27 Juli 2013

Malaikat Tanpa Sayap VIII ‘ Prolog ‘

Link Novel






Moses Bandwith - Ku ucapkan selamat tinggal


1365013094940676039






Ilustrasi oleh Ferry Prasetyo / Waiting On You / Dark art creative design
Cinta sejati adalah cinta yang memberi sayap sayap pada pasangannya
Sesosok orang yang tengah memandangi pantulan wajahnya di cermin kamar mandi, wajahnya yang terlihat begitu kacau dan tak terawat, sementara dia memandang kosong bayangan di cermin itu, tak ada senyuman, tak ada kesedihan di wajahnya hanya ada pandangan polos, pandangan yang memiliki sejuta arti di dalamnya. Sebuah buku diary tergeletak di sisi nya.. sebuah diary yang terlihat begitu kusam, diary yang mengandung berjuta cerita, berjuta kenangan tergurat di dalamnya.
Ada kata yang tak terucap dari bibir lelaki itu, bibir yang telah begitu kering, tubuhnya yang berisi terlihat begitu kosong, kakinya seolah lelah menopang tubuhnya yang telah lemah, entah berapa lama lelaki ini tengah menyiksa dirinya, duduk tertunduk diatas kloset, dia menyentuh bekas luka di dadanya. Sebuah bekas jahitan, sebuah jahitan yang menyelamatkan hidupnya selama ini. Sebuah siksaan yang harus dijalaninya sepanjang hidupnya, rasa bersalah yang tak kunjung padam..
Sebuah rasa bersalah yang mencabut seluruh sayap yang ada di tubuhnya dulu, siksaan yang membawanya termenung tepat di tepian hati.
——————————————————————————————————————–
Senyumnya, wajahnya, bibirnya yang halus dan tatapan matanya yang manja aku selalu mengagumi kecantikan wajahnya yang lugu, lelaki itu memeluknya erat seolah enggan melepaskannya dibalik kemudi mobilnya, disalah satu lantai gedung yang begitu tinggi dan sepi ini, suasana malam yang menampilkan begitu banyaknya lampu yang menyala menerangi malam yang semakin larut..
“ Sayang.. malu ah, kalau ada yang lewat gimana ? “ , “ yang lain juga kan nungguin di dalem… “ bisik gadis yang tengah dipeluknya itu…….
Gadis itu menolak, iya tahu apa yang diinginkan oleh laki-laki itu, tapi bisikan dan rayuan yang terucap dari bibir pria itu membuatnya menyerah.
“ Wah udah mulai duluan, padahal kita baru aja dateng.. “ Rey dan Cheryl memasuki sebuah ruangan yang memang khusus di sewa untuk merayakan ulangtahun Jack hari ini, sebuah balkon yang memperlihatkan dance floor yang begitu di sesaki oleh pengunjung yang datang.
“ Salah sendiri telat dateng “ Sambut yang lain.
Dentuman suara yang begitu kencang dari speaker yang berada di pojok-pojok ruangan, orang-orang yang tengah asyik mengoyangkan tubuhnya mengikuti irama music, kilatan-kilatan lampu yang menyorot membelah gelapnya ruangan.
“ Yang ulang tahun malah sedih gini, gimana sih “ Rey menepuk pundak Jack yang berdiri di pojok balkon memandang dance floor di lantai bawah.
“ Hahahaha.. mabuk kayaknya gw.. mulai pusing nih “ Jack beralasan, wajahnya sama sekali tidak memerah, sementara gelas di tangannya berisi Orange Juice, wajahnya yang terlihat begitu kecewa sambil sesekali memandangi layar ponselnya, melirik jam disana.
Edison ikut merangkul Jack, sambil memukul kecil bahunya.. “ Udahlah… sekarang rayain ultah loe dulu aja, bayar mahal-mahal tapi ga nikmatin buat apa.. “ Edison mengambil gelas di tangan Jack, dan menggantinya dengan sloki tequila.
“ Kamu tuh, orang lagi mabuk juga, malah masih aja di suruh minum-minuman keras gitu… gimana sih “ protes seorang gadis cantik disebelahnya. Gadis itu mencubit lengan Edison dengan keras
“ Udah ci, udah… sakit gitu liat kan.. “ seorang gadis cantik lain dengan wajah yang sama persis dengan gadis yang sedang mencubit Edison membantu Edison melepaskan diri dari cubitan cicinya itu.
