17 Agustus 2013

Malaikat Tanpa Sayap 13: Angella Christine 1

Malaikat Tanpa Sayap   13  : Angella Christine 1
13653123531512709050
Ilustrasi Oleh Ferry Prasetyo/Angella Christine /Photomanipulation 2-013

Dan semua terasa dingin, sesaat aku memeluknya mencoba lagi merasakan kehangatan, kehangatan sebuah rasa dimana semua rasa ini menjadi satu, aku menatapnya yang terlihat begitu lemah, aku menciumnya, aku menciumnya seakan takkan ada lagi kata nanti dalam hidup kami. Menumpahkan semua rasa ini, rasa yang membawa semua haru ini.
Aku melirik pada gadis itu, Karenina Prayogo seorang model, bintang video klip dan juga mantan pacar dari Jacksen Andres, aku tahu meski aku berharap Jack mengatakannya sendiri padaku, mengatakan kejujuran hubungan mereka dahulu padaku, selama ini dia selalu menghindarinya, seolah tak ada hubungan apapun diantara mereka, membuatku berfikir kalau dirinya hanyalah salah seorang fans dari Karen, sama seperti lelaki lain yang menggilai kecantikannya.
Aku melihat bagaimana Karen tersenyum, tertawa dan berusaha seakrab mungkin dengan Edison, Vic, Ryan dan juga Rey, semenjak turun dari pesawat tadi dia terus menebarkan pesonanya pada para lelaki itu, hanya Jack yang berusaha menampilkan wajah sedingin mungkin.
Jujur aku tak percaya. Aku tak percaya dia bisa melepaskan gadis secantik Karen untuk diriku, cemburu ? mungkin iya.. aku seorang gadis biasa tak bisa dibandingkan dengan seorang Karen, dan jujur aku takut, aku takut kalau harus bersaing dengan gadis ini, aku tak punya kepercayaan diri untuk bersaing dengannya.
Aku meremas lengan baju Jack yang semenjak tadi diam duduk di sebelahku dalam perjalanan menuju pelabuhan sebelum kami melanjutkan perjalanan ke pulau Sempu. Dia sedikit kaget sesaat aku menarik bajunya. Dia tersenyum berusaha tersenyum sewajarnya padaku.
“ Kenapa sayang ?? “ bisiknya.
Aku menggeleng, tak menjawab pertanyannya, aku tak mampu mengatakan kegusaran hatiku.. jujur aku benar-benar merasa kawatir sekarang, terlebih peringatan yang dikatakan oleh ci Vina tadi malam, informasi yang diberikannya tentang hubungan masa lalu Jack dengan Karen. Kecewa ? memang aku kecewa sekarang, selama ini dia berusaha menutupi hubungannya itu. Apa alasannya ?? kenapa ??
Jujur aku takud kalau suatu saat nanti, dia akan berlari kembali mengejar mantan kekasihnya itu.
“ Turun yuk.. “ Jack meraih tanganku mengenggamnya erat sambil membawa tasnya, kami berjalan keluar dari dalam bus kecil yang kami sewa sesampainya di pelabuhan.
Ko Edison dan Jack sesaat berjalan menghampiri salah seorang lelaki yang berusia sekitar 50an tahun, menyalaminya dan berbicara dengan begitu akrab, aku tak tahu dia punya kenalan di malang, padahal dia biasanya menceritakan segala hal padaku, kecuali yang satu itu, atau memang banyak yang tidak diceritakan olehnya padaku.. ah otakku sekarang benar-benar penuh dengan kecurigaan.
“ Yang kesini.. “ Jack menghampiriku, aku menarik koper ku sambil berjalan mendekatinya, tapi bukan hanya aku seorang yang berjalan mendekat, Karen ikut berjalan mendekat dan langsung menyalami lelaki tua itu. Dia terlihat langsung akrab dengan mereka. Sesaat aku tertahan, menyadari mungkin gadis itu memang jauh lebih baik dariku.
“ Sini ah.. kamu tuh buat apa bawa-bawa tas koper, nanti juga ada yang bawain.. “ Jack yang melihatku berhenti sesaat, mendekatiku dan menarik-ku mendekat.
“ Pak Wildan, kenalin Angel.. Pacar aku.. “ Kenal Jack pada lelaki bernama Wildan itu, “ Dia ini dah kerja lama banget sama papa Edison, dah dikasih kepercayaan buat ngawasin pengiriman batu bara perusahaan dia selama ini. Kapal ini juga punya Edison, enak kan kamu kalau ga bisa tidur bisa tidur disini, lebih bersih dan nyaman, aku mau berkemah soalnya.. hehehe , boleh kan pak ?? “ tanya Jack pada Pak Wildan
Pak Wildan tertawa, menyalamiku “ Cantik banget Den pacarnya, bapa kira masih awet aja sama non Karen, “ Pak Wildan hanya mengucapkan pendapatnya tanpa maksud apapun, tapi jawaban itu sungguh membuat ku sedikit binggung, ada perasaan senang karena masih ada orang yang menganggap aku cantik, tapi dalam ucapannya itu juga menegaskan bahwa memang Jack dan Karen berpacaran, tadinya aku berharap bahwa ci Vina hanya membohongiku, tapi ternyata semua itu benar adanya.
Jack sendiri hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Pak Wildan, tak berkomentar dan menatapku seolah berusaha membaca reaksiku.
“ Aku ikut kamu aja, kalau berkemah ya aku berkemah juga. “ aku sengaja menjawab, memecah perhatiannya agar keadaan tak menjadi kaku, aku harus membuatnya senyaman mungkin agar dia mau mengatakan yang sebenarnya padaku.
“ Pak, aku boleh naik dulu ga ?? Kebelet nih.. “ Ucap Karen dengan nada yang seolah dibuat semanja mungkin..
Ko Edison sendiri dengan sengaja mengajak Karen naik, sambil membantu membawakan tas ci Jessica, membawa Karen segera meninggalkan aku Jack dan pak Wildan.
“ Gimana pak ? sehat ?? “ Tanya Jack pada pak Wildan setelah pak Wildan membantu ci Jessica dan Karen naik keatas kapal.
“ Sehat Den, ga nyangka sekarang udah besar gini, padahal dulu bapa yang ajarin mancing ya den Jack sama Den Edi ke laut. Udah lama ya ga ketemu.. “ Pak Wildan terlihat memang telah cukup lama mengenal dua sahabat ini.
“ Ya bapak, waktu pertama mancing kan saya masih SD pak, iya ya pak.. udah lama juga ga ketemu hampir 5 tahun kayaknya, anaknya gimana pak ?? udah masuk SMP ? “
“ Iya den, hampir 5 tahun ya.. oh si Rudy den, udah dia sekarang kelas 3 SMP, sebentar ya den.. “ Pak Wildan meninggalkan kami berdua, dia setengah berlari membantu ko Ryan, ci Cheryl, ko Vic dan ci Mellisa yang akan naik ke kapal setelah dipanggil oleh ko Edi tadi.
