27 Juli 2013

Malaikat Tanpa Sayap Part VI (Unspeakable Love, Unspeakable Truth)




Geboren - Hampa





Malaikat Tanpa Sayap Part VI,, Unspeakable Love


1364777351326317212
Gambar Ilustrasi Oleh Ferry Prasetyo / Silence / Dark art creative design
, Unspeakable Truth
Pernah merasa sendirian meski di dalam keramaian, suasana riuh di dalam kelas kampus di hari pertama dimana semua orang berusaha untuk memperkenalkan dirinya pada mahasiswa baru lain, sebagaian yang berasal dari satu daerah berkumpul sementara mereka yang berkenalan semasa ospek pun mulai asyik bercengkrama satu sama lain, aku tidak sendirian di kelas ini, masih ada teman-ku Edison Lee yang duduk di sebelahku, dia tampak asyik mencoba berkenalan dengan mahasiswa lain di kelas ini, koneksi buat dia sangat penting karena itu yang menyelamatkan nilai-nilai kuliahnya selama ini, ga dia ga nyontek cuma terlalu malas untuk mencatat semua tuga yang diberikan oleh dosen, sehingga dengan membuka banyak koneksi di kelas dia punya banyak cadangan teman untuk dipinjami catatannya.
Tapi pikiran-ku jauh menerawang, tidak disini suasana yang begitu gaduh pun tak mampu membuat pikiran-kuberada di tempat ini, jauh melayang menuju masa-masa indah antara aku dan Karen, ya Karenina Prayogo gadis cantik yang baru saja melangkah pergi dari kehidupanku, ini pilihan, aku punya kemampuan untuk memilih seminggu yang lalu, namun aku memilih untuk membiarkan dia pergi..
Ya kalau melihat kebelakang mungkin harus dimulai saat aku, Edison dan Karen pindah ke Jakarta, ga mudah buat aku dan Karen memutuskan ini semua, dia seorang model disana, beberapa majalah kota dan produk dibintangi olehnya, ada kekawatiran dari dirinya bahwa dia masih belum mampu bersaing di Jakarta, tapi aku yang memaksakan karena jujur aku berfikir semuanya akan baik-baik saja nanti di sini, tapi terkadang tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Orangtua, ya orangtuaku memang cukup terpandang di Semarang, pengusaha property yang cukup besar juga salahsatu pendukung Gubernur dalam pemilihan sebelumnya, dengan begitu akses proyek untuk usaha bokap juga jadi lebih mudah dibanding dahulu, yang berarti channel link bisnisnya pun mengingkat pesat, keuntungan itu yang aku manfaatkan untuk membantu karier Karen, aku tak pernah jujur mengatakan ini semua padanya, betapa jarangnya dia mengikuti proses casting harusnya membuat dia sadar tentang campur tanganku,. So what aku berfikir dia memang pantas mendapatkan itu semua, wajahnya oriental dengan rambut panjang dan sorot mata yang tajam, ditunjang dengan tubuh proposionalnya yang tidak kurus seperti kebanyakan model lainnya adalah modal baginya untuk menjajaki karier modeling ini.
Soal hubungan kami ?? ya 3 tahun sudah kami menjalin hubungan ini, dan setelah 3 tahun aku tak pernah menyangka bahwa berpisah darinya adalah hal yang cukup berat buatku, tapi memang tak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan ini semua. Mungkin juga semua adalah salahku yang terlalu mengikuti kekeras kepalaan dan nafsu.
Seperti yang orang-orang katakan, aku memang sudah melakukan hubungan seks dengannya, wajar rasanya selama ini semua dilakukan dengan bertanggung jawab, seengaknya itu semua wajar buatku, aku mencintai dia, dan aku yakin dia juga mencintaiku, so apalagi ?
Aku yang merengut kehormatannya itu, di bibir pantai Jogjakarta saat kami menyelusup kabur di sela study tour sekolah,
entah apa yang merasuki kami hingga melakukan ini semua,
Dan akhirnya aku tahu sesuatu, sesuatu yang sangat menyakitkan saat salah seorang agency mengatakan bagaimana Karen memaksa mereka agar mau memasukan namanya dalam kontrak, bahkan rela melakukan apa saja untuk kontrak itu, saat itulah semua pandanganku tentang Karen runtuh seketika, aku seolah tak percaya dengan apa yang kudengar, mereka tak pernah tahu kalau orang yang berdiri di depan mereka ini adalah Pacar gadis yang yang tengah mereka bicarakan dengan kata-kata kotor mereka, bagaimana mereka menggagumi kecantikan dan tubuh pacarku, aku diam menahan diri tak terpancing ucapan mereka, tapi jelas itu menimbulkan tanda tanya besar buatku.
Dan jujur aku tak bisa menghubungi ponselnya saat itu, berkali aku mencoba menghubunginya tapi tetap tak diangkat olehnya, aku berulang kali membalas SMSnya tapi tetap saja nihil. Entah berapa jam kemudian dia baru membalasnya, jenuh dan panik, kekalutan dalam hati yang ga bisa dibohongi bahkan meski aku berada di sebuah SPA dan Sauna khusus lelaki hidung belang sekalipun, aku benar-benar tak bisa menikmatinya, sementara Edison yang aku culik lebih asyik bercerita tentang cewek yang ditemuinya beberapa hari lalu, dan matanya yang dengan begitu rajin melihat satu persatu wanita yang dijajakan disana, pikiranku lebih terpaku pada Karen, hingga akhirnya saat dia membalas SMS ku, aku langsung menarik Edison pulang dengan paksa.
