12 Mei 2013

GERBONG KERETA PART II



 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8HTs8NukonxDEtbxIIU_mPLoUJO75VmVwaOS10WjJ6urfFmTrB8SoVIHs9KCyHKdZZdA7P9uYrGBC5zy23UdYaTjgInoFowMi6g2lL_s9eOb5U8Crynq6HbAoeoYrc-LoY05dVoXnYjN-/s1600/scary+wallpaper+-+gothic+wallpaper+-+horor+wallpaper+7.jpg




Setelah beberapa menit mereka berjalan dalam kegelapan di gerbong 4 itu, akhirnya mereka tiba di gerbong terakhir . Mereka lega karena telah melewati gerbong yang sangat menakutkan itu . Digerbong terakhir ini suasananya tidak jauh berbeda dengan gerbong 4 yang baru saja mereka lewati barusan . Hanya saja di gerbong terakhir ini ada lampu yang menerangi meskipun lampu itu setengah mau mati . Dan digerbong terakhir ini mereka melihat dua orang petugas kereta yang sedang tertidur pulas di sudut pojok gerbong .

“Wir, gue masuk bentar yaa . Loe tungguin gue disini .”, ucap Galdis yang kemudian masuk kedalam kamar kecil .
“Loe jangan lama-lama didalem Dis .”, jawab Wira .
“Iyaa ! cerewet loe ahh .”, sahut Gladis dari dalam kamar kecil .

Wira pun menunggu Gladis keluar dari kamar kecil dengan sabar . Sambil melihat-lihat keadaan disekitar gerbong, Wira menyanyi dengan nada suara yang pelan, karna ia tidak ingin petugas kereta yang sedang tertidur itu terbangun karena suaranya itu . Namun tiba-tiba Wira melihat sekelebat bayangan hitam muncul di depan matanya . Wira sangat terkejut dengan kejadian yang baru saja ia alami, hingga tanpa sadar Wira menutup kedua matanya . Namun saat Wira membuka matanya kembali dan mencari bayangan hitam tadi, namun hasilnya nihil, bayangan itu tidak ada . Wira beranggapan bahwa bayangan tadi itu hanya imajinasinya semata karna kelelahan .  Setelah 3 menit berada didalam kamar kecil, akhirnya Gladis keluar .

“Ayoo Wir balik ke tempat anak-anak !”, ucap Gladis ketika keluar dari kamar kecil dan hendak berjalan menuju gerbong 4 .

Namun tiba-tiba Wira menarik tangan Gladis dan mendorong Gladis kedinding kamar kecil lalu mencium bibir Gladis dengan penuh kasih sayang . Gladis sangat terkejut dengan tindakan Wira yang tiba-tiba itu . Gladis terdiam beberapa saat dan menikmati kejadian yang ia alami saat ini . Gladis tiba-tiba teringat akan kenangan masa lalunya saat bersama Wira . Namun Gladis teringat akan Sesil, pacar Wira saat ini . Gladis mencoba mendorong Wira dan melepaskan diri dari pelukan Wira . Tapi Wira terlalu kuat memeluk Gladis, sehingga Gladis kewalahan melepaskan pelukan Wira . Wira terus menciumi bibir Gladis, ia tak peduli walau Gladis mencoba untuk melepaskan diri darinya . Namun Gladis terus memberontak, akhirnya dengan tenaga yang terkumpul, Gladis mendorong Wira dan akhirnya ia bisa melepaskan diri dari pelukan Wira .

“Plaaaakkk !!”

Tanpa diduga Gladis menampar pipi Wira dengan tamparan yang sangat keras . Wira pun merasa kesakitan dan ia memegangi pipinya yang merah itu akibat tamparan Gladis .

“Loe udah gila ! Teganya loe ngelakuin ini ke gue ! Loe gak inget Sesil ! gimana kalo Sesil tau apa yang baru saja loe lakuin ke gue ! apa yang loe pikirin sampai loe berani berbuat itu !”, amarah Gladis pun melonjak dan tanpa disadari air matanya pun terjatuh membasahi pipinya itu .

Petugas kereta yang semula tertidur pulas itu, akhirnya terbangun karna teriakan Gladis yang sangat keras itu . Kedua petuga ketera itu pun akhirnya pindah ke gerbong 3 . Karena mereka tak ingin mendengar pembicaraan Gladis dengan Wira .