“ Kamu kenapa sayang ?? “ tanya Jack, menyadari perubahan sikapku sejak dikenalkan dengan Pak Wildan tadi, aku berusaha sewajar mungkin tapi raut wajahku tetap tak bisa berbohong mengenai kegusaran hatiku saat ini.
“ Ah enggak, ga papa.. “ Aku berbohong sekarang..
Dia menarik tanganku, mengenggamnya erat sebelum kemudian berbisik.. “ aku cerita, aku pasti cerita..”
“ Den, ada lagi yang mau dibawa ?? “ Pak Wildan menyela kami,
“ Ga koq pak, udah semua ya ?? Tolong kasih tau supir busnya aja tinggalin kita.. “ Kata Jack sambil menarik-ku naik ke atas kapal itu.

“ Gila panas banget.. “ Keluh Karen sambil mengusap wajahnya dengan tissue, aku tak bisa melepaskan tatapan mataku dari orang itu, entah aku hanya merasa patut untuk merasa waspada akan kehadirannya, berkali dia terlihat begitu sengaja memberikan perhatian pada Jack, atau tingkahnya yang dibuat semanja mungkin untuk menarik perhatian semua yang berada di kapal ini.
“ Kamu ngantuk ga sayang ?? “ Tanya Jack membukakan sebuah coca~cola kaleng untuk-ku dan menempelkan coca~cola dingin ke wajahku.
Aku terkejut dan langsung memukul kecil Jack yang begitu jahil sebelum kemudian dia berjalan keluar, ke anjungan kapal asyik melanjutkan obrolannya dengan ko Edi dan ko Vic..
Sesaat aku melihat ci Jessica dan ci Mellisa yang terlibat dalam obrolan serius, sebelum kemudian keduanya masuk ke kamar, sepertinya mereka membicarakan hal yang begitu pribadi, aku juga melirik ko Ryan yang mengambil sesuatu dari tas ci Cheryl, sebuah buku kecil berwarna biru, sebelum kemudian dia membacanya dan menaruhnya kembali sambil tersenyum.
“ Lapar ga Ngel ? Mau Mie instant ?? “ Tanya Ko Vic sambil membawakanku sebuah popmie.. “ Liat Mell ?? “ tanyanya
“ Ga ah koq makasih, ci Mell tadi ke kamar sama ci Jess.. “ jawabku
“ Ngel sini sini.. “ ko Edison memanggilku, dan aku pun bergegas menuju anjungan kapal, lautan yang biru bersih, pohon-pohon kelapa yang tertiup angin, hutan hijau yang terlihat begitu lebat, dan pelabuhan kecil dengan beberapa perahu nelayan kecil yang bersender di sampingnya..
“ Dah sampe koq ?? Bagus bangettt !! “ Aku begitu antusias menyaksikan keindahan pulau itu, masih begitu indah karena katanya belum banyak terjamah manusia.. “ Kita berlabuh disana ?? “ Tanyaku menunjuk pelabuhan itu.
“ Hmmm.. enggak kita ke belakang pulau ini, ada satu pantai lagi yang lebih bersih dan bagus daripada ini.. “ Jack memelukku dari belakang sambil menciumku.. aku mengangguk.. terkesima dengan keindahan pulau ini.

Ko Rey dan Ko Ryan terlihat berbeda hari ini, sambil bermain sepak bola pantai mereka terlihat lebih sibuk dengan permainan mereka sendiri, malah terlihat sedikit kasar, beberapa kali mereka terjatuh karena berbenturan, apa mereka memang selalu seperti itu ? berbeda dengan Jack, Edi dan Vic yang terlihat menikmati permainan itu sambil tertawa-tawa melihat kami para cewe yang selalu menghindari bola-bola yang ditendang ke arah kami.
Beberapa kali bola mengenai kepalaku.. Sakit memang.. tapi ga perlu selebay Karen yang baru saja terkena bola dan langsung berusaha menarik perhatian semua yang ada disitu,.. sebagian memang berusaha memberi perhatian seminimal mungkin karena ada pacar mereka disitu, tapi yang sungguh membuat jengkel adalah bagaimana beberapa kali Jack berusaha membantu Karen berdiri atau beberapa kali juga dia menerima air minum dari Karen dan meminumnya dari botol yang sama.
‘cemburu’ enggak koq, siapa yang cemburu tapi pertanyaanya apa itu wajar ?? dia ‘cuma’ mantannya kali. Jadi kayaknya yang seperti itu harusnya ga perlu dilakuin dech.
“ Udahan yuk.. “ pinta ci Cheryl, mungkin dia sedikit tidak nyaman melihat bagaimana ko Ryan dan ko Rey bergumul dalam permainan ini, jelas sih pasti ada rasa tak enak dari yang aku tahu, beberapa hari yang lalu ci Cheryl dan ko Rey putus, dan ada indikasi kalau ci Cheryl selingkuh sama ko Ryan, hemm hemm.. kalau bener gitu ga nyangka banget, sahabatan yang bisa makan sahabatnya sendiri, Jack sendiri beberapa kali menyindir ko Ryan, tapi jujur aku ga percaya kalau ko Ryan ngerebut ci Cheryl dari ko Rey. Agghhhh mungkin ga seharusnya aku kawatirin mereka, lebih baik aku kawatir sama keberadaan Karen di liburan kali ini, keliatan banget dia berusaha sok akrab sama semuanya.. huaaaaaaaa!!!!
Kesel kesel… aku mengobrak abrik rambut Jack yang sedang duduk membelakangiku di pasir pantai ini, oh iya pantai ini benar-benar bagus, lautan yang tenang dengan air yang begitu bening, dengan mudah aku bisa melihat ikan-ikan yang berenang di dalam air, belum lagi bukit-bukit kecil dengan travel track yang pasti seru, tapi sungguh dech sekarang ada yang lebih penting dari itu semua.
“ Kenapa sih yang ?? “ Protes Jack sambil membetulkan rambutnya yang tadi aku acak-acak
“ Ga tau, bodo ah… “ Aku tak mau menjawab,
“ Ngel, sini dech.. “ aku bangkit berdiri berjalan dan menghampiri ci Jessica dan ci Mellisa yang mengajak-ku mendekat kearah bibir pantai.
“ Kenapa ci ?? “ tanyaku
Dan byurrrrrr… mereka malah menguyurku dengan air laut hingga membuatku basah, aku menutupi dadaku takut pakaian dalamku terlihat kemana-mana karena baju yang kupakai ini sangat tipis.
“ Ci,.. aduhhh apa-apaan sih.. “ protesku kesal, sambil menendang air kearah mereka..
Keduanya tertawa.. “ Abis kamu yang lain keringetan, masih kering-kering aj.. “ Jawab entah itu ci Jessica atau ci Mellisa, aku tak bisa membedakan keduanya.