Edison dengan tangan kanannya langsung mengosok-gosokan lengan kirinya yang kesakitan di cubit kecil oleh gadis itu..
“ Sakit banget sih Jess.. dah ga sayang lagi ya sama aku ? “ Protes Edison yang masih kesakitan.
“ Kamu sendiri yang begitu, udah tahu orang lagi banyak pikiran malah dipaksa ke tempat kaya gini.. “ Omel gadis cantik itu,
“ Iya Jessica Irina, emank ini ide aku.. tapi kan yang bayar si Jack, dan dia mau berarti dia emank mau happy-happy di hari ulang tahunnya.. “ Edison membela diri.
“ Ah, kamu tuh paling pinter ya cari alesan.. “ Omel Jess lagi
“ Hahaha, untung ya.. yang pacaran sama gw, Adenya yang baik gini.. bukan nenek lampir kaya gitu.. “ Vic yang dari tadi diam sambil memainkan ponselnya, ikut larut dalam perbincangan sambil mencium kecil pipi Mellisa.
“ Ich, kamu main cium-cium aja.. apaan sih.. lagi enak aja ngatain cici aku nenek lampir.. “ Mell mencubit perut Vic sambil melepaskan diri dari pelukan Vic.
“ Awww.. sakit tahu.. “ Vic menjerit lebay..
“ Aaaaa.. sakit yang. ?? Maaf ya.. “ Mellisa terlihat benar-benar panic
“ Iya sakit.. “ Vic pura-pura kesakitan “ Tapi boong.. “ Dan sekali lagi Vic mencuri cium pipi Mellisa
“ Udah, pada ngmonk terus aja dari tadi, “ Seorang lelaki dengan wajah indo menuang minuman ke dalam beberapa sloki dan membagikan kepada teman-temannya yang berada di ruangan itu.
Cheryl menatap aneh pada lelaki itu, seolah tak suka dengan bagaimana pria itu yang hanya menitipkan sloki itu pada Rey, tidak memberikannya langsung pada dirinya seperti bagaimana dia membagikan gelas itu satu persatu pada orang yang berada diruangan itu.
“ Nah, sekarang Ryan yang jadi setannya “ Jessica mengambil sloki yang di berikan oleh Ryan sambil tersenyum kecil
“ Udah-udah.. daripada ribut lagi, sekarang berdoa dulu aja buat temen kita ya “ Edison mengambil alih suasana. Mereka termenung sesaat, sebelum mengangkat gelas itu tinggi-tinggi dan meminum habis minuman keras itu.
“ Uhuk uhuk… “ Jack terbatuk, sambil mengambil air mineral di atas meja.. meminumnya habis dan membawa segelas Jus melangkah keluar balkon.
“ Lanjut dulu ya, gw mau ke toilet sebentar… “ Jack beralasan, sementara yang lain kembali sibuk dengan pasangannya masing-masing.
Melangkah keluar perlahan, sambil membuka satu kancing di lehernya yang mungkin membuatnya sedikit agak panas, Jack menaiki tangga selangkah demi selangkah yang membawanya ke lantai teratas gedung itu, dia menyenderkan dirinya ke dinding menatap jauh ke sebuah papan iklan yang terpasang di gedung disebelahnya.
Sebuah papan iklan billboard besar dengan seorang gadis cantik yang tengah tersenyum sebuah endoser produk elektronik, Jack menatap tenang iklan itu, sambil memencet tombol-tombol ponselnya satu persatu, mengetikan satu kata demi kata sebelum di memencet satu tombol lain, menghapus semua pesan itu.
“ Ada dua hal yang harus lu sadarin Jack. “ Edison yang tiba-tiba datang sambil meneguk cocktail yang dibawanya.. keduanya menatap billboard yang menampilkan foto Karen itu.
“ Yang pertama, kalau loe emank mencintai dia. Lu harus membuang semua harga diri loe, kejar dia.. “
Jack hanya menatap diam sesaat..
“ Yang kedua ?? “ tanyanya pelan
“ Yang kedua, loe bukan Yoon Ji Hoo yang lagi liatin mantannya yang jadi artis di luar negri, bener-bener ga cocok.. “
Jack hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu, “ Sial loe “ katanya singkat sambil tersenyum
“ Eh sorryyy “ seorang gadis cantik membuka pintu menuju lantai teratas yang kosong itu, tangannya menutup ponsel di tangannya, langkahnya yang terburu tadi seolah mengisyaratkan kalau dia tidak mau orang yang berada di balik telepon sana tahu dia berada dimana.
