SURGA
DALAM BUKU – IRENE FAYE
Ray
menghentikan langkahnya di tengah taman. Benar saja, dia bisa menemukan gadis
itu di sana. Yuan Qin Shu, murid baru di kelas Ray yang tampaknya tak bisa
lepas dari buku. Bukannya Ray punya masalah dengan hal itu, tapi cara gadis itu
memandang bukunya jelas membuatnya selalu mengerutkan dahinya. Gadis itu selalu
menatap bukunya dengan sangat antusias seolah buku itu adalah sepiring besar
puding coklat. Ray cinta puding coklat.
Seperti biasanya gadis itu duduk di bawah pohon rindang sambil membaca bukunya. Kali ini kelihatannya buku yang dibacanya adalah buku fantasi klasik. Ray mengenali buku itu karena gurunya beberapa waktu lalu menyuruh kelasnya untuk meresensi buku itu. Tugas yang bahkan belum disentuhnya sama sekali.
Ray tak mengerti mengapa gurunya menyuruh mereka untuk membaca buku itu. Buku itu sangat tebal, tidak memiliki gambar dan yang ada disana hanyalah kata-kata. Kata-kata yang dengan melihatnya saja sudah membuat Ray malas. Alasan lain lagi yang membuat Ray tak bisa memahami kecintaan Yuan Qin Shu terhadap buku.
Sambil menenteng bola kakinya di satu tangan anak laki-laki itu berjalan dengan cepat mendekati gadis yang sedari tadi dipandanginya. Berhenti sejenak untuk memikirkan kata-kata apa yang harus diucapkannya, dan akhirnya memutuskan untuk menjatuhkan bolanya dan kemudian mengambil tempat untuk duduk tak jauh dari gadis itu.
“Apa bagusnya sih buku?” serunya dengan suara lantang. Gadis berwajah oriental itu mengangkat kepalanya sejenak sebelum kemudian mendelik kesal ke arah Ray. Jelas dia tidak suka Ray menganggu kegiatan membacanya.
Sambil menutup bukunya, gadis itu berdiri dari tempatnya dan kemudian berjalan pergi dan duduk di tempat yang sedikit lebih jauh dari tempat Ray duduk. Kembali membaca tanpa menghiraukan pemuda itu. Kali ini giliran Ray yang kesal. Memangnya dia ini parasit yang harus dijauhi apa?
Dengan cepat ia mengambil bolanya dan langsung menghampiri gadis itu. Qin Shu yang tampak terlalu asik dengan bacaannya hanya mengangkat matanya sekilas sebelum menjatuhkannya kembali ke deretan kata-kata yang ada di bukunya. Bertingkah seolah Ray tak pernah ada di hadapannya.
“Jangan pura-pura tidak tahu! Jika ada orang yang berdiri di depanmu seharusnya kamu menanyakan apa yang ia inginkan! Bukannya malah menghiraukannya!!!” gerutu pemuda itu kesal. Qin Shu hanya menghela nafas panjang sebelum kemudian kembali mengangkat matanya hanya untuk memandang Ray dari balik bukunya.
“Apa lagi yang kau inginkan sekarang, Rayburn?” tanya gadis itu sambil menandai halaman terakhir yang dibacanya dengan pembatas buku dan kemudian menutupnya.
“Aku tidak bisa menerima alasanmu menolakku! Mana ada orang yang menolak orang lain dengan alasan bawa ia jatuh cinta dengan buku! Alasan macam apa itu ? Aku tidak terima!” gerutu pemuda itu berapi-api. Qin Shu lagi-lagi menghela nafasnya.
“Apa kamu pernah membaca buku, Rayburn? Membaca tanpa paksaan tentunya. Apa kamu pernah melakukannya?” tanya gadis itu sambil membetulkan posisi kacamatanya. Ray terdiam.
“Cerita yang menggelitik rasa penasaran dalam deretan kata yang tersusun rapi, petualangan-petualangan baru yang tersembunyi di balik setiap halaman, keindahan imajinasi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, dan perasaan ini. Surga. Buku jelas menyimpan kedamaian surga di dalamnya. Apa kau pernah merasakannya?” tanya gadis itu lagi. Ray tetap diam seribu bahasa. Qin Shu hanya tersenyum.