“ Ahhh cici dasar dech.. “ Aku mengejar keduanya yang kemudian naik ke atas kapal..
“ Udah-udah nyerah.. “ kata mereka berdua terpojok “ Mending mandi dech.. “ Kata mereka.
Aku mengambil pakaianku dari dalam tas dan masuk ke dalam kamar mandi, sesaat aku keluar karena tahu seperti apa isengnya ci Jessica.. “ Ci awas ya nanti iseng iseng lagi.. “ Dia melirik menjauh, sambil tertawa.
“ Iya siapa yang iseng dasar… nanti cici yang jagain.. “ ci Mellisa membela ku dan menarik ci Jessica keluar dari ruangan itu.
Dan setelah aku selesai membersihkan diri dan mengganti pakaianku yang basah, aku keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Karen yang sedang merias diri, ok aku berjalan melewatinya berusaha tak sedikitpun menarik perhatiannya, aku malas berbasa-basi dengannya.
“ Eh Angel.. “ Akhirnya dia memanggilku juga, ok Ngel berusaha sesopan mungkin ya.. sabar.. orang sabar disayang Tuhan
Aku berbalik, berusaha tersenyum semanis mungkin “ Iya ci, kenapa ?? “
“ Sory ya, aku ga pernah cerita kalau aku kenal dekat sama mereka.. “ Katanya sambil bersender.
“ Oh, enggak koq, gpp aku sih baru aja deket sama mereka, sejak PACARAN aja sama ko Jack.. “ Kataku sambil sengaja menekan kata pacaran.
Karen tersenyum kecil. “ oh bagus dech, hmm dah lama pacaran sama Jack ?? “
“ Baru tiga bulan koq kita.. “ jawabku, tak berbohong
“ Oh tiga bulan, lama juga ya.. hmmm berarti dah hapal ya kebiasaan dia, ya kebiasaan-kebiasaan dia yang aneh-aneh. “ Karen seolah sengaja memancing perdebatan.
“ Oh, ya lumayan lah kalau soal itu.. “ jawabku
“ Iya kebiasaan dia kayak jalan selalu kaki kiri duluan, kebiasaan dia yang makan harus pakai garpu kalau ga bisa marah-marah dech, atau kebiasaan dia yang selalu memisahkan baju berdasarkan warna kalau bepergian, oh iya pasti tau donk, kan kemarin pasti bantuin dia packing.. “ urainya panjang lebar.
Ok ok.. aku ga tau, aku ga tau kebiasaanya pakai garpu, aku ga tau kebiasaanya misah-misahin baju kaya gitu..
“ Oh iya, makasih ya informasinya.. “ jawabku.
“ Oh iya sama-sama.. , “ dia terlihat tidak suka dengan caraku menjawab, ya peduli amat mungkin dia kesal karena pancingannya tidak berhasil.
“ Yang.. “ Jack mengintip dari balik pintu menatap kami berdua.
“ Ya ?? “ jawab kami berdua, aku memandang Karen yang tersenyum kecil seolah sengaja melakukan itu.
“ Sory gw manggil Angel, bukan loe.. “ Jawab Jack tegas, sambil mengulurkan tangannya memanggilku, aku segera berjalan mendekat, tersenyum karena Jack dengan tegas membelaku.
“ owh, sory kebiasaan.. “ jawab Karen dengan santainya
Jack membawaku menyelusuri pinggir pantai, langit yang mulai menguning menuju terbenamnya matahari, deburan ombak lembut yang menyentuh telapak kami yang berjalan sepanjang bibir pantai, dia tak memeluk-ku, apa aku harus memeluknya lebih dulu ? tapi aku malu melakukannya.
“ Soal Karen.. “ katanya memecah kesunyiaan
“ Hmm.. iya kenapa ?? “ tanyaku meski jantungku langsung berdebar tak karuan..
“ Dia, dia mantan aku.. sory aku ga pernah kasih tau ke kamu.. “ dia berhenti sesaat menaruh tangannya di pipiku seperti biasa..
Aku tahu aku tahu… tapi mendengar kejujurannya itu tetap terasa berbeda.
“ Ohh,, iya aku tahu koq.. “ aku berusaha tenang, setenang mungkin aku ingin tahu lebih banyak tentang hubungan mereka.
“ Kamu tahu dari pak Wildan tadi ya ? “ tanyanya
“ Ga koq, aku tahu kemarin dari ci Vina.. “ jawabku..
“ Hmmm.. Vina ya.. “ wajahnya seolah menyembunyikan sesuatu.
“ Kamu, kamu udah putus kan sama dia ?? “ tanyaku.. aku butuh ketegasan.. “ Udah ga ada lagi kan rasa sayang buat dia ? “
Jack diam sesaat tak langsung menjawab
“ Harusnya aku udah putus koq, kamu tenang aja ya.. soal rasa sayang ?? “ dia terlihat ragu saat menyentuh kata sayang itu.
“ Jujur aku masih ada rasa sayang buat dia, aku .. kita jalin hubungan cukup lama.. tapi.. “ Jack terhenti sambil mengejarku yang langsung melepaskan diri mendengarkan kata-katanya tadi.
Dia menarik tanganku sekarang berusaha menahanku yang berjalan menjauhinya.
“ Kamu jangan marah sayang, aku jujur aku cuma berusaha jujur sama kamu.. “ Jack membela dirinya.
Aku berusaha menahan untuk tidak menangis, perasaanku campur aduk.. dan salahkah aku mencintainya, saat aku berusaha percaya kalau cinta itu ada.
“ Aku ga marah.. aku ga marah.. “ jawabku dengan kesall berusaha melepaskan tanganku dari cengkramannya
“ Kalau ga marah bukan begini.. “ Pinta Jack
“ Aku kaget, ga nyangka kamu bisa nyatain cinta kamu ke aku, kamu bisa ngelakuin hal-hal romantic, segitu baiknya sama aku.. tapi kamu masih sayang sama orang lain. “ jawabku dengan suara tertahan.
“ Sayang.. sayang liat aku.. “ dia memintaku menatap matanya.
“ Kamu liat ke belakang ?? liat jejak kaki kita.. “ katanya lagi, aku melihat jejak kaki kami yang berjalan beriringan sepanjang bibir pantai.
“ Kamu liat, anggep aja jejak langkah itu sama kaya rasa sayang aku ke Karen, kamu liat kan.. pelan-pelan mulai menghilang karena terkena ombak, liat diujung sana yang sudah terhapus ombak.. kaya gitu perasaan sayang aku ke Karen, butuh waktu dan proses… tapi… kamu liat jejak langkah aku dan kamu sekarang.. “ dia memintaku melihat kebawah..