Jack membuat tanda bulatan dengan jarinya, sambil melangkah menuju tangga turun, Edison megikutinya member kesempatan agar gadis itu bisa leluasa mengatakan apa yang ingin dikatakannya pada orang di ujung teleponnya sana.
Gadis itu menunduk berterimakasih sementara Jack hanya tersenyum saat melewatinya, sementara Edison sampai lebih dulu ke balkon dan melanjutkan pesta ulang tahun itu
Ryan baru saja menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, menyalakan lampu tidur di sebelahnya saat seseorang mengedor pintu kamarnya.
Setengah mengantuk dia melihat jam di sebelahnya, hampir jam 4 pagi, terbangun dia menggaruk-garuk kepalanya sambil membuka pintu itu.
“ Kamu apa-apaan sih ?? “ Gadis itu langsung meledak sesaat setelah Ryan membuka pintu.

“ Loh Cher.. Rey mana ?? “ Tanya Ryan.. sementara Cheryl langsung masuk dan duduk di kursi dekat meja belajar Ryan.
Ryan pun bergegas mengunci pintu sebelum ada yang melihat.
“ Kenapa sih Cher ?? “ Ryan tampak binggung
Cheryl diam sesaat menatap mata Ryan dalam-dalam yang seolah sedang berbohong
“ Kamu yang kenapa, dingin banget tau ga sama aku.. “ Cheryl terlihat begitu marah
“ Cher kita dah bahas berkali-kali.. “ Ryan mengambil bantal kepala dan memeluknya.
“ Apa Ry, apa yang kita bahas ?? ga ada solusi… “ Cher tampak begitu kesal
“ Ya emank belum ada solusi masalah kita, gw akuin kita melakukan kesalahan waktu itu.. tapi… tapi loe tau kan …. “
“ Tau apa Ry ? tau kalau kamu sahabat Rey, tau kalau kamu dan aku cuma sahabatan, tau kalau aku dah jujur sama perasaan aku ke kamu, tau semua masalah aku sama Rey, atau tau kalau kamu masih mencintai Jenny ?? “
Cheryl menitikan air mata kekesalannya, yang membuat Ryan salah tingkah
Cheryl mengambil dompet Ryan dari atas meja, membukanya dan memperlihatkan sebuah foto di dalam dompet itu.
“ Liat Ry, liat foto ini.. “ Cheryl meminta Ryan melihat sebuah foto di dompetnya sendiri.
Ryan berusaha mengelak.
“ Ini kan, ini jawaban kamu kan selama ini.. “
Ryan masih diam tak menjawab
“ Pliz Ry, pliz bicara… “ Pinta Cheryl
“ Iya Cher, iya itu foto kamu… “ Ryan akhirnya menjawab setelah dipaksa berulang kali
“ Berarti kamu, kamu menjawab perasaan aku kan.. “ tanya Cheryl lagi
Hanya diam bisu yang menjawab..
“ Mungkin Cher, mungkinn.. “ Jawab Ryan sesaat kemungkinan
Cheryl menghapus air matanya, melompat memeluk Ryan yang duduk di pojok ranjangnya.
Dia mencium kening Ryan tipis, memeluknya erat.. sementara tangan Ryan tak menjawab pelukan itu, dia diam wajahnya terlihat kosong, ribuan pertanyaan terlintas dalam pikirannya.
“ Jack dapet SMS dari Karen ? “ Tanya Jessica yang sibuk membereskan ranjang di kamar Edison, dia telah menganti gaun pestanya dengan baju tidur tipis yang memperlihatkan keindahan tubuhnya.
“ Engguak kayaknya belum “ Jawab Edison terbata dengan mulut penuh busa, yang masih sibuk menggosok giginya di kamar mandi.
“ Hmmm.. belum ya mungkin “ Jess menarik selimut sambil merebahkan dirinya diatas kasur itu.
Edison melompat dan memeluk Jess hangat mencium bibir kekasihnya itu.
“ Ich dasar.. “ Jess tersenyum “ Sekarang udah berani gini ya, dulu aja kenalan aja takut.. “
“ Yahhhh diungkit lagi.. sebel deh… “ Edison langsung membelakangi Jess, berpura marah.