“Saat membaca buku, entah bagaimana rasanya kita dibawa untuk mengarungi suatu dunia lain yang tak pernah kita lihat sebelumnya, mengenal dunia itu, mendalaminya, dan mencintainya. Tiba-tiba kita sudah menjadi bagian dari dunia itu dan ikut mencicipi setiap petualangan yang tersimpan di dalamnya. Tak bisa melepaskannya, tak rela melepaskannya, dan rasanya sulit sekali meninggalkannya. Saat itulah kau tahu bahwa kau jatuh cinta dengan buku.”
Gadis itu berdiri dari tempat duduknya, mebersihkan helai-helai rumput yang menempel di roknya sebelum kemudian menatap lurus ke mata Ray sambil tetap tersenyum. Mendekap bukunya dengan erat di dadanya seolah buku itu adalah harta yang paling berharga di hidupnya.
“Aku tidak bisa berpacaran denganmu, Rayburn, karena kau tidak mengerti keindahan dari sebuah buku. Aku bahkan tak pernah melihatmu membaca sebelumnya. Aku takut jika nantinya aku berpacaran denganmu kau akan selalu menuntutku menonton setiap pertandingan bolamu ketimbang menemaniku membaca di perpustakaan. Jadi maaf, sebaiknya kita tetap manjadi teman saja ...” ujarnya singkat seraya melangkah pergi. Meninggalkan Ray yang hanya bisa menatapnya dengan tatapan tak percaya.
†††
Dengan kesal Ray langsung melemparkan bolanya ke pinggir kamar. Gara-gara gadis itu, Yuan Qin Shu, dia jadi tidak bisa menikmati pertandingannya. Tidak, bukan salah Qin Shu, tapi salahnya sendiri. Kenapa pula dia harus menyatakan perasaannya pada gadis itu. Gadis itu hanya seorang kutu buku yang Ray yakin sama sekali tidak mengerti tentang bola.
Sayangnya Yuan Qin Shu sangat mengerti tentang bola. Justru karena hal itulah Ray menyukai gadis itu. Komentar Yuan Qin Shu tentang permainannya yang kritis dan cerdas, membuatnya terpesona pada gadis itu.
Tapi mengapa gadis itu harus jatuh cinta pada buku?! Setumpuk kertas yang dipenuh dengan tulisan yang tidak menarik. Kenapa gadis itu bisa jatuh cinta dengan buku? Ray sama sekali tak bisa memahaminya.
“Saat membaca buku, entah bagaimana rasanya kita dibawa untuk mengarungi suatu dunia lain yang tak pernah kita lihat sebelumnya ...Tiba-tiba kita sudah menjadi bagian dari dunia itu dan ikut mencicipi setiap petualangan yang tersimpan di dalamnya ... Saat itulah kau tahu bahwa kau jatuh cinta dengan buku.”
Kata-kata Qin Shu itu kembali terngiang di telinganya. Dia tak bisa mempercayainya tentu saja, tapi entah mengapa setelah mendengar kata-kata itu, Ray jadi ingin membuktikannya. Dia memiliki tugas untuk meresensi buku yang sama dengan yang sedang dibaca Qin Shu di taman tadi, itu artinya dia bisa mengambil kesempatan ini untuk mencobanya. Mencoba ikut jatuh cinta dengan buku.
Dengan ragu ia meraih buku yang menjadi tugasnya itu dan mulai membaca halaman pertamanya. Kata demi kata mulai membuatnya mengantuk, tapi kemudian saat kata-kata itu membentuk satu kalimat, kemudian menjadi dua kalimat dan akhirnya satu paragraf, Ray tak bisa lagi menghentikan dirinya.
Yuan Qin Shu benar. Cerita yang menggelitik rasa penasaran dalam deretan kata yang tersusun rapi, petualangan-petualangan baru yang tersembunyi di balik setiap halaman, keindahan imajinasi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, dan surga. Buku jelas menyimpan kedamaian surga di dalamnya dan dia baru saja jatuh cinta dengan surga itu.
