3 Januari 2013

Sebelum Terlambat.................







Aku cinta kamu”

Kata-kata itu masih saja mengusikku, memenuhi pikiranku yang sedang terduduk diam diatas balkon, aku memeluk lututku erat, merasakan dingin yang mulai menjalar ditubuh. Rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi, menyentuh halus wajahku, mengalir dirambutku, hingga jatuh menetes dilantai. Aku masih saja memikirkan kejadian itu, kejadian yang baru saja terjadi satu jam yang lalu, dan hanya berlangsung selama lima menit, mungkin lima menit itu bisa lebih panjang lagi kalau saja aku tidak semunafik ini, sebodoh ini, bahkan aku tidak mengerti mengapa aku bisa seperti ini, lari dari kenyataan bahwa aku juga mencintainya.

*

Matahari telah beranjak kembali ke peraduannya, menyisakan semburat jingga nan indah diufuk barat, langit biru mulai menghitam, disusul bulan yang siap menggantikan matahari untuk menyinari bumi.

Aku berdiri menatap saat-saat matahari tenggelam, aku memang sangat menyukai senja, menurutku langit senja adalah ciptaan tuhan yang paling indah. Sebenarnya aku disini menunggu seseorang, yaa seseorang yang baru saja menyentuh pundakku, membuatku memutar badanku. Aku memperhatikan orang itu dari ujung kaki samapi ujung kepala, aku menatapnya penuh tanda tanya.

Orang itu Ferry , dia sengaja mengundangku kemari, tapi sebenarnya aku tak tau kenapa aku harus datang kesini, tapi entah mengapa aku mau saja menurutinya.

Hening. Aku ataupun dia tak ada yang membuka suara, hanya suara jangkrik yang terdengar bersaut-sautan. Aku mulai tak nyaman dengan suasana ini, aku tak berani menatap wajahnya, aku hanya tertunduk, sampai akhirnya ia meraih tanganku, mengusapnya perlahan, sambil menatapku, dan akhirnya mengucapkan kata-kata yang membuatku terkejut.

“Aku cinta kamu, aku sayang kamu. Maaf aku nggak pandai berkata-kata, tapi jujur aku cinta sama kamu, kamu mau kan jadi pacarku?”

Ucapannya yang singkat, dan to the point itu membuatku membatu sejenak, hingga akhirnya aku melepaskan genggamannya, berlari dengan air mata yang terus menetes. Aku tak mengerti apa yang terjadi padaku. Jujur, aku juga mencintainya, tapi hatiku mungkin belum siap menerima bahwa ia juga mencintaiku, atau entahlah, aku benar-benar tak mengerti apa yang sedang terjadi padaku, yang jelas hatikulah yang membawaku berlari darinya.

*

AAAARGHHHH!!

Aku masih sibuk bertanya-tanya pada diriku, kenapa aku justru lari darinya? Kenapa tidak kukatakan saja bahwa aku mau menjadi pacarnya, dan aku juga mencintainya? Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apa alasan aku meninggalkannya? Aku tak mengerti, rasa-rasanya yang ada saat kejadian itu adalah kepribadianku yang lain.

Bodoh. Aku hanya seseorang yang bodoh, meninggalkan orang yang mencintainya dan ia cintai. Kenapa aku seperti ini? Apa yang terjadi? Ada apa denganku? Kenapa aku justru pergi dari kenyataan bahwa ia mencintaiku? Mungkin aku benar-benar bodoh.

Lantunan lagu Just The Way You Are milik Bruno Mars membuat pikiranku itu buyar seketika. Iwan Nama itulah yang tertera dilayar Hpku. Iwan  adalah sahabat karib Ferry  yang juga teman sekelasku, tapi justru karena itulah aku enggan menjawab telfon darinya. Hingga setelah beberapa kali ia menelfon, akhirnya aku menyerah, dengan malas aku mengangkat telfon itu.

“Elysa, sekarang kamu dimana? Ferry  masuk rumah sakit, dia lagi kritis sekarang. Kamu cepetan kesini ya?”
Telfon sudah terputus sebelum aku mengucapkan sepatah katapun. Entah kenapa tiba-tiba rasa khawatir menghujamku, rasa panik, dan takut datang bertubi-tubi padaku. Dengan terburu-buru, aku segera bangkit dari dudukku, menyambar kunci mobil yang tergeletak dimeja, dan segera berlari ke garasi, memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Kian bertambahnya detik, kian bertambah pula rasa khawatir, panik, dan sejenisnya.

Setibanya di rumah sakit, aku segera memarkirkan mobilku, segera berlari menuju lantai dua, mencari kamar 666 kamar tempat Ferry  dirawat. Aku berhenti sejenak, apakah aku pantas datang menghampirinya setelah aku pergi meninggalkannya tanpa jawaban? Aku berusaha melawan pikiranku itu, meyakinkan diriku bahwa aku pantas masuk kesana. Dengan rasa khawatir yang masih menyelimutiku, aku membuka pintu kamar itu, mengucapkan salam, dan berjalan masuk menghampiri Ferry  yang terbaring lemas tak sadarkan diri.