“ Hehehehe,, dasar kamu marah-marah terus deh.. “ Jess memeluk Edison sambil mencium bibirnya.
“ Abis kamu jahat, jadi inget juteknya kamu dulu… huh “ Balas Edison sambil menjitak kecil kepala Jess
“ Ughhh sakit tau.. dasar “ Jess manja memegang kepalanya yang sama sekali tidak sakit
“ Dasar, sini aku tiupin “ Edison meniup kening Jess yang tadi pura-pura di jitaknya, sementara Jess mengambil kesempatan itu untuk mencium bibir Edison.
“ Eh sorry ya… Tadi jadi ganggu kalian.. “ Gadis cantik itu menunduk melewati Jack yang seolah sengaja menunggunya di pintu tangga turun,
“ Gapapa koq, ga ngmonk yang penting juga. “ Jawab Jack sambil tersenyum, ia menunjuk, membuat sebuah garis di bawah mata sebelah kirinya, seolah member tahu pada gadis itu ada sesuatu di bawah matanya.
“ Hah ?? “ gadis itu terburu membersihkan wajahnya yang mungkin sedikit kotor..
Dia memperlihatkan wajahnya pada Jack, bertanya apakah dia berhasil membersihkan kotoran itu
Jack menggeleng dan melangkah mendekat, menaruh lengan tangannya ke wajah gadis itu, sambil tersenyum dia mencoba membersihkan kotoran palsu di wajah gadis itu yang mulai memerah.
“ Done.. “ Jack tersenyum setelah kebohongannya itu berhasil
“ Makasih ya.. “ Wajah gadis itu memerah sambil melangkah turun
“ Eh, sory boleh tahu namanya ? “ Kejar Jack
“ Angella, Angella Chrstie “ Gadis itu membalas jabatan tangan Jack
“ Jacksen Andres “ Jack tersenyum, sambil mengeluarkan ponselnya keduanya pun bertukar nomor ponsel sebelum kemudian kembali ke ruangan bawah yang penuh kebisingan dan berpisah.
————————————————————————————————————————-
Malaikat Tanpa Sayap : Tepian Hati : Serigala 1
—————————————————————————
Gadis itu duduk di pinggiran taman, sebuah tangga yang memang menjadi salah satu tempat favorit para mahasiswa yang berkuliah di tempat itu, air mancur yang berada di tengah taman, taman bunga dan pepohonan yang menjulang tinggi memberikan kesejukan bagi mereka yang duduk di taman itu, beberapa kelompok mahasiswa tengah asyik mengerjakan tugas kuliahnya, gadis itu pun sesekali memainkan kuasnya, mencampur beberapa warna sebelum menggoreskannya ke atas kanvas, sesekali pekerjaannya terhenti saat sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, tak menunggu lama dia pun membalas pesan itu sambil tersenyum kecil sebelum kembali larut dalam pekerjaannya.
Seseorang tiba-tiba melompat, mengambil satu headset yang sejak tadi terpasang di telinga gadis itu, dia tersenyum melihat kekagetan gadis itu.
“ Ich, ko Jack ngagetin aja, katanya masih latihan.. bohong aja nih “ rajuk gadis itu
“ Dasar angel angel mau-mau aja dibohongin kan hari ini hari rabu, cuma latihan sampe jam 3.. makanya ingetin donk jadwal aku. “
“ Ich, GR banget kenapa juga aku musti ingetin jadwal kamu ko… “ Gadis itu tak mau kalah
“ Oh gitu ya, jadi ga mau ingetin jadwal aku ya.. ok ok.. “ Balas Jack
“ Udah ah, bantuin sini janjinya mau bantuin … “ Angel mengalihkan pembicaraan
“ Yawda sini, mau dibantuin apa ?? “ Jack pura-pura mengerti apa yang harus dikerjakannya.
“ Ini campurin aja warna ke palet ini.. nah liat kan pohon yang itu, coba dikira-kira campuran warnanya semirip mungkin.. “ Kata Angel sambil mencontohkan bagaimana mencampur warna di palet
Jack pun mengangguk angguk mengerti, mengambil salah satu cat warna dan mencoba mencampur warnanya..