Dan saat itulah aku mendengar pengakuannya yang sangat mengecewakan. pengakuan dari Karen yang tak bisa kupercayai
Unspeakble Truth Unspeakble Love 2#
Apa yang paling diharapkan seorang cewek di usianya yang 18 tahun ?? harapan memiliki pacar yang tampan, kaya dan popular, dijemput dengan mobil dan diantar pulang atau kemana pun dengan mobil yang dimiliki oleh pacar kita ? menjadi salah satu dari sekian banyak gadis yang begitu sering dibicarakan karena keberuntungan kita yang memiliki pacar sesempurna itu, ya aku rasa aku orang yang cukup beruntung itu.
Jacksen Andres anak tunggal salah satu orang terkaya di kota ini, belum lagi dia juga begitu aktif dalam olahraga antar sekolah yang membuat namanya makin dikenal dikalangan kami, sungguh sebuah kebanggaan bila kita memiliki seorang pacar yang bisa kita banggakan, ya aku mencintainya sungguh sejak pertama dia menyatakan cintanya, saat itu aku sungguh berfikir kalau dia lelaki yang tepat untuk menjadi suamiku kelak,
Tapi memang tak semudah itu saat kita memiliki pacar yang jauh diatas kita, Cinderella story dimana seorang gadis dari kelas bawah yang bisa menikahi pangeran idamannya, andai cerita itu sungguh ada aku tentu sangat ingin menjadi Cinderella, dan Jack menjadi pangerannya.
Orangtuaku bukan berasal dari golongan tidak mampu, mereka dari golongan pekerja yang masih lebih dari mampu untuk membiayai sekolah ketiga anaknya, membiayai kuliah ketiga anaknya dan aku adalah anak bungsu mereka, sementara kedua kakak-ku laki-laki saat ini berada di luar kota mengejar karier mereka, dan buat mereka saat tahu bahwa putri bungsu mereka berpacaran dengan putra Pak Andreas sungguh ada kebanggan tersendiri untuk mereka, sejak saat itu semua yang terbaik yang bisa mereka berikan akan diberikan untuk-ku.
Terkadang ini menyiksaku, saat kedua kakak-ku pulang dimana sebuah mobil terparkir di garasi, mobil yang sengaja dibelikan orangtuaku untuk menunjang hubunganku dengan Jack, dengan harapan mampu membuat kesan bahwa aku dan Jack berasal ari golongan ekonomi yangtidak terpaut jauh, dan Karenina Prayogo ini pantas menjadi menantu dari Pak Andreas, sekali lagi menantu Pak Andreas mereka selalu menyebut kata itu dibanding dengan mengatakan bahwa aku akan menikahi Jacksen Andres anaknya.
Wajar kalau mereka menginginkan anak mereka hidup layak, lebih baik dari sebelum menikah, tapi dengan harapan yang terlalu tinggi itu, mereka seolah tak perduli dengan kenyataan lagi, setiap masalah yang aku hadapi dalam hubunganku dengan Jack, tetap aku yang selalu dipersalahkan, bahkan saat dia ketahuan bermain wanita bayaran dibelakangku-pun, aku kembali dipersalahkan dengan alasan, mungkin Jack hanya mengantar temannya yang kebetulan datang dari luar kota.
Aku mencintai Jacksen Andres? Ya mungkin benar aku mencintainya, aku tulus dengan cintaku tapi juga benar kalau aku katakan kalau aku memiliki sisi lain dimana ingin berjuang dengan usahaku sendiri, berjuang dengan apa yang aku punya, sehingga tidak pernah ada lagi saat dimana dia melihat dompetku yang hanya berisi beberapa puluh ribu dan kemudian memasukan uang ke dalamnya.
Hello ? apa ada yang salah dengan uang beberapa puluh ribu di dompet, itu uang jajan anak SMA normal pada umumnya, aku tahu dalam hati Jack dia hanya ingin aku bisa lebih leluasa dengan uang yang bisa dia berikan, tapi aku juga wanita yang ingin berusaha agar mampu melakukan apa yang aku mau dengan usahaku sendiri.
Karena itulah aku mulai ikut beberapa casting modeling, ga gampank memang berkali-kali aku mengikuti casting yang berujung dengan kegagalan, berkali juga aku mendapatkan pelecehan demi pelecehan dari pihak pemilik agency, aku bertahan karena dari uang yang aku dapatkan dari modeling ini sudah lebih dari cukup untuk membuat Jack tak perlu lagi memasukan uang di dalam dompetku lagi.
Mungkin aku terlalu keras dengan diriku sendiri, tapi jujur aku melakukan ini semua untuk kebaikan hubungan kami, aku tak mau kalau ada omongan dimana aku dikenal sebagai seorang istri yang hanya bisa meminta uang pada suamiku yang kaya, tidak buat-ku arti istri lebih dari ini semua, aku mau jadi pendukung utamanya, bahkan kalau bisa memilih aku ga mau Jacksen sekaya ini, sedikit lebih miskin, sedikit lebih normal sudah cukup, karena aku memang benar mencintainya.
Pergaulan di dunia modeling ini memang berbeda, disini seks memang sangat biasa, seorang model yang meniduri produser untuk sebuah iklan, ya walaupun skalanya masih di Jawa Tengah tapi praktek seperti ini sudah sangat biasa, bukan untuk sekedar iklan tapi juga koneksi ddengan harapan para produser itu akan mengenalkan kita dengan komunitas mereka yang berarti akan lebih banyak kemudahan dalam job yang mungkin bisa mereka berikan, aku berusaha sungguh berusaha untuk tidak memilih jalan pintas seperti itu, tapi tidak mudah memang kadang pelecehan dan tumpukan uang yang mungkin mereka dapat memancing imanku.