“Sorry Dis . Tapi gue masih sangat mencintai loe .”, jawab Wira sambil menggenggam tangan Gladis . Namun Gladis melepas genggaman tangan Wira .
“Tapi loe gak bisa lakuin ini sama gue ! Loe harus ingat kalo kita udah gak ada hubungan apa-apa ! Loe harus ingat kalo sekarang loe milik Sesil !”, bentak Gladis dengan air mata yang semakin menjadi-jadi .
“Tapi gue gak cinta sama sekali ama Sesil Dis, gue Cuma main-main ama Sesil Dis . Gue Cuma cinta ama loe dari dulu sampai sekarang . Dan rasa ini gak mungkin luntur sampai kapan pun buat loe . Loe mau kan balikan ama gue Dis ? Pliiiss maafin kesalahan gue dulu Dis, gue nyesel ngelakuin itu ama loe Dis .” jelas Wira dengan muka menyesal .
“Gue udah maafin loe Wir . Jujur gue emang masih cinta ama loe . Tapi kita gak bisa sama-sama seperti dulu lagi Wir . Gue gak mau Sesil sakit hati sama kita berdua Wir .”, ucap Gladis sembari menunduk dan mengalirkan air matanya .
“Tapi gue gak bisa maksain perasaan gue ke Sesil Dis . Gue gak mau ngejalani hubungan ini dengan kepura-puraan . Pliiss beri gue kesempatan sekali ini aja Dis . Gue janji kalo gue gak akan nyakitin loe untuk kedua kalinya .”, ucap Wira dengan nada memohon .
“Gue gak bisa Wir . Loe masih milik Sesil .”, ucap Gladis singkat kepada Wira .
“Gue bakal mutusin Sesil sepulang kita dari liburan ini . Gue janji ama loe Dis .”, kata Wira sambil mengusap air mata Gladis dan memeluk Gladis .
“Gue gak tau Wir . Gue bingung .”, ucap Gladis pelan dipelukan Wira .
Beberapa saat mereka berpelukan dan diam membisu . Hanya terdengar suara deru mesin kereta yang sedang berjalan . Mereka akhirnya telah mengungkapkan perasaan mereka masing-masing, bahwa sebenarnya mereka masih saling mencintai .
“Ayoo kita balik ketempat anak-anak dulu Dis . Pasti mereka pada bingung nyariin kita .”, kata Wira sambil melepaskan pelukannya dan menggandeng tangan Gladis . Gladis hanya mengangguk setuju .

Saat mereka masuk kembali dalam gerbong 4 itu, lagi-lagi gerbong itu mengeluarkan bau yang sangat menyengat . Namun kali ini bau menyengat ini bukan bau melati yang seperti pertama mereka cium . Bau menyengat ini seperti bau bangkai yang telah membusuk . Bau itu benar-benar menusuk hidung dan membuat Gladis dan Wira ingin muntah .

“Wir, bau apaan ni gue sampek mau muntah . Busuk banget baunya .”, bisik Gladis kepada Wira .
“Gue juga gak tau Dis . Udah kita terus jalan aja . Tutup hidung loe .”, ucap Wira sambil menggenggam tangan Gladis lebih erat .

Mereka terus berjalan sambil menutup hidung mereka . Mereka berjalan dengan perlahan-lahan . Hingga tiba-tiba dipertengahan jalan terdengar suara benturan yang sangat keras yang berasal dari arah belakang mereka .

“BRRAAAAAKKKKKK”

 Suara benturan itu terdengar sangat keras ditelinga mereka . Reflex mereka langsung menutup telinga mereka . Wira pun langsung berbalik badan kebelakang dan langsung memeluk Gladis yang sejak tadi mengikutinya dari belakang . Mereka beranggapan bahwa kereta yang mereka tumpangi menabrak sesuatu . Namun mereka tersadar munculnya suara benturan tadi tidak mengakibatkan kereta berguncang . Kereta tetap berjalan stabil .

“Dis, loe gak papa .”, Tanya Wira dengan wajah cemas .
“Gue gak papa . Tadi itu suara apa Wir . Gue takut .”, ucap Gladis sambil memeluk erat Wira dan mulai ketakutan .
“Gue juga gak tau Dis . Udah kita terus jalan aja . Loe jalan di depan gue aja Dis .”, jawab Wira sambil menyuruh Gladis jalan duluan .

Gladis dan Wira merasa bahwa perjalanan mereka ke gerbong tempat teman-temannya berada, sangatlah jauh dan lama untuk dilalui . Dari tadi mereka berjalan tapi mereka seakan-akan berada ditempat yang sama, mereka seakan-akan tidak berpindah tempat . Entah apa yang sebenarnya terjadi, mereka sangat bingung , Mereka merasakan ada keanehan digerbong 4 ini .

“Auwww ! Kaki gue .”, rintih Wira kesakitan . Tiba-tiba Wira merintih kakinya kesakitan . Wira merasa kakinya seperti tergores benda tajam .
“Ada apa Wir ? Kaki loe kenapa ?”, Tanya Gladis cemas .
“Gue gak tau Dis . Kayak ada yang goresin benda tajam ke kaki gue .”, ucap Wira dengan nada yang masih kesakitan .
Wira pun melihat kakinya dengan menggunakan senter . Ternyata pergelangan kaki Wira telah bersimbah penuh darah . Darah segar mengalir dari pergelangan kaki Wira . Wira pun terkejut melihat kakinya itu . Gladis pun mulai panik melihat Wira yang berdarah .
“Wir, loe kenapa . Kaki loe berdarah .”, ucap Gladis cemas .
“Gue juga gak tau Dis napa kaki gue bisa sampai berdarah gini .”, jelas Wira kepada Gladis .
“Ayooo ! kita harus cepet keluar dari gerbong ini . Gue ngerasa ada yang aneh sama gerbong ini Wir .”, ungkap Gladis sambil membantu Wira berjalan .
“Iyaa Dis, gue juga ngerasain ada yang aneh sama kereta yang kita naiki ini .”, kata Wira .