“ Disini kita berdiri, ga bergerak, terkena ombak atau apapun jejak ini akan tetap ada dan malah semakin dalam.. kenapa ?? karena aku tetap setia disini.. bersama kamu.. dan aku tahu satu hal.. sedalam apapun rasa sayang aku sama Karen dulu, aku ga pernah mencintai seseorang sedalam ini sebelumnya. “ Dia menciumku, memeluk-ku erat..
Dan aku.. aku berusaha percaya dengan semua kata-katanya.. bolehkah?? Bolehkah aku percaya.
Aku menatap matanya yang bening seolah tak menyimpan kebohongan sekecil apapun, kucium bibirnya tepat saat matahari terbenam..


“ Jack.. ini garpu kamu.. “ Karen memberikan garpu pada Jack, tak enak hati dia pun menerima garpu itu, aku lagi-lagi lupa, ahhh aku benar-benar pelupa.. jangan sampai dia merasa aku kurang perhatian padanya. Hmm aku harus melakukan sesuatu sekarang.
Kami membuat sebuah api unggun membakar ikan dan ayam bakar sambil bernyanyi, suasananya begitu akrab dan menyenangkan, ko Ryan yang bermain gitar bernyanyi bergantian dengan ko Rey yang terlihat tak pernah mau kalah selangkahpun dari ko Ryan.
Sementara beberapa kemah terbentang di pinggiran pantai, untuk para cowo yang akan tidur di tenda, sementara para cewe akan tidur di kamar dalam kapal, jauh sekali perbedaan hawanya antara siang dan malam, malam hari angin yang cukup kencang dibarengi dengan hawa dingin yang menusuk..
Soal Jack, aku tahu tadi dia sempat berbicara panjang lebar pada Karen, tapi aku tak menguping pembicaraan mereka, walau bagaimanapun rasanya tidak sopan, belum lagi dia yang begitu berusaha meyakinkanku tentang cintanya itu padaku tadi.. rasanya keterlaluan kalau aku tidak berusaha mempercayai kata-katanya, setidaknya cinta harus berdasarkan rasa saling percaya kan?
Hmmm ok ok aku menguping, menguping sedikit saja.. tapi jujur aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.
“ Nah… udah kenyang kan.. sekarang kita lanjut babak berikutnya.. “ Vic mengeluarkan beberapa botol minuman yang disimpannya dalam kotak khusus, iya benar minuman keras.. ci Jessica sendiri tampak memprotesnya dan memilih untuk pergi setelah berdebat sesaat dengan ko Vic.
“ Yang jangan minum ya? Nanti kebiasaan.. “ pintaku pada Jack yang sedang mengambil gelas kosong menunggu jatah minumannya
“ Udah, aku gpp koq, biasa aja lagi kan aku nanti tidur di luar jadi supaya ga masuk angin memang harus minum.. “ katanya memberi alasan
“ Tapi.. “ Aku masih tak rela melihat dia minum minuman keras seperti itu.
“ Aku janji, ga akan banyak minum koq.. kamu tidur ya.. cape kan main seharian.. “ Katanya.. sepertinya mereka hendak melanjutkan pesta para lelaki, ci Cheryl, ci Mellisa, si Karen sekarang mengikuti ci Jessica yang telah lebih dulu masuk ke dalam kapal.
Aku pun naik ke atas kapal, menuju kamarku.. aku mau membereskan pakaian Jack, aku harus menyusunnya sesuai dengan warna, sesuai kebiasaanya setidaknya itu yang bisa aku lakukan untuk memberikan perhatian padanya.
Sementara yang lain sibuk dengan obrolan mereka, aku larut dalam keasyikan tersendiri. Menyusun pakaian Jack satu persatu, dimulai dengan mengeluarkan semua pakaiannya sebelum menatanya satu persatu, dan dia memang selalu lelaki paling ribet di dunia soal pakaiannya, 2 buah koper yang jumlahnya lebih banyak dari yang kubawa, jadi urusan membereskan pakaiannya ini cukup memakan banyak waktu.
Seseorang mengetuk pintu kamar..
“ Iyaa ?? “ Tanyaku “ Ga dikunci koq.. “
Orang itu membuka pintu, dan tersenyum padaku..
“ Yang.. kenapa ?? “ tanyaku, melihat Jack yang terlihat sedikit aneh.. dia membantuku berdiri, dan langsung memeluk-ku.
Tubuhnya sedikit berkeringat, dan bau ini.. dari mulutnya tercium bau alcohol..
“ Yang.. kamu mabuk ?? “ tanyaku
Dia menggeleng, dan menutup pintu kamar.. “ Kenapa dikunci ?? “ Tanyaku, sedikit panic dan bingung
“ Aku ga mabuk koq.. hehehe “ tertawanya terdengar aneh, dia menciumku sekarang dan aku.. aku tak tahu apa aku harus membalas ciuman itu.
Perlahan aku malah membalas ciuman itu, meski rasanya agak sedikit berbeda.. ada rasa pahit dari alcohol yang diminumnya.
“ Yanggggg !!! “ Protesku saat tangan Jack mulai menyentuh bagian dadaku.
Dia tak perduli, masih tetap mencium bibirku, berusaha mencium bagian-bagian lain dari wajahku, sebelum kemudian berhenti sesaat mencium telingaku.. tubuhku bergetar sesaat merasakan ciuman di telingaku itu. Rasanya begitu membuat merinding dan aku malah membiarkan tangan itu sekarang. Kubiarkan tangan itu menyentuh bagian dadaku.
Perlahan dia menyingkap baju yang kukenakan, aku mendesis kecil saat merasakan bagaimana dia mulai mencium bagian atas payudaraku, sentuhan itu, sentuhan itu terasa berbeda meski ci Vina sering melakukannya, tapi sentuhan lelaki benar-benar terasa berbeda.
Aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan, dan aku mulai membiarkan Jack yang tengah mabuk mulai menyentuh bagian dadaku itu, menyingkap sedikit bra yang kukenakan, dia mencium bagian dadaku, rasanya.. rasanya benar-benar berbeda.. kurasakan lidahnya yang memainkan payudaraku itu, mengigitnya kecil.
“ Yang… “ aku mendesah kecil merasakan ciumannya itu. Aku berusaha menarik wajahnya dari dadaku.
Dia menarik wajahnya, dan langsung mencium bibirku. Aku tak melawan sedikitpun, aku berusaha menutup kembali kausku, namun tangannya menahanku menutup bajuku.
Aku mulai bergerak, Jack belum pernah seperti ini sebelumnya, terlihat begitu bernafsu untuk mencium dan menggumuliku, ya tuhan aku harus bagaimana.. apa aku harus menuruti keinginannya ??
Sambil berusaha mendorongnya aku mulai meloloskan tubuhku dari pelukannya itu, tapi tak berhasil aku merasakan bagaimana tangannya mencengkramku kian kuat..
“ Yang.. kamu mau kan ?? kamu sayang kan sama aku ?? “ bisiknya lembut.