Pada saat itu aku hanya bisa berlari datang ke seseorang untuk bercerita, hanya pada dia aku bisa bercerita, ya sahabat-ku dan sahabat terbaik Jacksen.. namanya Edison Lee, dia berbeda dengan Jacksen yang temperamental, pembawaanya yang ceria dan pendengar yang baik membuatku nyaman untuk bercerita dengannya, bukan berarti aku lebih nyaman dengannya, Jacksen memiliki sisi sisi lain yang lebih baik seperti ketegasan, dan sebagainya tapi untuk urusan pekerjaan aku ga pernah bisa bercerita dengannya atau dia akan menyuruhku untuk mundur dari dunia ini, atau mungkin karena dia berfikir tentang ke superioritasannya dia akan datang ke agency itu dan memporak porandakan semuanya yang berarti aku akan di blacklist dalam komunitas itu.
Dia datang membawakan minuman kaleng, fanta merah kesukaanku.
“ Mobil dah dimasukin ke garasi bawah kan ?? “ tanya-nya ?
Aku mengganguk, dia mengingatkan karena tak mau kalau Jacksen yang rumahnya hanya berbeda beberapa rumah Rumah Edi datang dan menyalah artikan kedatanganku ke tempat Edi, ya Jacksen selain temperamental dia juga sedikit pencemburu.
“ Gimana ? koe jadi ikut kita ke Jakarta ?? ikut ajalah kasian juga si Jack nanti, kalau liar lagi kan repot ? “
“ Belum tau aku, gimana yo enaknya, aku takut Lee “ , “ Alice ga jadi kesini liburan ?? “ aku jadi ingat dengan adik tiri Edison yang berbeda ayah itu.
“ Takut kenapa toh ?? ayo masuk dulu dech jangan di teras, ga enak kalau si Jack lihat nanti. “ dia membawaku masuk dari teras lantai dua ke ruang keluarganya yang begitu mewah di lantai yang sama, “ Alice ga jadi dateng Ren, nanti dia ke Jakarta aja, dekat-dekat ujian katanya sekarang “
Setiap berada di ruangan ini selalu menatap lukisan aneh di ruangan itu, iya cukup aneh dengan sebuah lukisan keluarga, dimana Edison berdiri di belakang Papahnya yang duduk dengan seorang wanita di tengah dan lelaki bule di sebelah wanita itu, sementara di sebelah Edison berdiri juga seorang gadis cantik berwajah indo dengan rambut coklat dan mata biru, ya itu foto keluarga Edison dimana Papah dan Mamahnya sudah bercerai sementara kemudian Mamahnya menikah lagi dengan seorang pria bule tapi masih mampu menjalin hubungan keluarga dengan baik.
“ Yeh, benggong, kamu takud kenapa toh ?? “ dia langsung duduk di kursi L dan menyenderkan tubuhnya sambil menyalahkan TV di ruangan itu.
Jemarinya asyik memainkan remote TV sementara aku mulai bercerita tentangnya. Aku tahu dia mendengarkan dengan baik.
“ Gini toh Lee, kamu tahu kan cewe yang aku certain waktu itu ?? “
“ Model yang kamu bilang tidur sama produser itu ? “ katanya menebak
“ Iya, yang itu kan aku dapet lagi tawaran dari produser itu, nah lagi-lagi cewek itu ambil Job aku, ga tau gimana caranya, “ kataku
“ Ya, anggep aja bukan rejeki.. “ katanya santai
“ Bukan begitu Lee, dengerin dulu toh yooo “ aku mencubit lengannya.. “ Dia itu bekas model di Jakarta nah baru baru ini aja dia pulang ke Semarang, dan kata dia di Jakarta tuh, main belakang kayak gitu dah wajar banget, moso aku harus kayak gitu juga ? “
Dia bangkit dari tidur-tidurannya, mematikan TV yang memang tidak ada acara yang bagus dan ikut turun ke karpet duduk di depanku,
“ Ya kamu tahu Ren, Jack itu serius sama kamu, aku juga tahu kalau kamu tuh ga ngicer duid bapaknya yang banyak itu, makanya kamu mau kerja begini, mungkin bukan salah kamu juga, punya wajah cantik, badan bagus tapi otaknya kecil “ aku langsung memukul pelan lengannya, itulah Edison ga pernah bisa 100% serius tapi semua yang dikatakannya selalu reasonable.
“ Iya iya aku serius sekarang, kamu boleh aja ngejar semua impian kamu, tapi jangan jadi beban, kamu tahu kejelekan cewek kan kayak yang kamu bilang, kalian tuh cuma ga mau kalah sama cewek lain dan kalian bakalan bersaing ga jelas, menurut aku kamu ikut aja ke Jakarta ga usah ambil pusing dech dengan urusan karier kamu, sambil jalan aja semua.. “
Aku mengangguk setuju, memang benar aku paling ga suka dikalahkan. Tapi aku tetap tak bisa bercerita kalau untuk kuliah di tempat yang sama dengan mereka, tinggal di daerah yang sama dengan mereka itu sangat menyiksa buat orangtuaku dan berarti aku harus bekerja disana untuk memenuhi kebutuhan hidupku disana nanti, aku tak bisa bercerita tentang itu semua orangtuaku berulang kali mengingatkanku untuk tidak pernah bercerita tentang masalah ini pada siapapun.