“ Koq warnanya jadi gini ya ?? “ Jack terlihat binggung setelah mencampur warna kuning dengan biru yang justru menghasilkan warna yang aneh, tidak sama dengan warna hijau seperti yang tadi dicontohkan oleh Angel
“ Hahaha, susah kan, komposisinya harus pas, terus ditambah warna ini juga, baru tone warnanya bagus.. “ , “ makanya jangan suka so pinter, anak ekonomi ya belajar ekonomi aja “ Ejek Angel
“ Ahhhh, bisa tuh liat warnanya bagus kan, original !! “ Jack berkilah
“ Ah, jadi buang-buang bahan nih, huh nyebelin “ Angel protes melihat Jack yang mencampur warna banyak-banyak.

“ Ah, udah dech ga mau bantuin lagi, jahat sih.. “
“ Ich ngambek dasar bocah.. “ Angel mengambil kuas yang sudah dicuci dan menggoresnya ke wajah Jack..
“ ahhhhhh… “ kesetanan Jack panic karena berfikir kalau yang digunakan itu adalah kuas berwarna
“ ich, lebay banget deh paniknya sampe gitu “ Angel kaget melihat Jack yang langsung berdiri sambil membersihkan wajahnya dengan tissue sebelum tertawa.
“ Bukan gitu, kalau keburu kering nanti susah ilang tau “
“ Ga setega itu kali, ini kan pake kuas bersih.. “ Angel tertawa renyah
“ Dikira kan gimana gitu dasar… “ Jack mencubit pipi Angel sambil mengambil kuas dan balas menggores hidung Angel, dengan kuas berwarna kuning
“ Ich yang itu ka nada warnanya… “ Angel merajuk kesal, dan mengejar Jack yang berlari menghindari kejaran Angel..
Kesal karena tak bisa mengejar Jack yang berlari kencang, Angel kembali ke tempat duduknya tadi dan merajuk kesal, akhirnya Jack mengalah dan duduk mendekat tak menunggu lama, Angel langsung memainkan kuasnya mencoret coret wajah Jack sampai puas.
“ Ampun-ampun udah ahhhh “ Jack menyerah dan menahan kedua tangan Angel yang memegang kuas, sementara Angel meronta berusaha melepaskan tangannya yang malah membuat dirinya mendorong Jack jatuh dan dia sendiri berada tepat di depan wajah Jack, wajahnya kembali memerah menatap wajah Jack yang berada tepat di depan matanya.
Nafas keduanya yang saling terdengar karena begitu dekatnya, tatapan mata Jack yang terasa begitu lembut untuk Angel membuatnya semakin salah tingkah, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang dan dia… menutup matanya pelan-pelan
Demikian juga Jack yang terlihat salah tingkah, melihat wajah cantik gadis yang tepat di depan wajahnya, dengan pipi merona merah dan menutup matanya, dia terdiam sesaat otaknya berfikir keras tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Mencium gadis itu atau tidak ? mencium ? mereka belum berpacaran, sementara apa dia harus melepaskan kesempatan mencium gadis itu terlebih seolah gadis itu memberinya kesempatan melakukan itu.
Tidak dia tak mau dicap seorang lelaki hidung belang, dan lagi sepertinya sekarang bukan saat yang tepat untuk melakukan spekulasi seperti ini.
Dia pun mendekatkan wajahnya ke telinga Angel, membisik
“ Kenapa tutup mata ?? “ Tanyanya
Angel langsung berusaha bangun dan kembali mengerjakan pekerjaannya, dia berusaha sebisa mungkin mengatasi rasa grogi dan malu dengan apa yang tadi dia lakukan.
Jack pun bangun, dan perlahan mendekat mencium pipi gadis itu, sambil tersenyum
Dia tahu, pasti gadis itu malu sekali karena secara langsung dia menolak mencium gadis itu, karenanya dia pun mencium gadis itu agar dapat melupakan apa yang baru saja terjadi.
“ Koq, main cium sih… “ Angel berpura marah
“ Hmmm.. sory deh, kalo ga boleh cium aja aku biar impas.. “ Kata Jack Datar..
“ Enak aja, dasar huhhhhh “
“ Yawda kalo ga mau nikmatin aja.. hahhaha “ , “ Eh tuh teleponnya nyala tuh..
Jack menunjuk ponsel Angel yang bergetar.
Angel melirik ponselnya, “ Bentar ya “ Dia memberi kode
Angel menjawab panggilan ponsel itu sambil mencari barang di tas-nya. Setelah menemukan barang yang dicarinya Angel menutup panggilan telepon itu.