-Fin-
Catatan: Cerpen ini saya buat untuk mengikuti lomba cerpen Surgabukuku 1st Birthday Giveaway! yang diadain oleh blog :
http://surgabukuku.wordpress.com. Memang pendek, karena batas maksimalnya adalah 1000 kata, jadi hasilnya memang segini hahaha
Seperti biasanya gadis itu duduk di bawah pohon rindang sambil membaca bukunya. Kali ini kelihatannya buku yang dibacanya adalah buku fantasi klasik. Ray mengenali buku itu karena gurunya beberapa waktu lalu menyuruh kelasnya untuk meresensi buku itu. Tugas yang bahkan belum disentuhnya sama sekali.
Ray tak mengerti mengapa gurunya menyuruh mereka untuk membaca buku itu. Buku itu sangat tebal, tidak memiliki gambar dan yang ada disana hanyalah kata-kata. Kata-kata yang dengan melihatnya saja sudah membuat Ray malas. Alasan lain lagi yang membuat Ray tak bisa memahami kecintaan Yuan Qin Shu terhadap buku.
Sambil menenteng bola kakinya di satu tangan anak laki-laki itu berjalan dengan cepat mendekati gadis yang sedari tadi dipandanginya. Berhenti sejenak untuk memikirkan kata-kata apa yang harus diucapkannya, dan akhirnya memutuskan untuk menjatuhkan bolanya dan kemudian mengambil tempat untuk duduk tak jauh dari gadis itu.
“Apa bagusnya sih buku?” serunya dengan suara lantang. Gadis berwajah oriental itu mengangkat kepalanya sejenak sebelum kemudian mendelik kesal ke arah Ray. Jelas dia tidak suka Ray menganggu kegiatan membacanya.
Sambil menutup bukunya, gadis itu berdiri dari tempatnya dan kemudian berjalan pergi dan duduk di tempat yang sedikit lebih jauh dari tempat Ray duduk. Kembali membaca tanpa menghiraukan pemuda itu. Kali ini giliran Ray yang kesal. Memangnya dia ini parasit yang harus dijauhi apa?
Dengan cepat ia mengambil bolanya dan langsung menghampiri gadis itu. Qin Shu yang tampak terlalu asik dengan bacaannya hanya mengangkat matanya sekilas sebelum menjatuhkannya kembali ke deretan kata-kata yang ada di bukunya. Bertingkah seolah Ray tak pernah ada di hadapannya.
“Jangan pura-pura tidak tahu! Jika ada orang yang berdiri di depanmu seharusnya kamu menanyakan apa yang ia inginkan! Bukannya malah menghiraukannya!!!” gerutu pemuda itu kesal. Qin Shu hanya menghela nafas panjang sebelum kemudian kembali mengangkat matanya hanya untuk memandang Ray dari balik bukunya.
“Apa lagi yang kau inginkan sekarang, Rayburn?” tanya gadis itu sambil menandai halaman terakhir yang dibacanya dengan pembatas buku dan kemudian menutupnya.
“Aku tidak bisa menerima alasanmu menolakku! Mana ada orang yang menolak orang lain dengan alasan bawa ia jatuh cinta dengan buku! Alasan macam apa itu ? Aku tidak terima!” gerutu pemuda itu berapi-api. Qin Shu lagi-lagi menghela nafasnya.
“Apa kamu pernah membaca buku, Rayburn? Membaca tanpa paksaan tentunya. Apa kamu pernah melakukannya?” tanya gadis itu sambil membetulkan posisi kacamatanya. Ray terdiam.
“Cerita yang menggelitik rasa penasaran dalam deretan kata yang tersusun rapi, petualangan-petualangan baru yang tersembunyi di balik setiap halaman, keindahan imajinasi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, dan perasaan ini. Surga. Buku jelas menyimpan kedamaian surga di dalamnya. Apa kau pernah merasakannya?” tanya gadis itu lagi. Ray tetap diam seribu bahasa. Qin Shu hanya tersenyum.