“ Kamu mau makan da? Aku mau makan nich ? “ Tanya Edison sambil mengangkat gagang telepon, aku menggeleng, “ Diet lagi ? “ tanyanya yang kubalas dengan senyuman kecil
Dia menelepon ke bawah, ruangan pembantunya untuk minta dibawakan makanan untuknya, sementara sambil makan dia banyak bertanya dan sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan konyolnya tentang teman-teman modelku, dia mencari siaap yang tercantik dan sebagainya, percuma dia 100% virgin yang yang pernah menyentuh wanita, buat dia wanita itu untuk dihargai dan dicintai yang tentu saja ga cocok dengan cewek-cewek di duniaku.
Ponselku bergetar aku mengambilnya dan langsung mengangkat telepon dari Jack, aku menaruh telunjukku di mulutku pada Edison, menyuruhnya diam.
“ Iya yang, aku dah di jalan koq, bentar lagi sampe.. “ aku melihat jam di dinding sudah jam 3 kurang 5, lima menit lagi aku harus sampai disana, sesuai janjiku, sebenarnya tidak masalah bahkan kalau berjalan hanya butuh 2 menit ke rumah Jack dari sini, tapi aku harus sedikit memutar untuk menunjukan kesan aku baru sampai di daerah ini,.
Aku menutup telepon dan langsung mengajak Edison turun mengambil mobilku keluar dari garasi belakangnya sehingga tidak memutar terlalu jauh,
“ Iya sabar toh yo, baru beres makan iki, sakit perutku nanti,” terengah-engah dia memegangi perutnya sambil mengejarku, aku langsung menstater Suzuki swiftku, sementara Edison membuka pintu garasi belakangnya, dengan remote yang di ambil dari ruang pembantunya tadi.
“ Ati-ati ga usah ngebut, “ Ingatnya sementara aku pun mulai keluar dari rumahnya, sedikit memutar dan sampai di rumah Jack yang sebenarnya tidak terlalu jauh, di depan Om Andreas, sudah berdiri di depan pintunya, dengan 2 buah koper yang sedang dimasukan ke dalam mobil oleh supirnya,. Om Andreas sendiri tampak begitu berwibawa dengan kumis tipis di wajahnya, wajahnya yang teduh namun terlihat tajam dan jasnya yang membuat penampilannya begitu istimewa.
Aku bergegas turun setelah memarkir mobilku di depan garasi yang tertutup.
“ Om, maap saya agak terlambat,.. “ Kataku sambil menjulurkan tanganku
“ Karen, ga apa-apa, om juga cuma pergi keluar sebentar, bukan urusan penting gimana, sampai harus diantar sama calon menantu gini, emank si Jack suka maksa yang enggak-enggak ya, “ Sementara dari dalam, Jacksen dengan Mamahnya keluar.
“ Tante “ sapaku sambil tersenyum
“ Karen, sampai kesini.. “ , aku melihat dandanan mamahnya yang selalu mewah, tapi kali ini aku tahu kalau mamahnya ga ikut dalam perjalanan bisnis papahnya, karena bajunya terlalu biasa dibanding saat mereka pergi keluar negri.
“ Gapapa tante, kan mau pergi juga sama Jack nanti, mau omongin soal kuliah juga. “ aku beralasan.
“ Oh iya kuliah, gimana Jack ? kamu dah pastiin tinggal di tempat kemarin itu ? “ Tanya Om Andreas
“ Udah Pah, udah Jack urus juga, masih sama Edison juga mungkin senin depan Jack ke Jakarta bareng Karen dan Edison, kan harus urus administrasi. “
“ Oh, Karen dah pasti ya kuliah disana, bagus dech tante lebih tenang kalau ada kamu disana jadi Jack bisa kuliah bener juga,. “ Ya inilah kebiasaan Jack yang selalu otoriter, dan sekarang aku benar-benar tidak bisa mengelak lagi untuk kuliah disana.
Aku hanya mengganguk mengiyakan, “ Iya tante, kita pergi buat urus administrasi sama beberapa syarat yang dibawa. “ kataku.
“ Yawda, tante anter om dulu ke bandara, nanti tante pulang kamu makan malem disini aja ya sekalian omongin soal kuliah kalian, jangan makan diluar ya Jack. “ ingat Mamanya.
“ Iya, iya, yawda tuh kasian si Papa nanti telat lagi berangkatnya. “ kata Jack sambil memeluk Papanya.
Aku memeluk om Andreas juga, itu sudah biasa aku lakukan 2 tahun kebelakang, “ Ati-ati ya om “ kataku
Om Andreas hanya tersenyum, dan masuk ke pintu belakang Elgrand miliknya.
Tak lama mobil itu pun bergerak maju, dan aku langsung mencubit perut Jack.
“ Kamu tuh selalu begitu, selalu maksa aku nurutin kemauan kamu.. “ aku mencubitnya kesal.
“ Abis kamu lama, apa apa selalu lama mutusin sesuatu, jadi harus aku paksa dulu semuanya. “ dia menerkamku ingin membalas cubitannya, aku berlari masuk ya sering sekali kami kejar-kejaran seperti ini dirumahnya.
“ Udah ah, cape nih “ protesku entah sudah berapa menit kami berlarian,..
“ Ga mau, aku mau bales dulu.. “ Katanya.
Aku pun kembali berlari menghindarinya, sebelum kemudian berusaha bersembunyi dalam kamarnya dan menguncinya. Jack langsung mengetuk-ngetuk pintunya.
“ Yang buka yang, masa aku dikunciin di rumahku sendiri “ dia mengetuknya terus.