“ Sebentar ya ko, mau kembaliin barang dulu.. “ Katanya sambil menunjukan sebuah tas kecil
Jack mengangguk sementara Angel pun berlari naik, membawa barang itu, dia menemui seorang gadis yang begitu cantik dengan tubuh yang begitu indah, sedikit lebih tinggi dari Angel dengan rambut panjang berwarna coklat mengenakan kacamata hitam yang berdiri di depan sebuah mobil CR-V berwarna hitam.
“ Ini ci Vina, barangnya.. “ Kata Angel sambil menyerahkan tas itu pada gadis bernama Vina
“ Thanks ya Say, sory jadi repotin ketinggalan tadi pagi di tempat kamu “ katanya sambil memasukan tas kecil itu kedalam tasnya
“ Iya gpp koq, mau pergi ?? “ tanya Angel
Vina mengangguk “ Jangan cemburu ya… “ Ledek Vina
“ Enggak lah, ngapain cemburu hahaha “ Angel kembali tersenyum
“ Ya, kan semua ada waktunya sayang, yawda aku pergi dulu ya say.. apa mau dikenalin dulu sama temen aku ini ?? “ Ledek Vina
“ Gak lah, buat apa ?? pasti masih sama ko Peter kan ?? “ jawab Angel
“ Haahaha, tau aja dech, masih belum kering dia makanya belum waktunya di tinggal “ Alasan Vina
“ Yawda dech, pergi sana kalau kedengeran ko Peter gawat loh “
“ Yawda aku pergi dulu ya bei… “ Vina mencium kening Angel sebelum kembali masuk dalam mobil dan mulai bergerak pergi, sementara Angel kembali menuju tangga taman melihat Jack yang tengah sibuk membersihkan wajahnya dengan tissue.
##

“ Temenin aku ya, aku mau ke salon nih.. “ , “ Rambut aku kering banget liat deh “ Kata Vina merajuk pada Peter yang berada di sebelahnya sambil menyetir mobilnya itu
“ Yawda, kamu mau dimana ?? di tempat kemarin lagi ? “ Peter menjawab
“ Iya boleh deh di Irwan, soalnya disana pake produk kerastase, kalau pake merek lain takut aku “ Kata Vina manja.
“ Yawda, tapi nanti temenin aku ya ke tempat teman aku.. “ Peter menawar
“ Ke tempat temen apa temen ?? “ Vina tertawa kecil
“ Ya tempat temen aku lah, ada undangan sebentar “ Peter menutupi maksud sebenarnya.
“ Iya nanti aku temenin ya sayang, makanya aku harus cantik dulu sekarang eh sepatu aku kaya gini, kamu ga malu bawa aku pake sepatu kaya gini ?? “ Vina beralasan
Seolah tahu apa yang dipikirkan gadis itu, Peter pun beralasan “ Bagus kan sepatu itu, kalo ga salah baru minggu lalu aku beliin buat kamu “
“ Tapi ga matching sama pakaian aku, lagi di sana ada sepatu yang aku mau, sekalian aja ya nanti kita beli “
Ditembak seperti itu, Peter tak punya lagi alasan untuk menolak, dia pun akhirnya mengalah yang berarti aka nada 2 sampai 4 juta lagi yang harus keluar dari dompetnya untuk biaya perawatan Vina dan sepatu barunya. Sementara Vina hanya tersenyum membayangkan segera memiliki sepatu yang dia inginkan itu.
Dan benar saja, Rp. 4.650.000,- yang harus dikeluarkan lelaki itu untuk Vina hari itu.
“ Langsung aja ya ke tempat temen aku.. “ Kata Peter sambil melirik jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah 8 malam.
“ Yawda, disana ada makanan kan ?? “ , “ Aku laper nih.. “ Vina merajuk manja lagi.
“ Ada koq, atau kamu mau beli camilan dulu ?? “ Peter menunjuk sebuah booth Pringles di sudut mall itu,
“ Kamu tahu aja dech kesukaan aku, “ Vina pun menegadahkan tangannya sementara Peter mengambil selembar uang 50.000an ketangan Vina, “ Kamu mau ?? “ Tanya Vina
Peter hanya menggeleng sementara Vina berlari kecil kearah booth itu dan memesan 2 buah makanan kecil itu dan membayarnya dengan uang Peter, sebelum kedua-nya pergi meninggalkan tempat itu menuju tempat teman Peter.