Aku tak menjawab.. ‘haruskah ?’
Teringat dengan kata-kata ci Angel bagaimana lelaki selalu menginginkan tubuh wanitanya, dan kemudian akan mencampkannya begitu saja. Apa Jack orang yang seperti itu.
Tapi …
Apakah dia akan meninggalkanku kalau aku mau memberikan semuanya untuk dia? Kehormatanku?



Karenina Prayogo

“ Ry.. bisa main lagu ini ga ?? “ tanya-ku pada Ryan yang sedang memainkan gitarnya sambil menunjukkan notes-ku, “ Rey, coba liat juga dech.. “ Notes itu berisi chord lagu yang sedang aku pelajari, ada tawaran dari salah satu produser yang kukenal untuk mencoba terjun ke dunia tarik suara. Dan lagu ini ditulis oleh teman-ku.
Sementara kulihat Vic dan Edi berjalan menuju kapal memberi tanda untuk menunggu mereka sesaat, sambil memasukan minuman keras yang tadi dibawa oleh vic kembali ke dalam kapal, mereka tahu pacar-pacar mereka tidak suka mereka meminum minuman keras, dan sepertinya mereka akan berusaha membujuk sambil mengalah, aku melirik Jack. Dia masih mengenggam botol soju.
“ Kamu ga usah minum lah ya.. “ Aku berusaha mengambil botol itu dari tangan Jack, kemana sih pacarnya itu yang malah membiarkan Jack minum-minuman keras, padahal dia sama sekali tidak biasa meminum minuman keras seperti ini.
Tadi dia mengelak, berdiri dan malah mengambil jarak lagi dari ku, kuhela nafas panjang, mengalah dan mencoba bersabar.
“ Ayo ayo.. mulai donk.. “ Edison dan Vic berhasil membujuk pasangan mereka masing-masing dan kembali duduk mengitari api unggun, hanya Jack yang duduk agak sedikit menjauh, tapi aku yakin dia masih dapat mendengar dari tempatnya duduk.
“ Iya sabar donk Lee.. “ aku berjalan mendekati Rey dan Ryan yang sedang mencoba lagu itu, dengan cepat keduanya berhasil menguasai lagu sederhana itu dan memberikan tanda Ok padaku dengan jari yang mereka lingkarkan.
“ Hemm hemmm.. “ Aku berdeham sebentar, sambil menyamakan suaraku. “ Sory ya kalau suaranya jelek, nanti masuk studio juga jadi bagus koq.. hahhaa “
Mereka bertepuk tangan sesaat,
One girls loves you
That girls loves you with all her heart
Everyday like a shadow she follows you around
When that girl smiles she is crying on the inside
How much longer
Do I have to just look at you alone
This love like the wind
This worthless love
If I keep trying will it make you fall in love with me
come a little bit closer
Just a little bit
I’m the one who loves you
Right now by your side
That girl is crying

That girl is very shy
So she learned how to laugh
There is so much that can’t be said even amongst close friends
That girl’s heart is full of scars
So that girl
Loved you because you were the same
Just another fool
Just another fool
Is it wrong to ask you to hold me once before you leave?
I want to be loved..its true
Every day inside…Inside his heart…She shouted and
That girl is by your side again today
Do you know that I’m that girl?
You wouldn’t act this way if you knew
You wouldn’t know because you’re a fool
How much longer
Do I have to look at you like this alone?
This stupid love
This worthless love
If I keep trying will it make you fall in love with me
come a little bit closer
Just a little bit
If I take one step forward you take two steps back
I’m the one who loves you
Right now by your side
That girl is crying


Dan Jack pun berdiri, berjalan sedikit limbung menuju kapal.. aku melihatnya menjauh perlahan, sementara yang lain memintaku untuk kembali bernyanyi akupun mengangguk menyanggupinya.

Kulihat Angel yang berdiri di depan pintu, matanya memerah menahan tangisan sambil menutupi pintu itu.
“ Kamu kenapa ? “ Tanyaku bingung aku tahu ada Jack di dalam sana
Dia menggeleng menjawab pertanyaanku, aku pun mencoba masuk meski Angel menghalangiku
“ Kenapa ? Jack di dalem ?? “ Aku memaksa masuk.
“ Jangan ci, Jangan masuk.. “ Pintanya..
Aku mendorong Angel kesamping, masuk ke dalam kamar dan langsung menguncinya. Kulihat Jack yang tengah berbaring, wajahnya yang memerah aku melangkah mendekatinya. Sementara di depan Angel terus mengedor pintu memintaku membuka pintu itu.
Aku mendekati Jack yang menatapku dengan pandangan bodohnya, aku mengangkat tanganku dan menamparnya.
“ Ga perlu pura-pura mabuk Jack.. “ Bentak-ku.
Aku mengambil jaket berwarna pink, entah milik siapa yang tergeletak di lantai dan membuka pintu itu berjalan keluar.
“ Kita tidur di depan aja ya.. sama aku.. “ aku menarik Angel, dan memintanya memakai jaket itu, dia mengangguk mengikutiku menuju salah satu kemah.
Aku mematikan lampu malam di tenda itu, “ Kamu tidur ya.. jangan dipikirin yang tadi.. “ Aku memeluk lembut Angel yang masih gemetaran kecil..
Aku membantunya masuk dalam sleeping bag, berdua denganku aku memeluknya dengan hangat.
Memeluknya dengan tulus sambil berfikir betapa bodohnya yang dilakukan oleh Jack tadi, jujur meski aku tak tega melihat Angel sekarang, tapi aku tengah berfikir keras menebak apa tujuan Jack melakukan itu, ingin Angel membencinya dan memutuskan hubungan dengannya, kembali padaku ?
Aku menepuk-nepuk punggung Angel, entah berapa lama hingga dia bisa tertidur, kutatap wajahnya yang begitu cantik, terlihat begitu polos kecantikannya sungguh menakjubkan jujur aku iri dengan kecantikannya itu, mata yang bulat meski tidak terlalu lebar dengan bulu mata yang lentik, bibir mungil, dengan hidungnya yang indah.
Tubuhnya mungkin tidak terlalu menarik, sedikit terlalu pendek untuk menjadi model, juga bukan tipe yang memiliki tubuh indah dengan payudara besar, tapi tubuhnya juga tidak jelek kulitnya begitu putih indah dan terutama semuanya justru menjadi penunjang yang sempurna senada dengan jenis kecantikannya itu, Angel.. dia memang seperti malaikat tak berdosa seperti namanya itu.
Dia tertidur pulas, meski air mata masih mengalir dari sepasang matanya yang terpejam itu, mengigit kecil jemarinya dalam tidur, mendekap hangat pelukan-ku.
Aku bertanya pada diriku sendiri, akankah aku rela merebut Jack dari gadis ini.. gadis sepolos ini.