“ Ga mau, enak aja.. tar kamu bales aku… “
“ Enggak beneran, aku dah cape nich, mau minum “ Jawabnya
“ Enggak, ga percaya.. bweeee “ balasku
“ Ah, kamu emank sengaja aja ngajak ke kamar, dah kangen kan sama aku.. “ pancingnya
Kurang ajar, aku langsung membuka pintu, sementara Jack langsung menerkamku dan menggendongku ke atas kasurnya..
“ Aaahhhhhh… parah banget masa ngajak cewenya main di ranjang.. “ protesku.
“ Ga mau ? Beneran ga mau ?? “ tanyanya
Wajahku langsung memerah karena pertanyaannya itu
Aku mencubit perutnya lagi. Sambil mencium bibirnya
2 months Later
Aku benar-benar frustasi sekarang, entah berapa kali casting dan hasilnya hanya tolakan dan tolakan, sementara sebagian yang menginginkan casting lebih lanjut mengadakan audisi di sebuah hotel, dengan nomor kamar tertentu, Jakarta benar-benar gila dengan prositusi yang terang-terangan dalam bisnis ini, seolah ada tubuh maka ada pekerjaan.
Dan aku masih kurang 6 juta lagi untuk membayar uang kontrakan tahunan,aku tak sampai hati untuk mengatakan kalau uang kontrakan ku sebesar 60 juta pertahun, aku mengatakan bahwa uang kontrakanku di Jakarta adalah 2 juta sebulan dan berarti hanya 24 juta pertahun, dengan uang modeling yang kukumpulkan di semarang dan 2 proyek dari ratusan casting yang aku datangi masih kurang 6 juta rupiah dan aku sudah telat 1 bulan dari janjiku untuk melunasi sisa pembayarannya.
Ponselku kembali berdering, aku mengangkat ponsel itu dan aku tahu itu dari salah satu klien yang begitu gencar ingin menggunakan jasaku, bahkan pemilik proyek yaitu Peter Manuel sampai menghubungiku beberapa kali, dan siap membayar kontrak-ku sebesar 30 juta untuk 6 bulan, dan akan meningkat bila kontraknya diperpanjang, namun aku belum mengiyakannya sampai saat ini karena audisi terakhir selalu berada di hotel dengan kamar tertentu, jelas tidak masuk akal rasanya kalau harus menghadapi klien teken kontrak di dalam kamar hotel.
Lagi-lagi aku menolak halus, aku pun mengendarai mobil Jack yang kupinjam untuk audisi karena mobilku belum datang dari Semarang, paling cepat besok baru akan sampai. Aku hanya
ingin mendapat pelukan darinya setelah penolakan untuk kesekian kali yang kudapatkan hari ini.
Aku memarkir mobil Honda Accord yang baru saja dibelinya tepat di depan carport, sementara di sebelah rumah Jack, Edison dan Alice tampak sibuk dengan motor barunya yang baru saja datang.
“ Wih motor baru nich… “ Kataku, tampak Edison sibuk mengelap motor barunya itu, Yamaha R-1 warna Putih.
“ Keren banget ya, gila ga nyangka dapet hadiah gini karena lulus UN padahal jawaban juga dapet dari si Jack. “ dia tertawa-tawa sambil melap motornya itu..
“ Cici… “ Alice melompat memeluk-ku, anak ini memang selalu manja pada semua teman kokonya, anaknya lucu baik dan begitu perhatian, tapi tingginya memang tidak normal untuk ukuran anak SMP sepertinya.
“ Kapan dateng Lice ? “ Tanyaku sambil duduk di tangga masuk ke rumah
“ Baru aja ci, tadi di jemput koko dibandara, darimana ci ? “ tanyanya, sambil menunjuk Edison yang masih berjongkok entah membersihkan bagian apa dari motor barunya.
“ Biasa, casting Lice, cape makanya nich.. “ Kataku sambil memeluknya.
“ Yaaa, cape ya ci, tapi dapet kan ?? “ tanya-nya dengan antusias
Aku menggeleng, sambil tertawaa
“ Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh “ katanya panjang, dia mengepalkan kedua tangannya, “ coba lagi ci, semangat semangat “ katanya dengan tulus, aku jadi tertawa geli melihat gayanya itu, yang membuatku mulai bersemangat.
Sementara dari sebelah sana, dengan mimic mengantuknya, Jack tampak menguap sambil merenggangkan tubuhnya di depan pintu townhousenya,
Aku melambaikan tangan padanya yang dibalas dengan lambaian tangan olehnya, Alice ikut melambaikan tangan pada Jack, Jack hanya tersenyum dan memperagakan seperti orang yang mau mandi dan makan dulu sebelum kesana. Alice hanya mengganguk dan mengacungkan jempolnya pada Jack.
“ Yawda, cici kesana dulu ya nanti malem kita makan bareng aja ya, apa siang ya ?? “ Tanyaku
“ Jangan siang ci, KKo dah janji ajak aku nonton.. “ Katanya
“ Eh kapan bilang janji ?? “ Edison langsung menolak dan berdiri.
“ Ga mau tahu, pokoknya harus, H A R U S !! “ Balas Alice, dan Edison pun langsung mengalah dan kembali sibuk dengan motornya,
“ Yawda, Lee gw kesana dulu ya, nanti malem makan bareng jangan lupa “ ingatku, dia hanya menjawab iya panjang.
Sementara aku pun berjalan menuju Jack dan memeluknya sebelum dia mengajak-ku masuk.
