnya, penumpangnya ikut-ikutan delayed, padahal tinggal berapa menit lagi ini harusnya kita naik ke pesawat.. “
“ Udah ga usah bawel, dah bagus jadi kita berangkat hampir aja batal liburan ini.. “ Jack yang berbaring memakan tempat di kursi tunggu bandara tepat di seberang Edison dan Jessica yang tengah menggerutu. Dia tiduran di paha Angel yang hanya bisa tersenyum melihat Jack yang begitu seenaknya memakan tempat duduk orang lain..
“ Iya sih, tapi kalau gini bisa-bisa kita liburan cuma berempat Jack “
“ Bagus kan, jadi lebih romantis gitu.. “ Jack bangun dari tidurannya dan memeluk Angel nakal
“ Ich apaan sih, malu banyak orang.. “ Protes Angel sambil mencubit pinggang Jack
“ Aduh sakit yang.. tega banget.. “ Jack protes karena Angel mencubitnya kecil dan sakit..
Sementara Edison tak mau kalah dan memandang genit pada Jessica..
“ Eh enak aja, mending pulang daripada cuma berempat, bahaya tahu.. “ Jessica terlihat tidak setuju dengan ide itu..
“ Bahaya kenapa sayang ?? Ada aku gitu loh.. “ Edison memamerkan otot tangannya yang benar-benar rata.
“ Justru ada kamu bahaya, disana katanya banyak ular tahu.. “ Jessica memberi alasan.
“ Banyak ular ?? ah enggak cuma satu koq sumpah dech, masa takut.. “ Edison tertawa genit..
“ Aduhh ngaco dech, ngmonkin apaan sih kamu.. “ Protes Jessica
“ Penerbangan Garuda Airlines menuju Bandara Abdul Rahman Saleh Malang, dengan kode penerbangan GA-5532 akan segera berangkat, bagi penumpang dapat menuju pintu keberangkatan “ Suara dari speaker bandara terdengar.
“ Tuh mau berangkat ga ?? bisa-bisa cuma berempat ini.. “ Tanya Edison sambil tertawa
Jessica menjawabnya dengan berdiri mengambil tas tangannya dan berjalan menuju pintu keberangkatan, Edison mengejar sambil membawa tas gendongnya dan memeluk manja pada Jessica, sambil berjalan mendekati Vic dan Mellisa yang justru telah berada di depan pintu keberangkatan.
“ Widih.. bajunya sama gini.. “ Tanya Edison pada Jessica dan Mellisa yang menggunakan baju seragam, “ Darimana aja kirain ga jadi ikut jalan-jalan.. “
“ Itu.. “ Vic menunjuk VIP Lounge sambil tertawa..
“ Wah, ada disitu tapi ga bilang-bilang, enak-enakan ga ngajak-ngajak.. “ protes Edison
“ Salah sendiri nyariin enggak, nanya juga enggak.. “ Jawab Vic sambil menyerahkan boarding passnya pada pramugari yang berdiri di depan pintu keberangkatan.
“ Sory-sory telatttt “ Ryan setengah berlari sambil menggandeng Cheryl di sebelahnya mengeluarkan boarding pass dari tasnya.
“ Gila… sekarang maen gandeng aja.. “ Jack menyindir Ryan yang datang terlambat, memang diantara yang lain Jack yang paling vocal menentang hubungan Ryan dengan Cheryl yang malah semakin terlihat begitu dekat. Meski keduanya sama-sama menolak bila ditanyakan tentang status pacaran mereka, hanya teman selalu menjadi alasan keduanya.
“ Gpp donk, sirik aja.. tuh peluk aja si Angel.. “ Jawab Cheryl sambil tertawa berusaha mengalihkan pembicaraan, sementara Ryan memberikan boarding pass keduanya pada pramugari di depan pintu itu.
“ Ya ya ya.. “ Jack menjawab malas..
Sementara dari kejauhan berjalan mendekat sambil membawa tas mereka, yang satu lelaki tampan dengan tubuh tinggi tegap, membawa sebuah tas gendong dan membantu gadis cantik berkaca mata hitam dengan membawakan sebuah tas milik sang gadis.
“ Maaf ya telat.. “ Tegur Karen pada rombongan itu sambil tersenyum
Wajah Cheryl berubah sesaat melihat Rey yang berdiri di samping Karen, senada dengan wajah Jack yang seolah tak percaya sambil langsung memalingkan wajahnya menatap Edison yang kali ini menunduk mengiyakan kalau dia yang menjadi biang onar kehadiran Karen di acara liburan mereka kali ini. Dan Angel yang biasa begitu ramah terhadap Karen kali ini tak menunjukan reaksi apapun, hanya diam.
Sementara Ryan tersenyum kecil, sambil menarik Cheryl memasuki pintu keberangkatan, seolah sengaja dengan menggengam erat-erat tangan Cheryl di depan Rey.
“ Yawda-yawda.. kita berangkat sekarang sebelum langsung lanjut ke pulau Sempu okay.. “ Edison berinisiatif memecah keheningan yang sesaat muncul sambil menarik Jack dan Angel masuk ke dalam pintu keberangkatan, sementara Rey dan Karen berinisiatif mengikuti keempat orang itu.
Bersambung.

# semoga masih betah dan ga muntah ngebaca cerita ini.