##

Pesta itu berlangsung liar seperti biasanya, teman-teman Peter terkenal royal dan borjuis dengan seringnya mereka mengadakan Private Party di apartment mereka secara bergantian puluhan botol minuman keras, DJ yang sengaja di sewa untuk meramaikan acara itu, terlebih dengan banyaknya lelaki kaya dan gadis-gadis cantik yang mengelilingi mereka, tetap saja kecantikan Vina terlihat begitu mempesona, gerak tubuhnya yang mengundang para lelaki untuk menarik nafas panjang setiap mereka memandang gadis itu.
Dan Peter terlihat begitu bangga dengan terus memeluk erat Vina, dia memeluknya dengan erat dan berulang kali menciumnya, terlebih di depan seorang gadis cantik yang sebenarnya tak kalah cantik dengan Vina, Peter terlihat begitu bernafsu memperlihatkan kemesraannya dengan Vina, di depan gadis itu, Jennifer namanya dan gadis itu seolah tak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan oleh Peter dia lebih asyik dengan para lebah yang mengerubunginya yang justru membuat Peter bertambah panas karena tujuannya yang tak tercapai.
Pesta berlangsung dengan meriah dan malampun kian bertambah larut, Vina berulang melihat jam tangannya yang telah menunjukan lebih dari pukul 12 malam, dia berulang kali meminta Peter membawanya pulang tapi lelaki itu masih sibuk dengan teman-temannya.
Tak ada cara lain, dia pun berpura mabuk cara ini pernah berhasil sekali yang memaksa Peter membawa Vina pulang
“ Yangggg pulanggggg “ Bisik Vina berpura mabuk sambil memeluk Peter mesra
“ Sebentar ya ?? “ Pinta Peter
Lelaki itu menuju salah satu temannya dan kembali memeluk Vina sesaat kemudian.
“ Yuk ikut aku, kasian kamu ngantuk begitu “ Bisik Peter sambil membantu Vina berjalan, bukan bukan berjalan keluar menuju parkiran mobil, Peter membawa Vina naik, menyusuri tangga menuju kamar di lantai atas, dengan kunci dari temannya itu Peter membawa Vina masuk, menaruhnya diatas ranjang yang begitu empuk itu dan mengunci pintu.
Peter menyalakan sebuah lampu kecil di sana, perlahan dia berbaring di sebelah Vina yang tengah berpura-pura mabuk, dia memeluk gadis itu sesaat, mencoba mencium dan memberikan rangsangan demi rangsangan pada gadis itu, Vina tak bergeming seolah mabuk yang di deritanya itu begitu parahnya.
Hal itu tak menyurutkan nafsu Peter, dengan bersemangat dia menanggalkan sepatu yang baru saja dibelikannya untuk gadis itu, sebelum melanjutkannya dengan membuka membuka gaun yang dikenakan Vina, bra berwarna kulit tanpa tali yang dikenakan gadis itu pun menjadi pemandangan Peter kemudian, terburu Peter membuka bra itu hingga payudara indah berisi yang dimiliki oleh gadis itu pun langsung dilumat Peter dengan kedua telapak tangannya, perlahan Vina mendesah kecil..
Desahan mulai terbias di bibir indah Vina, rangsangan Peter dengan kedua tangan dan lidahnya membuat Vina tak bisa tidak untuk mulai mendesah karena rangsangan itu, Peter yang begitu bernafsu menikmati keindahan tubuh gadis itu pun mulai membuka pakaiannya, dia memelorotkan celana yang dikenakannya hingga kemaluannya yang telah begitu menegang itu seolah siap untuk menerkam Vina.
Peter tahu, tak mungkin dia bisa menikmati servise oral dari Vina dengan keadaannya yang seperti ini, dia pun melewatkan kegiatan itu, dengan sakitnya dia memainkan penisnya itu di wajah Vina, dia tersenyum menyaksikan bagaimana kemaluannya itu ditampar-tamparkan ke wajah Vina, Vina sedikit bereaksi karena ulah Peter itu, tapi dia masih bisa menahan diri untuk tidak memberikan response berlebihan.
Puas dengan apa yang dilakukannya itu, dia bergerak turun, berusaha melepas gaun Vina hingga terlepas semua, keindahan tubuh Vina dapat dinikmatinya sekarang, tak tersisa apapun lagi, yang ada sekarang hanyalah celana dalam yang masih dikenakan gadis cantik itu,
Wajah Peter terlihat pucat, dia melihat sesuatu yang tak seharusnya ada, Vina seolah mengenakan pembalut di celana dalamnya itu, Peter berusaha mengintip dan ternyata benar bahwa Vina tengah datang bulan, dengan kecewa Peter memaki dirinya dalam hati.