“Wan, Ferry kenapa?”

“Sini Sya ” Iwan  menarikku untuk sedikit menjauh dari Ferry . “Ferry  sebenernya kena kanker otak, dan udah hampir stadium akhir. Dia pernah cerita kalau keinginan terakhirnya, dia bisa nyatain cintanya kekamu, dan dicintai sama kamu. Dan aku baru tau kalau tadi dia baru aja ngelakuin itu.”

“Dan aku nggak bisa menuhi keinginannya itu.”

“Kamu bukannya nggak bisa, kamu cuma nunda. Dan yang harus kamu tau Sya, ucapin apa yang ada dihatimu sebelum semuanya terlambat. Aku tau kamu juga cinta sama Ferry, dan kamu harus segera bilang ke dia, biar dia seneng sebelum dia pergi. Waktu nggak ada yang tau, bisa aja dia pergi lebih cepat, dan kamu belum sempat ucapin itu ke dia.”

Aku meneteskan air mataku kembali, aku merasa bodoh dengan kejadian tadi, kenapa bisa-bisanya aku menjadi semunafik itu?

Iwan menarik tanganku untuk mendekat ke ranjang Ferry . Ferry  masih belum sadar, kata Iwan , Ferry baru melewati masa-masa kritis beberapa menit sebelum aku tiba disini. Aku menatap wajah Ferry  orang yang sebenarnya aku cintai ini masih belum bergerak, aku menyentuh tangannya, mengelusnya pelan seperti ia mengelus tanganku tadi.

“Ferr , kamu bangun yaa, aku mau bilang sesuatu buat kamu.”

Keajaiban, itulah yang terjadi sekarang ini, beberapa saat setelah aku mengucapkan kalimat tadi, ia menggerakkan tangannya, matanya mulai terbuka.

“Ferry ? Kamu bangun?”

“Elysa ? Kamu kok..”

“Aku udah tau semua dari Iwan Maafin aku ya, maafin sikap aku yang kabur begitu aja tadi. Jujur Ferr aku juga sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan maafin aku? Kamu nggak marah kan sama aku?”

“Sya , nggak ada yang perlu aku maafin, kamu nggak salah. Kamu kabur tadi juga hak kamu. Aku nggak marah sama kamu Sya, aku bakal tetep cinta sama kamu.”

“Ferr.. aku sekarang mau jadi pacar kamu..”

“Enggak Sya  enggak. Kamu sama Iwan  aja yaa, aku nggak bakal bisa jadi pacar yang baik buat kamu, yang ada aku bakal tinggalin kamu Sya  Maafin aku Sya, ini demi kamu, kamu akan bahagia tanpa aku Sya, karena kalau kamu pacaran sama aku, yang ada cuma tangis, nggak ada tawa.”

“Ferry .. aku nggak mau sama Iwan  aku maunya sama kamu, dan aku tau kamu nggak mungkin tinggalin aku. Kamu cinta sama aku kan? Kamu nggak bakal tinggalin aku!”

“Nggak bisa Sya, kamu tau kan hidup di dunia itu adalah jalan menuju hidup yang lain, hidup yang lebih kekal. Dan aku harus segera kesana Sya, aku yakin nanti disana kita pasti ketemu, aku yakin itu, kamu percaya sama aku kan?”

“Ferryy..”

“Percaya sama aku Sya, kita nggak usah pacaran, dengan tau kalau kamu cinta aku aja itu udah bikin aku bahagia. Makasih ya Sya”

“Sama-sama Fer..”

“Aku boleh peluk kamu kan?”

Aku terdiam, menatap wajahnya, kemudian mengangguk, dan memeluknya dengan perasaan campur aduk. Aku cinta kamu, dan aku nggak bakal maksa kamu.

Seminggu telah berlalu, seminggu yang berarti dalam hidupku, seminggu yang kuisi bersama Iwan , dan Ferry  tentunya.
Seminggu ini aku selalu menemani Ferry  di rumah sakit, merawatnya dengan penuh kasih sayang, memberinya senyuman yang kuharap bisa membuatnya lebih bahagia.

Tapi kini senyum itu pudar, digantikan kesedihan yang tak kunjung pergi. Ferry  telah pergi, ia telah menyelesaikan hidupnya di dunia, ia akan meneruskan hidupnya yang baru, hidup yang lebih kekal.

Ferry  menghembuskan nafas terakhirnya kemarin malam, dan pagi ini ia telah dimakamkan. Jujur saja aku sangat merasa kehilangan dengan perginya Ferry , tapi aku lega, lega telah mengatakan segalanya sebelum semuanya terlambat, lega telah memenuhi keinginan terakhirnya, lega bisa menemani hari-hari terakhirnya.

Ferry , disini aku hanya bisa berdoa, semoga kamu disana bahagia. Aku akan tetap mencintaimu Ferr, aku nggak akan lupain kamu, aku yakin kamu juga gitu Ferr ,, love you...



Dedicated To Someone in somewhere
Terimakasih untuk tahun2 kebersamaan kita
With love Nd Pray



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar sopan saya segan.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.