Aku terbangun lebih dulu dari Angel, merias wajahku sedikit sebelum kulirik Angel yang masih pulas tertidur di sampingku, dia masih begitu menikmati tidurnya terlihat begitu lelah sambil mengigiti jempol tangannya dalam tidurnya, keluar dari tendaku melirik ke samping ke arah tenda Edison dan Jessica terlihat begitu mesra di depan tenda mereka.
Kulihat Jack yang berdiri di pinggir pantai dan berjalan mendekatinya.
Dia melirik sesaat padaku.
“ Gw tolol ya.. “ Dia tertawa sendiri
Aku tak menjawab membiarkan dia dengan segala pertanyaanya itu
“ Angel masih tidur ?? “ tanyanya lagi.
“ Iya masih, jangan ganggu dia tidur.. “ cegahku melihat Jack yang mulai berbalik hendak berjalan menuju tenda.
Dia berhenti menuruti nasehatku.
“ Gw harus gimana Ren ?? “ Tanya-nya bodoh
“ Loe yang tau Jack.. loe tau apa akibat dari yang loe lakuin tadi. “ Jawabku
Dia mengangguk menatap jauh kearah lautan, sementara ombak menyentuh kaki kami berulang-ulang.
“ Tolong bangunin Angel ya.. Makanan dah siap.. “ Jack berjalan membantu Pak Wildan dan satu anak buah kapal lain menyiapkan meja makan.
Dan akupun duduk di antara Angel dan Jack sambil menyantap bubur sarapan pagi kami, keduanya diam tak berbicara bahkan tak saling berpandangan satu sama lain,
“ Abis ini mau kemana nih ?? “ Tanya Edison memecah suasana.
“ Mau ke pulau seberang ga ?? “ Vic memberi usul sambil menunjuk sebuah pulau karang kecil di tengah lautan.
“ Boleh tuh, “ Jessica dan Mellisa kompak menjawab sambil meminum teh hangat mereka.
“ Kayaknya lomba berenang sampai sana bagus juga tuh.. “ rey kembali mengeluarkan usul konyol, sejak kemarin terlihat jelas ada sesuatu yang salah dengan hubungan Rey dan Ryan, aku tidak terlalu mengenal mereka memang tapi setahuku dari cerita Jenny kalau Rey dan Ryan harusnya adalah sahabat kental.
“ Iya iya, tapi jangan maksain diri lagi, yang cewe naik kapal aja ya.. “ Cheryl akhirnya buka suara,
“ Semua ikut kan ?? “ tanya Edison
“ Gw enggak dech.. “ Jack memutuskan tidak ikut serta
“ Kenapa ? Ga asyik dech.. “ Kembali jawaban khas anak kecil Lee terdengar
“ Ada urusan, Angel juga ga usah ikut. “ lanjutnya.
“ Yawda terserah dech.. “ Edison mengalah, “ Siangan aja ya,. Mandi dulu dan dinginin perut.. baru makan takut keram “
Sambil membantu membereskan meja makan dan mencuci piring kami tadi, aku berusaha selalu dekat dengan Angel, tak perlu ada yang tau kejadian semalam, tapi aku juga harus memastikan bahwa tidak ada apapun yang terjadi dengan Angel, jujur aku khawatir kalau dia masih sedikit terguncang.
“ Kamu gapapa ?? “ Tanyaku sambil mencuci mangkuk bubur milik-ku
Angel tersenyum, berusaha sewajar mungkin.
“ Jack bukan orang seperti itu, mungkin dia mabuk aja.. “ aku berusaha menjaga citra Jack didepan Angel, dan lagi aku harus mengatakan itu agar apapun yang terjadi semalam, tak menjadi salah Jack sepenuhnya, karena kalau semua kejadian semalam adalah kesalahan Jack sepihak itu akan membuatnya harus menanggung semua akibat perbuatannya.
Bimbang memang, di satu sisi aku tak ingin Angel tersakiti, tak ingin Angel merasakan kegetiran seperti yang pernah kurasakan, tapi di sisi lainnya aku tak rela bila Jack harus terus bersama dengan gadis ini.
Sementara Edison menyewa sebuah sampan untuk para cewe yang telah mengganti pakaian mereka dengan bikini-bikini yang memamerkan tubuh indah mereka, ke tiga gadis itu memang begitu cantik, si kembar Jessica dan Mellisa dengan bikini sewarna mereka bercorak bunga, memperlihatkan lekuk tubuh mereka yang begitu sempurna. Atau Cheryl yang sedikit kurus dan pendek tapi wajahnya yang bulat dengan kecantikannya yang khas membuat semua kecantikan yang dimilikinya menjadi terlihat luar biasa.
Sementara ke empat lelaki tampan dengan tubuh berisi mereka, dada yang bidang dan otot-otot mereka yang begitu kencang sedang melakukan pemanasan di pinggir pantai, bersiap dengan perlombaan konyol mereka, sedikit membasahkan tubuh mereka agar lebih cepat beradaptasi dengan suhu lautan.
“ Ga ikutan kamu Ren ?? “ Tanya Cheryl mendekatiku sambil menarik-ku.
“ Ah enggak ah.. kamu aja duluan ci, aku males.. “ kataku sambil memeletkan lidahku
“ Dasar, koq males tapi pakai bikini begini sih.. “ Jawabnya sambil melirik-ku yang tengah mengenakan bikini berwarna merah yang jujur kusiapkan sesuai warna kesukaan Jack, apalagi modelnya yang memang lebih terbuka sehingga memamerkan lekuk tubuhku dengan lebih menggoda.
“ Adanya ini mau gimana lagi, “ Kataku beralasan sambil tertawa kecil
“ Yawda dah tanggung kan.. ikut aja ya “ Cheryl masih membujuk-ku
“ Ga dech, aku berenang di pinggiran aja ya.. kalian aja.. “ Sebenarnya aku tak ingin membiarkan Angel dan Jack hanya berduaan saja, mereka masih mengenakan baju pantai mereka sambil duduk tak jauh dari pinggir lautan, sepertinya tengah memperdebatkan sesuatu.
“ Udah sini, aku aja yang kasih aba-aba mulainya ya.. “ Aku memberi ide, melihat Ryan, Rey, Vic dan Edison telah bersiap di pinggir pantai.
“ Ide bagus tuh.. “ Rey menyambar dengan posisi siap melompatnya.
Aku tertawa, berdiri sejajar dengan mereka dan berteriak.. “ Siap ya !! SATU !!! DUA !!!! TIGA !!!!!!!! “ keempatnya langsung melompat berusaha mengerahkan seluruh tenaga mereka agar bisa menjadi yang tercepat dalam perlombaan, sementara para gadis mengikuti dari atas sampan yang didayung oleh anak buah pak Wildan, sambil bersorak mendukung pasangan masing-masing, kecuali Cheryl yang mungkin sedang kebingungan sekarang.