Peter pun mengurungkan niatnya, sementara tanpa disadari oleh Lelaki itu, Vina tertawa kecil sebuah tawa kemenangan, yang harus dilakukannya sekarang adalah berpura tertidur sesaat sebelum kemudian terbangun dan menyalahkan Peter yang telah menelanjangi dirinya.
20 menit berlalu, dan Vina pun menjalankan rencananya..
“ Hah, apa-apaan kamu ? aku dimana ?? “ Maki Vina sambil menutupi tubuhnya yang telanjang.
“ Sory yang, aku khilaf tapi bener aku ga nyentuh kamu sama sekali “ Bela Peter, dia tak mau kehilangan mangsanya ini yang telah menghabiskan uang puluhan juta, dan dia sama sekali belum menikmati tubuh gadis ini sedikitpun.
“ Kamu apa-apaan sih, kamu kira aku ini cewe gampangan apa ? kamu ga sayang kan sama aku “ Vina berusaha membalikan keadaan dengan menyalakan Peter. “ Aku kecewa sama kamu “ Vina menangis palsu.
“ Maaf yang, aku bener-bener khilaf dan aku ga melakukan apapun koq tadi.. “ Peter membela diri
“ Bohong, kamu bohong , kamu anggep aku wanita murahan kan “ Maki Vina
“ Enggak, aku bener-bener sayang sama kamu, aku ga akan maksa melakukan hal ini, aku mau kita jalanin ini tulus, kaya cinta aku ke kamu “ Vina tahu lelaki ini adalah buaya dan apa yang dikatakannya adalah sebuah kebohongan. Tapi dia harus lebih pintar dari laki-laki ini
“ Bener ?? Kamu bener-bener sayang sama aku ? “ Vina menatap Peter
Peter mengangguk, “ Maafin aku ya “ Bisiknya
Vina mengangguk sambil menghapus air matanya, dia mengambil gaunnya dan mengenakannya dengan perlahan, sebelum kemudian mencium Peter..
“ Anterin aku pulang sekarang ya sayang “ pinta Vina
Peter tak punya pilihan selain mengantar gadis itu pulang..
##

Peter menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah kecil, dengan sebuah mobil Jazz merah terparkir di depannya.
“ Kamu nginep disini lagi ? “ Tanya Peter
Vina mengangguk, “ aku ga berani pulang sekarang, terlalu malem kamu aku ajak pulang ga mau “
“ Maafin aku ya sayang, temen kamu masih bangun ?? “ tanya Peter “ Kamu bisa menginap di tempat aku koq, kasian temen kamu kalau udah tidur kan “ Peter beralasan
Vina menggeleng, sebelum kemudian tersenyum.
“ Gapapa koq, tadi aku dah SMS dan dia bales koq “ Jawab Vina
“ Hmm, yawda kamu turun dech, banyak istirahat ya “ Peter kembali gagal merayu Vina
“ Yawda, makasih ya sayang, aku sayang sama kamu “ Vina mencium pipi Peter sebelum kemudian turun dan mengetuk pintu rumah itu.
“ Ga dikunci “ Jawab seseorang dari dalam rumah.
Vina membuka pintu, dan didalam Angel duduk di kursi tamu dengan wajah yang begitu kesal
“ Pulangnya malem banget sih kamu.. “ Angel langsung merajuk
“ Maaf ya sayang, biasa Peter selalu berusaha buat ‘itu’ “ rayu Vina sambil memeluk Angel mesra.
“ Ga mau, pasti kali ini kamu tidur sama dia kan “ Angel terlihat benar-benar cemburu
Vina menggeleng
“ Jurus nomor 3, pakai pembalut palsu “ bisik Vina
Angel hanya tertawa sementara Vina pun mencium mesra Angel, dia mencium bibir Angel dengan begitu mesra, sementara Angel pun membalas ciuman itu, dia membalas ciuman Vina dengan lidahnya yang membelit lidah Vina, keduanya berciuman selayaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta.
—————————————————————————-
Bersambung.




Malaikat Tanpa Sayap VII - Tepian Hati





Moses Bandwith - Karma





























Sometimes it feels no one understands