“ Bau ich kamu, masa jam segini baru bangun. “ Protesku melihatnya yang malah kembali tidur-tiduran
“ Ah, gapapa yang penting kamu tetep sayang kan sama aku, hahahaha “
“ Enak aja, bau gitu siapa juga yang mau nyium “ aku memeletkan lidahku
“ Siapa yang minta dicium, kamu aja yang minta kan, aku minta disayang tahuuu “ Katanya.. ya lagi-lagi dia mengerjaiku.,
“ Nich aku cium “ katanya sambil kemudian tiduran di bawahku, yang tengah asyik berpangku tangan sambil membaringkan tubuhku di ranjangnya.
“ Gimana tadi ?? “ tanya-nya.
Aku menggeleng, “ Yawda coba lagi ya, sini cium aku dulu donk “ bisiknya, sambil tersenyum aku pun mencium keningnya itu. Sambil tersenyum., dia menarik-ku dan mencium bibirku.
Aku menghentikan ciumannya, aku menunjuk ke jendela yang belum tertutup gorden
“ Hummmm, bukannya lebih baik begitu sayang ?? “ He’s teasing me
“ Siapa yang ?? “ tanyaku terbangun karena ponsel Jack yang berdering, sambil terbangun di pelukannya, kami berdua masih belum berbusana.
“ Kenapa sih Lee ?? “ tanyanya masih mengantuk “ Loe gila, gimana gue nyarinya, gw aja ga apal daerah sini, coba loe liat dech, ada petunjuk jalan apa. Aneh-aneh aja bisa abis bensin sih ?? “ protesnya.
Tak lama dia pun mematikan ponselnya.
“ Itu tuh si dungu, bisa keabisan bensin motor barunya, ga tahu juga dia dimana sekarang.. “ katanya sambil memeluk—ku lagi,
“ Udah, jangan marah-marah, kan memang udah biasa kalau dia ceroboh “ kata-ku, Jack hanya tersenyum lagi dia memang lebih hapal dengan sifat sahabatnya itu,
Dia malah iseng meremas dada-ku, dan mencium bibirku, kali ini aku menolaknya, “ kamu dak nolongin temen kamu dulu ? “ protesku
“ Belum, dia juga belum tahu dimana, “ Aku menunjuk ponselnya yang berdering lagi. Dia pun tak punya pilihan untuk mengangkat telepon itu.
“ Yawda, aku mandi sebentar ya yang, beli bensin dulu buat si dungu nich, “ Dia pun bangkit dari ranjangnya dan menuju kamar mandi, sementara aku mengambil baju dari lemarinya untuk dia pakai nanti.
“ Ati-ati ya, ada dirijen kan buat bensinnya ?? “ tanyaku
Dia mengambil dirijen bekas sabun lantai dari dapur yang masih berantakan, dan menunjuknya padaku.
“ Sebentar ya, aku cari bensin ma anter dia pulang dulu. “ Kata Jack yang kubalas dengan anggukan.
Aku pun langsung memegangi selimut yang aku pakai untuk menutupi tubuhku, karena dia pasti akan iseng menarik lepas selimut atau handuk yang biasa aku gunakan,
“ Yah, ketauaannn “ protesnya sambil tertawa,
“ Udah sana cepetan, “ kataku, sementara Jack pun keluar dan mengunci pintunya dari luar.
Saat aku berbalik, aku melihat sebuah dompet di atas dipan ranjang, ya biar dia mengatakan bahwa Edison ceroboh, sama dengan dirinya yang juga ceroboh dan pelupa, aku mengambil dompet itu dan bergegas berjalan keluar, tapi mobil yang dikendarai oleh Jack, sudah berjalan pergi untung ada uang receh 100 ribuan lebih yang memang sengaja ditaruh di mobil untuk membayar tol atau parkir, pasti cukuplah karena Edison juga ga mungkin terlalu jauh dari daerah ini, sehingga ga perlu bensin dengan jumlah besar.
Aku melihat dompet itu, di dalamnya terdapat beberapa lembar uang ratusan ribu, kartu ATM, credit card, SIM, KTP kartu mahasiswa barunya dan foto kami berdua, aku melihat foto itu dimana dia tengah tersenyum di bibir pantai, sambil menggendongku, diambil dengan kamera otomatis di sebuah pantai di Jogja, malam kenangan dimana dia memiliki tubuhku sepenuhnya,.
Tapi ada sebuah kertas yang menarik perhatianku, aku melihat kertas itu sebuah kwitansi pembayaran kost atas namaku, dia melunasi semua sisa pembayaran kontakkanku, sekitar 20jutaan,kulihat lagi kertas-kertas atm yang ada di dompetnya, satu persatu kulihat ada bon pembayaran makanan, ada biaya internet dan pembelian barang elektronik dan satu lagi, berisi uang sebesar 20 juta yang dikirim ke rekeningku,
Aku benar-benar kecewa, rasanya harga diriku tercoreng saat aku berusaha mati-matian memenuhi semua kebutuhanku sendiri, membeli satu persatu kebutuhan rumah dengan keringatku sambil menyisihkan untuk pembayaran kontrakan, dia seenaknya membayar semua ini dengan uang yang tak perlu dia susah payah dapatkan, aku harus menyalahkan siapa ? orangtuaku yang memaksaku untuk tinggal di lingkungan yang sama meski ukuran rumah yang berbeda namun tetap dengan harga selangit sehingga aku terpaksa bekerja keras, atau keterbatasanku sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan?
Atau yang terakhir aku harus menyalahkan Jacksen Andres yang tak pernah sedikitpun berusaha memberikan aku waktu untuk bisa memenuhi kebutuhanku sendiri, aku menunggunya, menunggu untuk mendapatkan jawaban langsung darinya, satu jam aku menunggu dan dia masih belum kembali, kuambil ponselku, kuketikan dua kata untuknya,
AKU KECEWA tulisku, aku beranjak ke kamar mandi dan mencuci bersih tubuhku, aku menangis di kamar mandi air yang menerpa wajahku seolah mengurai air mata dan air hangat yang turun ke wajahku itu.