Aku pun melirik pada Jack dan Angel yang tengah berdebat panjang, aku hanya bisa berenang di pinggiran pantai menikmati ombak yang sesekali mendorong tubuhku, kalau bisa aku ingin duduk disana disebelah Jack dan Angel mendengar apa yang tengah mereka perdebatkan, tapi rasanya itu sangat tidak sopan.
Aku berenang kesana kemari, hingga tiba-tiba terasa ada yang aneh dengan kaki-ku, terasa begitu sakit.. mungkin keram tapi rasanya benar-benar menyakitkan..
Ya Tuhan, aku berada cukup jauh dari bibir pantai, aku berusaha meronta sebisa mungkin berenang mendekat, tapi rasa sakit itu malah semakin hebat, aku mengigit bibir bawahku menahan rasa sakit, masih berjuang, Ayo Karen kamu bisa.. ayooo
Aku berenang dengan semua yang aku bisa, tapi ini sudah batas maksimal yang aku bisa lakukan, aku harus meminta bantuan, tapi siapa ? apa Jack bisa mendengarku ditengah perdebatannya dengan Angel, tapi hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang.
Aku berusaha melompat sebisaku, melambaikan tanganku, sambil berteriak, namun malah membuat air laut mulai masuk dalam mulutku, aku tak bisa tidak untuk tidak menelan air laut itu, sementara kakiku semakin mati rasa dan aku mulai tenggelam..
##

Aku yakin tadi pasti Jack yang menyelamatkanku, tapi dia diam seribu bahasa sejak 3 jam yang lalu, juga tak mengatakan apapun pada Angel yang terkesan ikut menghindari Jack berkali-kali, aku yakin pasti Jack membantuku dengan memberikan nafas buatan untuk menyelamatkanku tadi.
Kulihat Ryan dan Rey yang tengah berdebat hebat, sementara Cheryl sendiri berusaha menengahi perdebatan mereka, sambil berulang kali menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Sementara Vic, Lee, Jessica dan Mellisa malah berlarian di pinggir pantai sambil memainkan layangan hias yang entah mereka dapatkan darimana, berlarian norak di pinggir pantai seperti film india, aku sendiri duduk di sebuah kursi menghadap ke pantai, melirik Angel yang diam tak bergerak dari duduknya.
“ Ikut aku.. “ Kata Jack tiba-tiba sambil menepuk pundak-ku, dia menutup bibirnya dengan telunjuk, memintaku untuk meninggalkan tempat itu tanpa diketahui siapapun.
Dia menungguku di sebuah lekukan menuju hutan, sementara aku mengendap dengan hati-hati agar tak ada yang mengetahui kepergian kami berdua. Aku mengikutinya berjalan menuju sebuah tebing, pemandangan yang indah dengan hamparan pasir putih dan ombak yang menggulung di pinggiran pantai, dari tempat ini kami juga bisa melihat tempat kami mendirikan kemah, suasana yang romantis dengan angin yang berhembus sedikit kencang membuat rambutku melambai mengikuti arah angin bertiup.
“ Anginnya … “ Gerutuku sambil berusaha mengatur rambutku agar tidak berantakkan
Jack mengambil sebuah ranting kecil, meniup dan membersihkannya, dia berjalan kebelakangku, mengatur rambut-ku membuat sanggul dengan ranting itu sebagai tulangnya, sama seperti yang biasa dilakukannya dulu.
Sungguh jantungku berdebar kencang, terlebih mengingat kejadian tenggelam saat berenang tadi siang, hmmm apa akhirnya Jack akan memilih aku dibanding Angel, aku tahu aku pantas untuk mendapatkan lagi cintaku ini, tapi tetap ada sedikit rasa bersalah bila harus menyakiti gadis polos itu.
Jack berjalan menuju sebuah pohon, bersandar dan menatap jauh kearah lautan, menikmati pemandangan yang begitu indah dengan matahari yang bersinar pudar menuju terbenam, aku sedikit ragu namun meyakinkan kakiku untuk berjalan mendekatinya, saat tinggal selangkah lagi untuk berada di sampingnya, ia menarik-ku.
Aku menatap wajahnya yang sekarang berada tepat di depanku. Jangan-jangan dia sengaja mengajak-ku kesini untuk mengajak-ku bercinta, dia tahu outdoor selalu memberikan sensasi berbeda dalam berhubungan intim untuk-ku. Ah apa yang kupikirkan..
“ Kamu tahu ?? “ Tanyanya sesaat kemudian
“ Ya ? “ Jawabku bingung, meski aku yakin wajahku pasti tengah memerah sekarang.
“ Kamu tahu, aku ga pernah berhenti mencintai kamu.. “ Jack melanjutkan kata-katanya, meski tak menatap mataku, akhirnya.. mungkinkah dia akan mengatakannya.
“ Aku ga berhenti mencintai kamu, ga pernah.. “ Lanjutnya
“ Aku.. “ , “ Aku juga ga pernah.. ga pernah bisa.. “ aku langsung memeluknya dengan erat. Memeluknya begitu erat..
“ Krakkkk “ sesaat samar terdengar bunyi dahan yang patah, Jack melepas pelukanku, dia mencari kesegala arah mencari asal suara itu.
“ Kenapa ?? “ Tanyaku bingung
“ Hmmm.. gapapa.. “ Jawabnya. Aku berusaha memeluknya lagi, tapi dia menahan pundak-ku, menatapku begitu dalam
“ Karen, kamu selalu berharap aku menjadi lelaki yang lebih tegaskan, right ? “ Tanyanya dia terlihat begitu serius.
“ Iya.. lalu ?? “ Tanya ku bingung, tak dapat menebak apa yang akan dikatakannya nanti
“ Hmmm.. “ Jack menarik nafas panjang yang membuatku menahan nafas sesaat, menunggu apa yang akan dikatakannya.
“ Aku menjadi lebih baik sekarang, menjadi lebih dewasa, tegas dan berfikir panjang dan jernih untuk semua yang aku lakukan, bukan lagi sosok temperamental, plinplan dan menyebalkan, aku berubah demi kamu.. “ kalimat itu terucap lancar dari mulutnya, aku mengangguk setuju dengan perubahannya itu.
“ Aku tegas, aku ga pernah berhenti mencintai kamu, aku cuma berhenti.. “ dia terdiam sesaat, “ Aku berhenti untuk menyakiti diriku sendiri. Berhenti bermimpi bahwa kita memang diciptakan untuk bersama “
Aku terdiam.. tak percaya dengan apa yang dikatakannya….