“Saat membaca buku, entah bagaimana rasanya kita dibawa untuk mengarungi suatu dunia lain yang tak pernah kita lihat sebelumnya, mengenal dunia itu, mendalaminya, dan mencintainya. Tiba-tiba kita sudah menjadi bagian dari dunia itu dan ikut mencicipi setiap petualangan yang tersimpan di dalamnya. Tak bisa melepaskannya, tak rela melepaskannya, dan rasanya sulit sekali meninggalkannya. Saat itulah kau tahu bahwa kau jatuh cinta dengan buku.”
Gadis itu berdiri dari tempat duduknya, mebersihkan helai-helai rumput yang menempel di roknya sebelum kemudian menatap lurus ke mata Ray sambil tetap tersenyum. Mendekap bukunya dengan erat di dadanya seolah buku itu adalah harta yang paling berharga di hidupnya.
“Aku tidak bisa berpacaran denganmu, Rayburn, karena kau tidak mengerti keindahan dari sebuah buku. Aku bahkan tak pernah melihatmu membaca sebelumnya. Aku takut jika nantinya aku berpacaran denganmu kau akan selalu menuntutku menonton setiap pertandingan bolamu ketimbang menemaniku membaca di perpustakaan. Jadi maaf, sebaiknya kita tetap manjadi teman saja ...” ujarnya singkat seraya melangkah pergi. Meninggalkan Ray yang hanya bisa menatapnya dengan tatapan tak percaya.
†††
Dengan kesal Ray langsung melemparkan bolanya ke pinggir kamar. Gara-gara gadis itu, Yuan Qin Shu, dia jadi tidak bisa menikmati pertandingannya. Tidak, bukan salah Qin Shu, tapi salahnya sendiri. Kenapa pula dia harus menyatakan perasaannya pada gadis itu. Gadis itu hanya seorang kutu buku yang Ray yakin sama sekali tidak mengerti tentang bola.
Sayangnya Yuan Qin Shu sangat mengerti tentang bola. Justru karena hal itulah Ray menyukai gadis itu. Komentar Yuan Qin Shu tentang permainannya yang kritis dan cerdas, membuatnya terpesona pada gadis itu.
Tapi mengapa gadis itu harus jatuh cinta pada buku?! Setumpuk kertas yang dipenuh dengan tulisan yang tidak menarik. Kenapa gadis itu bisa jatuh cinta dengan buku? Ray sama sekali tak bisa memahaminya.
“Saat membaca buku, entah bagaimana rasanya kita dibawa untuk mengarungi suatu dunia lain yang tak pernah kita lihat sebelumnya ...Tiba-tiba kita sudah menjadi bagian dari dunia itu dan ikut mencicipi setiap petualangan yang tersimpan di dalamnya ... Saat itulah kau tahu bahwa kau jatuh cinta dengan buku.”
Kata-kata Qin Shu itu kembali terngiang di telinganya. Dia tak bisa mempercayainya tentu saja, tapi entah mengapa setelah mendengar kata-kata itu, Ray jadi ingin membuktikannya. Dia memiliki tugas untuk meresensi buku yang sama dengan yang sedang dibaca Qin Shu di taman tadi, itu artinya dia bisa mengambil kesempatan ini untuk mencobanya. Mencoba ikut jatuh cinta dengan buku.
Dengan ragu ia meraih buku yang menjadi tugasnya itu dan mulai membaca halaman pertamanya. Kata demi kata mulai membuatnya mengantuk, tapi kemudian saat kata-kata itu membentuk satu kalimat, kemudian menjadi dua kalimat dan akhirnya satu paragraf, Ray tak bisa lagi menghentikan dirinya.
Yuan Qin Shu benar. Cerita yang menggelitik rasa penasaran dalam deretan kata yang tersusun rapi, petualangan-petualangan baru yang tersembunyi di balik setiap halaman, keindahan imajinasi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, dan surga. Buku jelas menyimpan kedamaian surga di dalamnya dan dia baru saja jatuh cinta dengan surga itu.
-Fin-
Catatan: Cerpen ini saya buat untuk mengikuti lomba cerpen Surgabukuku 1st Birthday Giveaway! yang diadain oleh blog :
http://surgabukuku.wordpress.com. Memang pendek, karena batas maksimalnya adalah 1000 kata, jadi hasilnya memang segini hahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar sopan saya segan.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.