Gladis dan Wira pun bergegas keluar dari gerbong yang menakutkan itu . Akhirnya dengan susah payah mereka mengeluarkan diri dari gerbong itu, merekapun keluar dari gerbong itu . Mereka melihat digerbong tempat teman-teman mereka berada sangat lah sepi . Gerbong itu tidak seramai saat sebelum mereka meninggalkan gerbong itu . Hanya ada beberapa penumpang dan teman-teman mereka, Arya, Dira, Egga, dan Risa yang terlihat duduk dikursi yang berada digerbong itu . Mereka pun menghampiri teman-teman mereka yang telah terbangun dari tidurnya tadi .

“Heyy ! Kalian dari mana aja sih lama banget . Hayooo abis berduaan yaa kalian . Abis ngapain aja tuh dibelakang .”, Tanya Arya kepada Gladis dan Wira dengan wajah jail .
“Ahh apaan aja sih loe Ar ! Loe gak liat nih kaki Wira berdarah . Tolongi gue napa dari pada nanyak yang enggak-enggak .”, jawab Gladis dengan nada sebel kepada Arya .
“Loohh Wir kaki loe kenapa ? darahnya banyak baget .”, Tanya Arya yang mulai cemas dan langsung berdiri untuk membantu Gladis membopong Wira .

Dira, Risa dan Egga pun ikut panik melihat temannya itu terluka hingga mengeluarkan darah yang banyak . Mereka pun langsung mmembantu memerban kaki Wira . Untung saja Risa selalu membawa kotak P3Knya itu kemana saja . Penumpang yang masih tersisa digerbong itu hanya bisa melihati mereka .

“Dis, apa yang terjadi sampai kaki Wira berdarah seperti ini .”, Tanya Egga cemas .
“Ceritanya gini, tadi waktu kalian tertidur gue kebelet ke kamar kecil di gerbong terakhir . Wira nemeni gue kesana karna Wira bilang kalo di gerbong 4 tempatnya gelap . Yaa udah gue ama Wira berdua ke kamar kecil . Pertama waktu kita lewati gerbong 4, kita kagak ngersain apa-apa, kita Cuma ngecium bau bunga melati aja . Tapi setelah kita balik dari kamar kecil en ngelewati gerbong 4 itu lagi, tiba-tiba kita ngerasa ada yang aneh . Kita ngecium bau bangkai yang sangat busuk . Terus kita denger suara tabrakan yang sangat keras . Dan yang terakhir tiba-tiba saja kaki Wira berdarah .”, jelas Gladis panjang lebar keteman-temannya itu .

Bulu kuduk Dira, Arya, Risa, dan Egga pun tiba-tiba berdiri saat mendengarkan cerita Gladis . Mereka bingung apa yang sebenarnya telah terjadi . Mereka merasa seperti berada didalam kereta yang menyimpan cerita misteri .

“Dis tadi loe bilang ada suara tabrakan, tapi kita kagak denger suara apa-apa dari tadi . Loe mungkin salah denger .”, ungkap Risa dengan nada yang mulai ketakutan .
“Sumpah ! gue denger sendiri suara itu bener-bener keras guys . Kalian tanyak aja ama Wira . Yaa kan Wir ?”, ucap Gladis .
“Iyaa Gladis kagak bohong . Kita denger suara itu jelas banget di gerbong 4 itu .”, jelas Wira sambil menunjuk gerbong 4 .
“Kayaknya ada yang aneh sama kereta ini . Tadi gue ngeliat ada sosok bayangan hitam yang ngikuti kalian pas kalian keluar dari gerbong itu . Tapi tiba-tiba bayangan itu ngilang waktu gue ngedeketi kalian .”, ungkap Arya kepada Gladis dan Wira .
“Tadi pas gue ada di gerbong 5, gue juga ngelihat sekelebat bayangan hitam juga . Tapi gue kira itu Cuma halusinasi gue doang .”, ucap Wira .
“Gue jadi merinding nih guys . Jangan-jangan nih kereta berhantu lagi .”, ucap Egga kepada teman-temannya .
“Hussst ! Ati-ati loe kalo ngomong Ga .”, sahut Dira dengan hati was-was .

Saat mereka serius bercerita . Tiba-tiba ada seorang petugas yang menghampiri mereka dengan muka yang pucat pasi . Petugas itu menatap mereka dengan tatapan kosong . Dan kemudian berkata pelan kepada mereka .

“Ada yang akan menjemput kalian . Berhati-hatilah terhadap yang jahat . Dan bebaskanlah yang tidak berdosa . Kami yang tidak berdosa akan melindungi kalian dan membantu kalian . Kalian pasti bisa .”, ucap petugas itu dan kemudian pergi kearah gerbong 4 itu meninggalkan mereka tanpa berkata sepatah kata pun lagi .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar sopan saya segan.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.