“ Maksud kamu.. “ Tanyaku aku tahu suara ku pasti bergetar sekarang, seirama dengan air mataku yang mulai menetes
“ Kita dah selesai Karen, kita harus berhenti menyakiti diri kita sendiri, mempercayai mimpi yang ga pernah ada.. “
“ Tapi,, tapi kenapa ?? “ aku memprotesnya.. “ Kenapa ga bisa? Apa yang bikin semuanya ga bisa terjadi ? “
“ Kita tahu, kita sama-sama tahu kenapa kita ga bisa bersama.. “ jawab Jack.. “ Aku tahu semua.. “
“ Kamu tahu ? Kamu tahu ? Kamu tahu apa ? Kamu tahu aku tidur sama lelaki lain demi karier aku HAH !! “ aku tak bisa menerima argumentnya. “ Kamu tahu kenapa aku begitu ? “ , “ Kamu tahu aku begitu karena kamu, karena aku mau nunjukin diri aku bisa berdiri sendiri tanpa bantuan kamu, aku lakuin ini semua agar kamu.. ah udahlah.. “ aku menarik nafas panjang.
“ Bukan itu.. “ Jawabnya
“ BUKAN ITU APA !! “ Aku menghardik tangannya yang berusaha menarik tubuhku ke pelukannya
“ Bukan itu, kamu tahu sejak awal kita berbeda.. disini kita berbeda, disini juga.. “ Dia menunjuk hati dan kepalanya.
“ Iya aku tahu, tapi memang ada manusia yang sama ?? enggak kan ? “ Aku membela diri
“ Ga ada manusia yang sama, tapi ego kita, ego kita membuat kita tidak mampu melewati perbedaan itu, sejak awal kamu tahu.. kamu itu putri duyung yang mencintai seorang pangeran.. kamu tahu sejak awal kalau kita akan berakhir seperti ini, suatu saat kamu akan menghilang menjadi gelembung di lautan. Kita ga akan bersama selamanya. “ Jawabnya
“ Putri duyung.. manusia ?? Iya aku pernah bilang gitu dulu.. tapi apa kamu pikir kamu sama Angel itu sama ? Apa kamu berfikir kalau kalian itu sebanding ? “ Aku tak rela bila dia memilih Angel sungguh tak rela.
“ Liat aku Jack.. Liat aku.. aku bukan aku yang dulu, bukan aku yang ga sebanding sama kamu lagi.. aku sudah jauh lebih baik jauh lebih baik dari dulu.. “
“ Kamu, kamu yang membuat semua semakin jauh Karen.. kamu yang membuat semua itu.. ambisi, ego dan cara kamu hidup ga mengizinkan kita untuk bersama.. “ Jacksen beralasan lagi dan lagi
“ Apa Jack.. apa yang bikin kita ga bisa ? kasih aku contoh nyata.. “ Pintaku kembali menitik-kan air mata
“ Kamu inget waktu aku ditahan di kantor polisi.. “ Jawabnya
“ Iya aku inget, kamu tahu kan.. aku ga kalah sama pacar kamu itu.. aku dateng ke kantor polisi, sama kayak yang lain.. terus ? kamu mau kasih alasan apa lagi ?? udahlah jujur sama aku. “ Aku kehilangan kesabaranku mendengar alasannya yang seolah dibuat-buat.
“ Kamu yang tahu apa yang pakai waktu itu, kamu yang tahu berapa lama kamu merias diri.. dan kamu tahu, seperti apa Angel datang ke kantor polisi saat itu. “ Aku terdiam menjawab semua pertanyaan itu dalam hati.
“ Kamu mencintai aku, dengan selalu berfikir, siapa kamu, bagaimana kamu bisa pantas berada disisi aku. Tapi Angel mencintai aku, dengan hanya satu hal.. “ , “ Dengan ketulusan.. “
Dia diam sesaat,, melihat air mataku yang mengalir makin deras.
“ Dia mencintai aku, dengan berfikir apa yang terbaik buat aku, bagaimana aku bahagia tanpa perduli seberapapun dia akan menderita, kamu ? kamu mencintai aku dengan berfikir kamu harus menjadi yang terbaik buat aku, aku akan bahagia karena adanya kamu. “
“ Aku yakin kamu mengerti kan ? “ Katanya.. aku mengangguk jujur.. aku tahu perbedaanya dengan jelas, egosentris aku yang begitu besar.. karena kata “ AKU “ aku mencintai Jack karena adanya “ AKU “ berbeda dengan cinta Angel untuk Jack.
“ Lalu kamu berfikir kalau Angel sebanding sama kamu ? Pantas untuk semua ini ? “ Tanyaku tak rela
Jack menggelengkan kepalanya.
“ Kamu tahu kalian juga ga sama kan ? Terlebih kayaknya kamu tahu kalau Angel punya hubungan yang aneh sama Ervina.. “
Dia mengangguk.. “ Aku tahu.. “
“ Lalu, apa yang mau kamu perjuangkan lagi untuk hubungan semacam itu, kamu mau liat Angel sama kaya aku, putri duyung yang mencintai pangerannya dan menghilang seperti gelembung di lautan. “
Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“ Aku, aku yang akan jadi ikan duyung melihat seorang putri cantik yang terombang ambing dilautan, aku akan menyelamatkan dia, jatuh cinta padanya. Dan melakukan apapun untuk bisa bersamanya, dan bila kami akan berpisah nanti.. aku dengan tersenyum akan menjadi gelembung dan menghilang darinya. “ Jawabnya dengan begitu yakin.
Ya Tuhan.. aku tak percaya Jack yang kukenal bisa mengatakan hal semacam itu.
“ Udahlah.. kamu aneh sekarang “ Aku berlari meninggalkannya, sementara hujan mulai turun.. Jack terdiam sesaat sebelum kemudian mengejarku.
Aku berlari begitu cepat menuruni bukit ikut, sementara dia mulai mengejarku..
“ Karen hati-hati.. “ Teriaknya berulang-ulang, tapi apa perduliku.
Aku melihat dari arah depan, Edison berlari mendekat, dia berlari begitu kencang sambil berteriak..
“ Karen awas !!! “ Teriaknya, terlambat aku terjatuh ke sebuah lubang berguling beberapa saat sebelum kemudian berhenti, tubuhku terasa begitu sakit, aku tak melihat sebuah jurang kecil dan terjatuh ke dalamnya tidak terlalu dalam sepertinya.
“ Karen,,.. “ Suara itu suara Edison..
Tak lama terdengar sepasang langkah lain,
“ Jack.. Angel hilang.. “ Edison tiba-tiba menyela..
“ HAH !!! Siallll !! “ Jack terdengar berteriak.. “ Loe bantu Karen.. “ Suara langkah itu kembali menjauh.. Jack pergi tanpa sedikitpun menoleh mencariku.. Dia dengan nyata memilih Angel dibanding aku.
Tubuhku memang terasa begitu sakit.. namun tak sesakit hatiku yang merasa begitu ditinggalkan sementara Lee ikut melompat turun ke dalam lubang dan telah berada disampingku sekarang.
“ Loe gapapa ?? “ Tanyanya.. “ Apa yang sakit ?? “
Aku diam tak menjawab, memilih memeluk Edison dan menangis di dadanya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar sopan saya segan.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.