Tak lama sebuah mobil berhenti di depan rumah, aku tahu itu pasti Jack, terdengar percakapan sesaat sebelum pintu itu terbuka.
Aku langsung memasang tampang marah, dan kecewa kulempar kertas kwitansi dan pengiriman uang itu ke wajahnya.
“ Kamu kenapa sih yang ? “ dia berusaha menahan emosi.
“ Kamu tahu kenapa, jangan pura-pura ga tahu, “ protesku
“ Ini ? ini semua ?? “ Tanyanya sambil mengambil kertas-kertas itu di lantai.
“ Iya, kamu tahu itu sama aja mencoreng harga diri aku. “ aku menangis kali ini.
“ Kamu dah tahu, aku paling ga suka kamu masukin uang ke dompet aku, tapi kali ini lebih parah kamu kasih aku sekian juta di rekening aku, apa-apaan kamu ?? “ protesku.
Dia menggaruk kepalanya seperti biasa saat dia binggung.
“ Aku ga maksud gitu yang, sungguh “ dia berusaha memeluk-ku
Aku menolak pelukannya itu, aku melepaskan diriku dari pelukannya.
“ Jadi kamu pikir kasih beberapa juta, buat pacar itu wajar ? wajar banget ?? “tanyaku
Dia mengganguk yakin
“ Aku rasa kamu pantes untuk itu “ katanya santai
Gila, ada ya orang seperti itu, dengan begitu dia sama saja mengatakan bahwa cinta yang aku kasih itu senilai dengan rupiah yang dia berikan.
“ Aku mampu, aku tahu aku mampu melepaskan diri dari masalah uang yang,.. kamu tahu kan “
Dia mengangguk, “ Aku cuma membantu kamu, supaya ga terlalu terbebani, itu aja koq “
“ Sama aja, itu sama aja kamu ga percaya sama aku. “ aku benar benar marah “
“ Aku ga ngerti sama kamu, cewe lain pasti seneng klo cowonya kaya aku, “ katanya yakin
“ Ya bagus, bandingin aja terus, pacaran aja sama cewe lain ya “ kataku singkat
“ Kamu kenapa sih, bener bener aku ga ngerti, aku salah apa ? aku salah apa ? “ dia malah berbalik marah
“ Aku ya, aku ya yang harusnya marah, bukan kamu “ Bentak-ku
“ Kamu kenapa bentak aku ? , Kamu bentak aku ?? “ dia memaki-ku
“ Iya kamu pantes dibentak !! “ aku tak mau kalah
“ Kamu bisa apa emank ? modeling ? modeling apa ?? aku yang bantuin kamu dapetin proyek besar, kamu belum mampu untuk berdiri di kaki kamu sendiri kayak yang kamu bilang, TAHU !! “
Tuhan, jadi selama ini dia membohongi ku
“ Jadi selama ini ? jadi selama ini kamu bantuin aku ? “,” Kasih aku banyak mimpi terus ternyata semua itu semu ?? “ aku menangis mendengar itu semua, sama saja menghancurkan semua kepercayaan diriku selama ini.
“ Iya, emank kenyataannya begitu, ga suka ?? “ tanyanya menantang
Aku menamparnya, untuk pertama kalinya aku menamparnya
Berlari, aku berlari keluar dari rumah itu melewati beberapa blok sebelum masuk ke dalam rumah kontrakan-ku, dan diam disana, aku diam menutup rapat semua pintu dan jendela. Aku termenung sendirian, sungguh tak menyangka kalau semua yang selama ini menjadi kebanggaan buatku, ternyata semu, hanya bayangan Karenina Prayogo seorang model yang tengah berusaha keras menaikan popularitasnya hanya seorang gadis lemah yang butuh bantuan begitu banyak orang untuk hidupnya, pengemis yang hanya bisa meminta bantuan orang lain untuk bertahan hidup.
Aku hancur, sungguh hancur saat tahu kalau Jack dengan sengaja berusaha membantuku mendapat proyek-proyek besar di Semarang, proyek yang selama ini aku banggakan, satu-satunya kebangganku dimana aku bisa memberikan hadiah mahal buat Jack, peralatan sepak bolanya waktu tim sekolah masuk turnamen nasional, meski akhirnya kalah di perempat final, kenangan saat dia dengan bangga memamerkan hadiah yang aku berikan buatnya pada teman-temannya. Pada orangtuanya tapi semua semu. Sungguh semu.
Aku hanya bisa menjatuhkan tubuhku di atas ranjang, menangis sepuasnya..
Jujur aku berharap dia mengejarku, mengejarku dan mengambil semua uangnya dan memeluk-ku.
Tuhan
Bahkan telepon darinya pun cukup
Tidak kalau itupun terlalu berlebihan, cukup dengan SMS maaf darinya.
Sementara malam mulai berganti, dia sama sekali tidak berusaha mencariku, tidak ada sedikit pun usaha darinya untuk meneleponku, membujuk-ku, meminta maaf dariku. Apa terlalu tidak berharganya kah aku hingga dia tidak mau melakukan itu untuk-ku, untuk-ku pacarnya yang selalu dipuji dengan kata-kata cinta setiap harinya. Apa dia ingin aku yang datang memohon-mohon, meminta maaf atas kata-kata kasarku ? meminta aku menjilat ludahku sendiri, menjilat kata-kataku sendiri tentang berdiri diatas kakiku ini ?? atau memang aku sudah tak berharga lagi untuknya ?
2 hari aku menunggunya selama dua hari, hanya Alice dan Edison yang mencariku, Alice berulang kali mengajak-ku makan dan menemaninya keluar, sementara aku hanya bisa meminta maaf karena tak bisa menemaninya, dia pasti kecewa karena aku berbohong mengajaknya makan dan main, tapi tak mampu memenuhi janjiku itu, aku diam tak ada lagi air mata yang bisa menetes, semua kering dan tak lagi mampu menunjukan kesedihan.
Ya tak ada satupun sms, telepon dari Jack untuk-ku, dia tak perduli padaku, padahal aku tak pernah tidur selama 2 hari ini menunggunya untuk menghubungiku cukup satu kali saja. Tidak juga melangkah selangkahpun dari rumahku, berharap dia datang menemuiku, tidak tidak pernah dan ya, Cukup !
Aku mengambil ponselku, menelepon agency-ku, bertanya apa masih ada kesempatan untuk-ku mendapatkan proyek dari Pak Peter?
Ya dan sekarang disinilah aku berdiri, di sebuah kamar hotel mewah, aku tak pernah menyangka kalau Peter ternyata tak berumur jauh dariku, mungkin sekitar 4-5 tahun diatasku, wajahnya pun bisa dibilang lumayan tampan, meski terlihat sedikit jahat dan kejam, aku lebih banyak tersenyum sampai akhirnya dia menawarkan kontrak dengan jumlah lebih besar, aku hanya mengganguk dan menandatangani kontrak itu, dia pun memainkan ponselnya dan menunjukan bahwa uang itu sudah masuk dalam rekeningku, dia kemudian berdiri, melepas kemeja yang dia kenakan hingga sekarang hanya tersisa celana jeans dan sepatu di tubuhnya, aku tahu apa yang harus kulakukan,
Kutarik nafasku panjang, mematikan ponselku, berdoa di dalam hati meminta maaf atas semua yang kulakukan, dan berjalan pelan mendekatinya yang tengah duduk di atas ranjang itu, aku menundukan tubuhku dan membantunya melepas sepatunya, ya sesuai dengan permintaanya entah mungkin sejak saat ini aku akan menjadi budaknya.
Ya hancur, aku tahu aku hancur saat ini, sementara aku berjalan perlahan keluar dari ruangan hotel itu dan mengendarai mobilku pergi keluar, mengambil uang yang kubutuhkan untuk membayar Jack, kali ini kau menjual harga diriku untuk mendapatkan kembali harga diriku di depan orang yang aku sayangi.
Aku memarkir mobilku di depan rumahnya, aku masuk ke dalam sementara dia duduk di ruang tamu, wajahnya tampak kusut, pucat dan kurang tidur, tidak pernah aku melihatnya sekusut ini sebelumnya, dari pakaiannya sepertinya dia baru saja pergi, mungkin bersama Edison mengantar Alice pulang ke bandara, karena tadi Alice sempat mengirim pesan padaku, saat aku diitiduri oleh Peter, dia meminta maaf kalau dia membuatnya marah, bukan begitu Alice, cuma cici yang tidak berguna sehingga harus menjual diri seperti ini, dibawahnya tertulis kalau Jacksen mengkawatirkan aku, aku tersenyum sedikit memiliki harapan untuk kembali dalam pelukannya.
“ Kamu apa-apaan sih ?” tanyanya
“ Kamu tahu apa yang kamu lakukan, “ , “ dihitung dulu “
“ Aku ga butuh ini semua, aku butuh kamu,” Katanya sambil melempar kantong uang itu.
“ Bullshit, kamu sadar ga sih kamu nyakitin aku ? “ tanyaku
“ Enggak, aku nglakuin sesuatu yang menurut aku wajar, cuma itu “ dia mengelak
Dan lagi aku harus berhadapan dengan keegoisannya.
“ Ok jadi, kamu ngerasa superior, lebih segalanya dari aku, jadi kamu boleh ngelakuin apa aja ke aku ? “ , “ aku juga bisa dapetin uang, kali ini dengan jerih payah aku sendiri, kamu ga lakuin apapun, diitung uangnya kurang atau ga ?? “ aku memakinya
“ Uang-uang-uang” . “ Cuma uang yang ada di otak kamu hah !!! “ nadanya tinggi membentak-ku
“ Ya karena kamu selalu berfikir kalau aku mencintai uang kamu ga lebih dan ga kurang !! “ entah kenapa aku berbicara seperti ini. Tuhan tolong hentikan semua omong kosong ini.
“ Udahlah, cape bicara sama kamu “ dia menjatuhkan lagi dirinya keatas sofa.
“ Jadi kamu sama sekali ga ngerasa salah sama aku “ aku bertanya berusaha selembut mungkin
Dia menggeleng
“ Aku tanya kedua kalinya, kamu ga ngerasa salah sama aku sedikitpun ? “ tanyaku mulai menangis
Dia menggeleng lagi untuk kedua kalinya
“ Terakhir aku tanya, sedikit aja, apa kamu ga ngerasa dah nyakitin aku ? “ tanyaku
“ Enggak, enggak enggak, ga sedikit pun !! “
Aku menarik nafas panjang, hatiku benar-benar hancur, aku menjual tubuhku untuk mendapat lagi pengakuan dari orang yang aku sayang, aku mampu berdiri di kaki aku sendiri, tapi nyatanya..
Aku berbalik, menghapus air mataku,
“ I’m sorry, Goodbye “ kataku melangkah pergi.
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar sopan saya segan.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.